Showing posts with label paskah. Show all posts
Showing posts with label paskah. Show all posts

Tuesday 14 April 2020

PASKAH DI TENGAH PANDEMI VIRUS CORONA





PENGANTAR

Saudara-saudari yang terkasih di dalam Tuhan kita, Yesus Kristus, ketika saya mempersiapkan renungan ini, muncul pertanyaan di dalam benak saya: “Apa makna Paskah di  tengah pandemic virus corona?” “Bagaimana kita bisa mewartakan kebangkitan, yang menjadi dasar dari iman kita, di tengah maraknya kematian akibat virus corona?” “Bagaimana kita bisa merasakan sukacita di tengah kesedihan, penderitaan dan ketakutan saat ini?” dan masih banyak pertanyaan lain lagi yang nampaknya sangat kontradiktif.





KETAKUTAN DAN SUKACITA PARA MURID

Maka, pengalaman kedua wanita dalam Bacaan Injil tadi bisa menjadi pelajaran bagi kita semua. Mereka merasakan kesedihan yang begitu mendalam atas kematian Yesus. Pagi-pagi benar mereka pergi mengunjungi kubur Yesus. Tetapi apa yang terjadi? Semua di luar perkiraan mereka! Mereka melihat peristiwa yang luar biasa dari surga dan warta dari Malaikat, bahwa YESUS SUDAH BANGKIT! Mereka diutus untuk Mewartakan Kebangkitan-Nya kepada murid-murid Yesus. Tanpa mengulur-ngulur waktu, mereka segera pergi mewartakan-Nya dengan perasaan yang TAKUT dan SUKACITA yang besar.




KETAKUTAN DAN SUKACITA KITA  

Saudara-saudari yang terkasih, kesedihan yang mendalam juga kita rasakan saat ini, di mana kita tidak bisa merayakan Ekaristi bersama di gereja. Pasti banyak umat yang sudah rindu dengan rumah Tuhan, dan rindu menyambut Tubuh Kristus dalam Komuni Kudus. Di banyak tempat juga sekarang ini banyak orang yang merasakan kesedihan, keputus-asaan dan ketakutan, karena virus corona, terutama mereka yang dinyatakan positif terkena virus corona, mereka yang ditinggalkan oleh anggota keluarganya yang meninggal dunia karena virus corona, dan belum lagi kita berbicara tentang dampak-dampak sosialnya bagi ekonomi, politik, dan lain sebagainya. Semua peristiwa ini tentu saja menimbulkan ketakutan di dalam diri kita, sama seperti para wanita dalam Injil tadi, yang juga mengalami ketakutan ketika mengunjungi kubur Yesus. 

Memang ketakutan yang mereka alami berbeda dengan ketakutan kita saat ini. Mereka takut, karena membawa Kabar yang begitu besar dari surga, sedangkan mereka hanya orang biasa. Bagaimana orang-orang bisa percaya kepada mereka? Jangan-jangan mereka nanti dianggap menyebarkan kebohongan/ hoax, sehingga mereka akan ditangkap dan dihukum. Tetapi, Tuhan tidak membiarkan semua ini terjadi pada diri orang-orang yang dikasihi-Nya. Maka, warta itu harus mereka sampaikan bukan kepada semua orang, tetapi kepada para murid Yesus, yang selama ini sudah bersama-sama dengan Yesus dan mendengarkan ajaran Yesus, agar para murid semakin percaya kepada Yesus, dan akhirnya mereka dapat mewartakan Kebangkitan Yesus kepada semua orang.

Saudara-saudari terkasih, selain merasa takut, para wanita tadi juga merasakan sukacita yang besar. Mereka bersukacita, karena Yesus sudah bangkit dari kematian! Berita itu mereka dapatkan langsung dari Malaikat Tuhan. Warta yang luar biasa, karena bukan dari manusia, melainkan dari Allah sendiri. Yang mereka terima adalah Kabar Sukacita dari surga. Sukacita itu semakin bertambah, karena mereka bukan hanya mendengar, bahwa Yesus sudah bangkit, tetapi mereka juga melihat Yesus yang sudah bangkit itu menampakkan diri di hadapan mereka. Mereka bisa mendekati-Nya, memeluk kaki-Nya, dan menyembah-Nya. Pesan yang disampaikan oleh Yesus juga sama dengan pesan dari Malaikat Tuhan: “Jangan takut! Pergi dan katakanlah kepada saudara-saudara-Ku, supaya mereka pergi ke Galilea, dan di sanalah mereka akan melihat Aku.

