P.Loren Watanama,Pr |
Pernah seorang ibu datang kepada pastor dan minta agar pastor
menasehati anaknya yang nakal, bandel dan suka mabuk. Pastor hanya diam saja dan meminta agar anaknya bertemu dengan dia. Ketika
bertemu dengan pastor, anak itu berkata, pastor saya ingin berubah dan menjadi
anak yang baik dan patuh. Pastor
mengatakan, kalau engkau mau berubah, ikut saya torne ke kampung – kampung. Apa yang terjadi. Tidak sampai satu bulan anak
itu berubah secara total. Memang mujisat.
Melihat hal itu, Orangtua begitu
heran dan bertanya, mengapa anaknya bisa
berubah secepat itu. Lalu orangtua memanggil anak itu dan bertanya; apakah
pastor pernah marah dengan kamu, anak itu
menjawab tidak. Apakah pastor pernah menegur kamu, anak itu menjawab tidak. Apakah pastor pernah
memukul kamu, anak itu menjawab tidak. Apakah pastor pernah mengusir kamu, anak
itu menjawab tidak. Anak itu berkata, Pastor tidak banyak bicara, hanya dia selalu menyapa saya dan
selalu bertanya keadaan saya ketika kami bertemu. Itulah bentuk perhatian yang selalu
beliau berikan kepada saya. Perhatian
seperti itulah yang membuat saya merasa
dihargai dan dicintai sebagai seorang anak.
Dunia kita semakin hari semakin maju
dan berkembang, tetapi tanpa sadar kita menemukan semakin banyak orang miskin. Orang
miskin tidak hanya tinggal di kota-kota ataupun di desa-desa, tetapi di mana
saja. Orang miskin tidak harus orang yang tidak
berpakaian, tidak mempunyai rumah, tidak mempunyai kuasa, jabatan dan
kedudukan. Orang miskin juga tidak harus orang yang tidak ada makanan dan
minuman dsb. Orang miskin jaman sekarang ialah mereka yang merasa diri tidak
diperhatikan, tidak dicintai, tidak dihargai, tidak didengarkan suaranya dsb.
Memang banyak itu, tetapi sering orang merasa biasa dan sepelekan, lebih-lebih
dalam keluarga.
Muncul banyak masalah dalam keluarga,
baik itu antara orangtua dan anak atau antara suami dan istri, semuanya gara
gara karena kurang ada perhatian dan kasih sayang. Semua orang sibuk dengan
diri dan urusan duniawi dsb. Makanya
mereka merasa tidak betah di ruma dan berjalan ke sana ke mari mencari mutiara
yang hilang. Kita boleh miskin harta tetapi jangan miskin perhatian dan kasih
sayang. Kalau memang benar demikian ya untuk apa kita harus hidup. Perhatian
dan kasih sayang adalah barang mahal yang tidak dijual di pasar-pasar. Dan
kalau adapun tidak mampu orang membelinya.
Kita boleh gagal membangun gedung
mewah dan bertingkat. Kita boleh gagal urusan
mencari duit. Kita boleh gagal membangun relasi bisnis dengan semua
orang di muka bumi ini. Tetapi kita tidak boleh gagal membangun rasa perhatian
dan kasih sayang di antara kita, lebih lebih di dalam keluarga kita sendiri.
Kalau bukan kita ya siapa lagi dan kalau bukan sekarang ya kapan lagi. Kita harus berani dan kalau sudah berani ya jangan takut takut. Berjuanglah
selama kita masih mampu karena hidup adalah perjuangan tidak hanya mengejar
hal-hal materi yang bersifat sementara tetapi hal-hal rohani yang bersifat abadi seperti saling
memperhatikan tadi.
Kita ingin mendengar orang memuji
keluarga kita bukan karena banyaknya uang, banyaknya barang, banyak tanah,
sawit, karet dsb. Tetapi kita ingin mereka memuji keluarga kita karena kita
masih saling memperhatikan sampai dengan hari ini. Banyak anak muda kita gagal
dan tidak mempunyai masa depan bukan karena mereka berasal dari keluarga yang
tidak mampun. Mereka lahir dari keluarga yang sudah mempunyai segalanya, tetapi
umumnya mereka ini tidak mempunyai masa depan secerah anak-anak yang datang
dari keluarga yang biasa biasa. Mengapa ? Karana mereka mengalami ada
kekosongan batin yang tidak terisi; kekosongan jiwa yang mesti diisi, tetapi
tidak bisa, karena orangtua pada sibuk dengan urusan bisnis dsb.
Ketika hati dan budi kita berpikir
tentang orang lain, khususnya anak, kita pasti mempunyai hati untuk mereka.
Tetapi ketika kita mulai berpikir tentang berapa banyak uang, harta dan
kemewahan yang mau kita raih, kita akan terjerumus pada cinta akan materi
ketimbang cinta akan anak. Sudah berapa
jauh kita meninggalkan mereka dalam rutinitas dan kesibukan yang tidak selalu
menjanjikan kebahagiaan; kita akan menoleh kebelakang melihat mereka; adakah hatiku untuk mereka hari ini; adakah
kasihku untuk anak-anak saya. Pernahkah kita berhenti sejenak dalam keseharian
hidup kita untuk bertanya, menyapa dan menanyakan keadaan mereka.
Sebagai orangtua kita akan tertawa
bangga dan puas kalau kita sukses dalam karya, tetapi kebanggaan kita akan
bertambah sempurna bila melihat anak anak kita merasa diperhatikan dan disapa
hari demi hari. Kita juga pasti akan menangis bilamana kita gagal dalam usaha, tetapi kita akan lebih menangis
lagi bilamana kita gagal memberikan perhatian dan kasih sayang kepada anak-anak
kita. Ada banyak hal yang harus mendapat perhatian, tetapi ada satu hal yang tidak boleh
diabaikan yaitu anak. Ketika kita membagi waktu untuk pekerjaan hari ini, kita
juga harus berpikir membagi waktu untuk
anak-anak kita. Itulah bukti perhatin dan kasih sayang kita orangtua kepada
mereka.
Sebagai orangtua kita boleh
menyingkirkan segala kebutuhan yang tidak perlu, tetapi anak tidak bisa
disingkirkan dari sekian banyak kebutuhan. Kebutuhan akan perhatian dan kasih
sayang tak bisa tergantikan oleh materi apapun. Anak akan meminta banyak hal
dari orangtua, tetapi dari sekian banyak permintaan itu, perhatian dan kasih sayang akan menduduki
urutan pertama. Maukah kita orangtua memprioritaskan anak ketimbang
memprioritaskan kesibukan lain yang belum tentu memberi rasa aman; dan mungkin malah menjauhkan anak dengan
oangtua. Sebagai orangtua lebih baik kita melekatkan diri pada anak-anak
ketimbang dengan barang-barang duniawi,
karena anak adalah segalanya, dan untuk itulah mereka telah dilahirkan
ke dalam dunia ini.
P. LOREN WATANAMA, PR
No comments:
Post a Comment