PENGANTAR
Saudara-saudari yang terkasih di dalam Tuhan kita,
Yesus Kristus, ketika saya mempersiapkan renungan ini, muncul pertanyaan di
dalam benak saya: “Apa makna Paskah di tengah
pandemic virus corona?” “Bagaimana kita bisa mewartakan kebangkitan, yang
menjadi dasar dari iman kita, di tengah maraknya kematian akibat virus corona?”
“Bagaimana kita bisa merasakan sukacita di tengah kesedihan, penderitaan dan
ketakutan saat ini?” dan masih banyak pertanyaan lain lagi yang nampaknya
sangat kontradiktif.
KETAKUTAN DAN
SUKACITA PARA MURID
Maka, pengalaman kedua wanita dalam Bacaan Injil tadi
bisa menjadi pelajaran bagi kita semua. Mereka merasakan kesedihan yang begitu
mendalam atas kematian Yesus. Pagi-pagi benar mereka pergi mengunjungi kubur
Yesus. Tetapi apa yang terjadi? Semua di luar perkiraan mereka! Mereka melihat
peristiwa yang luar biasa dari surga dan warta dari Malaikat, bahwa YESUS SUDAH
BANGKIT! Mereka diutus untuk Mewartakan Kebangkitan-Nya kepada murid-murid
Yesus. Tanpa mengulur-ngulur waktu, mereka segera pergi mewartakan-Nya dengan
perasaan yang TAKUT dan SUKACITA yang besar.
KETAKUTAN DAN
SUKACITA KITA
Saudara-saudari yang terkasih, kesedihan yang mendalam
juga kita rasakan saat ini, di mana kita tidak bisa merayakan Ekaristi bersama
di gereja. Pasti banyak umat yang sudah rindu dengan rumah Tuhan, dan rindu
menyambut Tubuh Kristus dalam Komuni Kudus. Di banyak tempat juga sekarang ini
banyak orang yang merasakan kesedihan, keputus-asaan dan ketakutan, karena
virus corona, terutama mereka yang dinyatakan positif terkena virus corona,
mereka yang ditinggalkan oleh anggota keluarganya yang meninggal dunia karena
virus corona, dan belum lagi kita berbicara tentang dampak-dampak sosialnya
bagi ekonomi, politik, dan lain sebagainya. Semua peristiwa ini tentu saja
menimbulkan ketakutan di dalam diri kita, sama seperti para wanita dalam Injil
tadi, yang juga mengalami ketakutan ketika mengunjungi kubur Yesus.
Memang ketakutan yang mereka alami berbeda dengan
ketakutan kita saat ini. Mereka takut, karena membawa Kabar yang begitu besar
dari surga, sedangkan mereka hanya orang biasa. Bagaimana orang-orang bisa
percaya kepada mereka? Jangan-jangan mereka nanti dianggap menyebarkan
kebohongan/ hoax, sehingga mereka akan ditangkap dan dihukum. Tetapi, Tuhan
tidak membiarkan semua ini terjadi pada diri orang-orang yang dikasihi-Nya.
Maka, warta itu harus mereka sampaikan bukan kepada semua orang, tetapi kepada
para murid Yesus, yang selama ini sudah bersama-sama dengan Yesus dan
mendengarkan ajaran Yesus, agar para murid semakin percaya kepada Yesus, dan
akhirnya mereka dapat mewartakan Kebangkitan Yesus kepada semua orang.
Saudara-saudari terkasih, selain merasa takut, para
wanita tadi juga merasakan sukacita yang besar. Mereka bersukacita, karena Yesus
sudah bangkit dari kematian! Berita itu mereka dapatkan langsung dari Malaikat
Tuhan. Warta yang luar biasa, karena bukan dari manusia, melainkan dari Allah
sendiri. Yang mereka terima adalah Kabar Sukacita dari surga. Sukacita itu
semakin bertambah, karena mereka bukan hanya mendengar, bahwa Yesus sudah
bangkit, tetapi mereka juga melihat Yesus yang sudah bangkit itu menampakkan
diri di hadapan mereka. Mereka bisa mendekati-Nya, memeluk kaki-Nya, dan
menyembah-Nya. Pesan yang disampaikan oleh Yesus juga sama dengan pesan dari
Malaikat Tuhan: “Jangan takut! Pergi dan
katakanlah kepada saudara-saudara-Ku, supaya mereka pergi ke Galilea, dan di
sanalah mereka akan melihat Aku.”