Saudara-saudari terkasih, apakah kita juga bisa merasakan sukacita di tengah pandemi ini? Sebenarnya, banyak nilai positif yang kita dapatkan melalui peristiwa yang mengerikan ini:
(1)     Karena corona, kita baru menyadari pentingnya hidup bersih: harus rajin cuci tangan, harus pakai masker kalau berpergian, harus menjaga kebersihan lingkungan.
(2)     Karena corona, kita baru menyadari bahwa rumah adalah tempat yang aman bagi kita. Dengan tetap tinggal di rumah saja, kita bisa mempererat kebersamaan di dalam keluarga kita masing-masing, yang selama ini mungkin hilang karena kesibukan di luar.
(3)     Karena corona, kita baru menyadari pentingnya doa bersama di dalam keluarga. Rumah bukan saja tempat tinggal, tetapi juga rumah doa bagi kita. Kita punya banyak waktu untuk berdoa dan merenungkan Sabda Allah.
Dan masih banyak lagi hal-hal positif lainnya yang dapat kita gali dari peristiwa pandemi ini.



PASKAH BAGI KITA SAAT INI

Dengan pikiran yang sehat dan seimbang, kita bisa melihat sisi negatif dan positif dari pandemic virus corona ini. Selain merasa takut, kita juga bisa merasakan sukacita dan pengharapan dalam diri kita. Dengan cara inilah kita bisa merayakan Paskah, seperti para wanita dalam Injil tadi, yakni walaupun takut, kita tetap harus memiliki harapan yang baik, dan bukan tenggelam dalam ketakutan dan keputus-asaan.

Bagi bangsa Israel, Paskah merupakan perayaan agung untuk mengenangkan karya keselamatan Allah dalam membebaskan mereka dari perbudakan di Mesir dengan perantaraan Musa. Bagi umat Kristiani, Paskah merupakan perayaan agung untuk mengenangkan karya keselamatan Allah dalam membebaskan kita dari perbudakan dosa dan kematian kekal melalui sengsara, wafat, dan kebangkitan Yesus. Dan Bagi kita saat ini, Perayaan Paskah memiliki makna pengharapan, yaitu:

1.             Pembebasan kita dari dosa:
Sebagaimana Yesus sudah wafat dan bangkit demi menebus dosa kita. Maka, kita juga harus membebaskan diri dari segala dosa dan kejahatan. Pembaharuan janji baptis menjadi kesempatan yang indah bagi kita untuk kembali membaharui komitmen kita sebagai orang yang dibaptis untuk menolak setan dan segala perbuatannya, serta percaya kepada Tuhan dan melakukan perintah-perintah-Nya.

2.             Pembebasan kita dari wabah virus corona:
Bangsa Israel yang percaya kepada Allah dibebaskan dari kesepuluh tulah yang diturunkan Allah atas bangsa Mesir, dan dibebaskan dari perbudakan di Mesir. Berkat Paskah Kristus, kita dibebaskan dari belenggu dosa dan maut. Maka, perayaan Paskah tahun ini, di mana wabah virus corona merajalela, kita dapat memaknainya sebagai saat di mana Allah mau menyatakan kemuliaan-Nya untuk membebaskan kita dari wabah virus corona. Ini menjadi harapan kita bersama. Pertanyaannya: apa yang harus kita lakukan dalam mewujudkan pembebasan ini? Bagaimana cara kita bekerja sama dengan Allah dalam mewujudkan harapan kita bersama, agar kita terbebas dari wabah virus corona?

Pertama, sebagai orang beriman, kita harus BERDOA tanpa jemu-jemu. Kita berdoa agar pandemic virus corona ini segera berakhir. Kita doakan juga para korban, para tenaga medis, dan semua orang agar terhindar dari virus ini. Doa kita harus berdimensi sosial: bukan hanya untuk diri kita sendiri, melainkan untuk semua orang di seluruh dunia.

Kedua, selain berdoa, kita juga harus melakukan sesuatu yang selaras dengan doa kita, karena Rasul Yakobus mengatakan, “iman tanpa perbuatan pada hakikatnya adalah mati!” Maka, marilah kita bersama-sama mentaati dan melakukan apa yang sudah dicanangkan oleh pemerintah kita, agar kita terbebas dari penularan dan penyebaran virus corona, yaitu dengan  menjaga jarak, menghindari keramaian, rajin mencuci tangan, tetap di rumah saja, dan selalu menjaga kebersihan diri dan lingkungan. Semua ini kita lakukan, bukan untuk mengingkari hakikat kita sebagai makhluk sosial, melainkan mewujudkannya dalam situasi yang konkret saat ini, yakni di masa-masa sulit di tengah pandemi virus corona ini. Jika kita tidak mau taat, maka kita akan selalu hidup dalam kesulitan dan penderitaan akibat wabah ini! Tetapi jika kita mau taat, dengan pertolongan Allah, maka wabah ini akan segera berakhir.


PENUTUP

Saudara-saudari terkasih, mengakhiri renungan ini saya mengajak kita semua untuk merenungkan sedikit dari Meditasi Paus Fransiskus yang disampaikannya, pada saat beliau memberikan Berkat Luar Biasa “URBI ET ORBI” dari Basilika St. Petrus di Vatican:


Pope's special Urbi et Orbi blessing: 'God turns everything to our ...


“Mengapa kamu begitu takut? Mengapa kamu tidak percaya?” Tuhan, Engkau memanggil kami kepada iman. Iman yang bukan sekedar percaya bahwa Engkau ada, tetapi datang kepada-Mu dan percaya kepada-Mu. Dalam masa Prapaskah ini, panggilan-Mu bergema dengan kuat: “Bertobatlah!” “Berbaliklah kepadaku dengan segenap hatimu!’ (Yoel 2:12). Engkau memanggil kami untuk menggunakan masa pencobaan ini sebagai masa untuk memilih. Ini bukan masa penghakiman-Mu, tetapi penghakiman kami: masa untuk memilih apa yang penting dan yang berlalu, masa untuk memisahkan apa yang perlu dari apa yang tidak perlu. Ini adalah masa untuk mengarahkan kembali hidup kami kepada-Mu, ya Tuhan, dan kepada orang lain.
Kita dapat melihat begitu banyak teladan yang mendampingi kita selama perjalanan, yang sekalipun merasa takut, namun bertindak dengan memberikan hidup mereka. Inilah daya Roh Kudus yang dapat menebus, menghargai dan membuktikan betapa hidup kita terjalin bersama dan ditopang oleh orang-orang biasa, yang seringkali dilupakan, yakni: para dokter, perawat, pegawai supermarket, tukang bersih-bersih, pengasuh, penyedia sarana transportasi, penegak hukum dan ketertiban, sukarelawan, imam, biarawan dan biarawati dan banyak orang lain yang telah memahami, bahwa tak seorangpun mencapai keselamatan dengan mengandalkan diri mereka sendiri. … Betapa banyak orang setiap hari yang bersabar dan memberikan harapan, yang menebarkan tanggung jawab bersama dan bukan kepanikan. … Betapa banyak orang yang sedang berdoa, yang mempersembahkan dan memohon demi kebaikan semua orang. Doa dan pelayanan yang dilakukan dalam kesunyian: inilah senjata kita yang jaya.”


Malam Paskah, 11 April 2020.

RD. VINSENSIUS

Imam Diosesan Keuskupan Sanggau





Monday 22 April 2019

SAKSI KEBANGKITAN YESUS


(Renungan Paskah: 21 April 2019)
Oleh: Pastor Vinsensius, Pr.



 
Saudara-saudari terkasih, Paskah adalah Perayaan Kebangkitan Tuhan kita, Yesus Kristus dari kematian. Yesus sungguh telah bangkit dari alam maut. Dalam Injil tadi kita telah mendengar kisah tentang pengalaman iman Maria Magdalena dan para murid Yesus akan kebangkitan Yesus. Pagi-pagi benar mereka sudah pergi mengunjungi makam Yesus. Mereka ingin bertemu dengan Yesus, tetapi apa yang terjadi? Makam itu sudah kosong dan batu penutup makam sudah terguling. Makam kosong menjadi saksi bisu dari peristiwa kebangkitan Yesus. Tidak ada seorang pun yang melihat secara langsung peristiwa ini. Tetapi, kita bisa tahu bahwa Yesus sudah bangkit, melalui kesaksian dari murid-murid Yesus yang pagi-pagi buta sudah pergi ke makam Yesus. Merekalah orang-orang pertama yang menyaksikan secara langsung jejak-jejak dari kebangkitan Yesus. Dan mereka menjadi menjadi pewarta pertama Kebangkitan Yesus.

Namun, ternyata makam kosong belum cukup untuk meyakinkan para murid, bahwa Yesus sudah bangkit. Maka, Yesus memakai cara lain lagi untuk membuktikan kebangkitan-Nya, yaitu dengan menampakkan diri kepada para rasul. Dalam Bacaan Pertama, kita telah mendengarkan kesaksian dari Rasul Petrus, bahwa Yesus sudah menampakkan diri, bukan kepada seluruh bangsa, tetapi kepada saksi-saksi, yang sebelumnya telah ditunjuk oleh Allah, yaitu kepada mereka sendiri, yang telah makan dan minum bersama dengan Yesus, setelah Ia bangkit dari antara orang mati. Penampakkan Yesus menjadi bukti yang nyata dan kuat bagi para Rasul, bahwa Yesus sungguh telah bangkit. Kebangkitan Yesus inilah yang memberikan semangat kepada mereka untuk menjadi Saksi Kebangkitan Yesus di tengah-tengah kehidupan mereka.

Saudara-saudari terkasih, sama seperti Maria Magdalena dan para murid Yesus, kita semua pun dipanggil menjadi pewarta kebangkitan Tuhan. Kita bisa menjadi pewarta, jika kita sungguh-sungguh percaya kepada kebangkitan Tuhan. Kebangkitan Tuhan merupakan inti dan dasar dari iman kita. Rasul Paulus mengatakan, jika Kristus tidak bangkit, sia-sialah iman kita, dan kita masih hidup dalam dosa! (bdk. 1Kor 15:17) Dengan perkataan ini, Rasul Paulus ingin mengatakan, bahwa iman kita didasarkan kepada Kebangkitan Yesus. Dan kebangkitan Yesus memberikan penebusan bagi dosa-dosa manusia. Ada dua hal yang dapat kita renungkan dalam peristiwa kebangkitan Tuhan ini.

Yang pertama, dasar dari iman kita adalah percaya kepada Yesus, yang telah wafat dan bangkit dari kematian. Iman ini telah kita terima ketika kita dibaptis. Melalui pembaptisan, manusia lama kita yang penuh dosa telah mati bersama Kristus, dan bersama Kristus pula kita dibangkitkan dari dosa, dan menerima hidup baru sebagai anak-anak Allah, yang telah dibebaskan dari kuasa dosa dan maut. Inilah yang pertama-tama harus kita sadari sebagai orang yang sudah dibaptis!

Yang kedua, Iman kepada Kebangkitan Yesus berkaitan erat dengan penebusan dosa. Berkat wafat Yesus di atas kayu salib dan kebangkitan-Nya dari alam maut, dosa-dosa kita telah ditebus. Namun, bukan berarti kita tidak bisa berbuat dosa lagi. Selama masih bernafas, kita selalu dibayang-bayangi oleh perbuatan dosa, kita akan selalu memiliki kecendrungan yang mengarah kepada dosa, dan kita masih bisa jatuh dalam dosa. Lalu, apa artinya penebusan dosa bagi kita? Dan pertanyaan yang lebih mendasar lagi: Apa artinya kebangkitan Yesus bagi kita?  

Saudara-saudari terkasih, penebusan dosa yang dilakukan oleh Yesus akan berarti bagi kita, jika kita juga mau berjuang bersama Yesus untuk melawan segala keinginan dan perbuatan dosa! Ketujuh Sakramen Gereja menjadi tanda dan sarana yang digunakan Allah untuk menebus dosa manusia. Namun, dari pihak manusia, kita juga harus bekerja sama dengan Allah dalam karya penebusannya. Kita semua dipanggil untuk melawan segala bentuk godaan dari setan dan perbuatan-perbuatannya!

Iman kepada Yesus yang bangkit tidak ada artinya bagi diri kita, jika kita sendiri tidak bangkit dari dosa, jika kita tidak berjuang melawan keinginan dan perbuatan dosa! Paskah akan berarti bagi kita, jika kita mematikan keinginan kita untuk berbuat dosa, dan meninggalkan perbuatan-perbuatan dosa, dan bangkit menjadi pribadi yang baru, dengan niat yang baru untuk bertobat dan menjadi pribadi yang lebih baik lagi, lebih benar, dan berkenan kepada Allah.

Maka, marilah saudara-saudari, dengan bantuan rahmat Tuhan, mari kita meninggalkan dan menanggalkan segala perbuatan dosa dan kejahatan yang sering kita lakukan selama ini. Dan mari kita membuat niat yang tulus untuk memperbaiki diri kita, untuk melakukan segala kebaikan dan kebenaran dalam hidup kita sehari-hari. Dengan demikian, kita bisa menjadi Saksi dari Kebangkitan Yesus, sejak kita hidup di dunia saat ini, sampai kelak kita mengalami kebangkitan yang sempurna di akhirat nanti. 

 Lihat Renungan Kamis Putih     [klik di sini]

 Lihat Renungan Jumat Agung   [klik di sini]

SALIB BUKTI KASIH ALLAH


(Renungan Jumat Agung, 19 April 2019)
Oleh: Pastor Vinsensius, Pr.


 

Saudara-saudari yang terkasih, Yesus beralih dari dunia ini kepada Bapa-Nya dengan mati di atas kayu salib. Yesus ditolak oleh orang-orang Yahudi dan dituduh sebagai orang yang mengancam keselamatan bangsa. Bagi mereka, lebih baik satu orang mati untuk seluruh bangsa, daripada seluruh bangsa binasa.

Kematian Yesus di salib adalah pengadilan atas dunia, dan juga pengadilan atas kita semua, para pengikut-Nya. Berulang-ulang kali dalam kisah sengsara tadi ditegaskan, bahwa orang Yahudi tidak mempunyai suatu tuduhan pun atas Yesus. Pilatus sampai tiga kali menyatakan bahwa dia tidak menemukan satu kesalahan pun pada Yesus. Namun, akhirnya, Yesus diserahkan kepada orang-orang Yahudi untuk disalibkan.

Ada suatu tragedi yang begitu besar, yang pernah terjadi di dunia ini: Allah telah menjelma menjadi manusia, dan mewartakan keselamatan bagi manusia, tetapi apa balasan dari pihak manusia? Ada yang menolak Dia. Ada yang mengkhianati Dia. Ada yang menyangkal Dia. Ada yang menampar dan mengolok-olok Dia. Dan bahkan ada yang tega membunuh Dia. Semuanya itu terjadi, karena kerapuhan diri manusia, kecenderungan diri manusia yang selalu mengarah kepada dosa. Kematian Yesus adalah penghakiman atas dunia, penghakiman atas dosa-dosa manusia! Kebenaran ditolak, dan orang yang benar dikorbankan!
  
Saudara-saudari yang terkasih,  di balik semua tragedi ini, kita juga harus ingat, bahwa Kematian Yesus di atas kayu salib adalah bukti dari Cinta-Nya kepada manusia. Tuhan Yesus mati sebagai orang yang tak bersalah, agar kita dapat keluar dari segala ketakutan kita, dan tidak lagi mengulangi kejahatan dan dosa yang sama di dalam dunia ini pada zaman sekarang.

Buah dari Kayu Salib Yesus adalah penebusan bagi dosa-dosa kita. Itulah yang perlu kita syukuri dengan iman yang mendalam. Tanpa salib, tidak ada kebangkitan yang mulia. Tanpa penderitaan dan kematian, tidak ada kebahagiaan dan kehidupan yang kekal. Maka, sebagai murid-murid Kristus di zaman sekarang ini, kita juga harus SETIA memikul salib kita masing-masing. Segala tugas dan tanggung jawab kita, segala penderitaan dan sakit-penyakit yang kita alami, dan semua beban hidup yang kita hadapi, karena iman kita kepada Yesus, itu semua adalah salib bagi kita! Jika kita sanggup memikul salib itu dengan setia, percayalah suatu saat kita akan mengalami kebahagiaan yang berasal dari Tuhan, baik di dunia ini, maupun di akhirat nanti.

Marilah kita mohon kekuatan dari Allah, agar kita sanggup memikul salib kita, dan mari kita persatukan semua penderitaan kita dengan penderitaan Yesus di atas kayu Salib, demi keselamatan dunia.