Saudara-saudari terkasih, apakah kita juga bisa
merasakan sukacita di tengah pandemi ini? Sebenarnya, banyak nilai positif yang
kita dapatkan melalui peristiwa yang mengerikan ini:
(1) Karena corona, kita baru
menyadari pentingnya hidup bersih: harus rajin cuci tangan, harus pakai masker
kalau berpergian, harus menjaga kebersihan lingkungan.
(2) Karena corona, kita baru
menyadari bahwa rumah adalah tempat yang aman bagi kita. Dengan tetap tinggal
di rumah saja, kita bisa mempererat kebersamaan di dalam keluarga kita
masing-masing, yang selama ini mungkin hilang karena kesibukan di luar.
(3) Karena corona, kita baru
menyadari pentingnya doa bersama di dalam keluarga. Rumah bukan saja tempat
tinggal, tetapi juga rumah doa bagi kita. Kita punya banyak waktu untuk berdoa
dan merenungkan Sabda Allah.
Dan masih banyak lagi hal-hal positif lainnya yang dapat kita gali dari
peristiwa pandemi ini.
PASKAH BAGI KITA
SAAT INI
Dengan pikiran yang sehat dan seimbang, kita bisa
melihat sisi negatif dan positif dari pandemic virus corona ini. Selain merasa
takut, kita juga bisa merasakan sukacita dan pengharapan dalam diri kita.
Dengan cara inilah kita bisa merayakan Paskah, seperti para wanita dalam Injil
tadi, yakni walaupun takut, kita tetap harus memiliki harapan yang baik, dan
bukan tenggelam dalam ketakutan dan keputus-asaan.
Bagi bangsa Israel, Paskah merupakan perayaan agung
untuk mengenangkan karya keselamatan Allah dalam membebaskan mereka dari
perbudakan di Mesir dengan perantaraan Musa. Bagi umat Kristiani, Paskah
merupakan perayaan agung untuk mengenangkan karya keselamatan Allah dalam
membebaskan kita dari perbudakan dosa dan kematian kekal melalui sengsara,
wafat, dan kebangkitan Yesus. Dan Bagi kita saat ini, Perayaan Paskah memiliki
makna pengharapan, yaitu:
1.
Pembebasan kita dari dosa:
Sebagaimana Yesus sudah wafat dan bangkit demi menebus
dosa kita. Maka, kita juga harus membebaskan diri dari segala dosa dan
kejahatan. Pembaharuan janji baptis menjadi kesempatan yang indah bagi kita
untuk kembali membaharui komitmen kita sebagai orang yang dibaptis untuk
menolak setan dan segala perbuatannya, serta percaya kepada Tuhan dan melakukan
perintah-perintah-Nya.
2.
Pembebasan kita dari wabah virus corona:
Bangsa Israel yang percaya kepada Allah dibebaskan
dari kesepuluh tulah yang diturunkan Allah atas bangsa Mesir, dan dibebaskan
dari perbudakan di Mesir. Berkat Paskah Kristus, kita dibebaskan dari belenggu
dosa dan maut. Maka, perayaan Paskah tahun ini, di mana wabah virus corona
merajalela, kita dapat memaknainya sebagai saat di mana Allah mau menyatakan
kemuliaan-Nya untuk membebaskan kita dari wabah virus corona. Ini menjadi
harapan kita bersama. Pertanyaannya: apa yang harus kita lakukan dalam
mewujudkan pembebasan ini? Bagaimana cara kita bekerja sama dengan Allah dalam
mewujudkan harapan kita bersama, agar kita terbebas dari wabah virus corona?
Pertama, sebagai orang
beriman, kita harus BERDOA tanpa jemu-jemu. Kita berdoa agar pandemic virus
corona ini segera berakhir. Kita doakan juga para korban, para tenaga medis,
dan semua orang agar terhindar dari virus ini. Doa kita harus berdimensi
sosial: bukan hanya untuk diri kita sendiri, melainkan untuk semua orang di
seluruh dunia.
Kedua,
selain
berdoa, kita juga harus melakukan sesuatu yang selaras dengan doa kita, karena
Rasul Yakobus mengatakan, “iman tanpa perbuatan pada hakikatnya adalah mati!”
Maka, marilah kita bersama-sama mentaati dan melakukan apa yang sudah
dicanangkan oleh pemerintah kita, agar kita terbebas dari penularan dan
penyebaran virus corona, yaitu dengan menjaga jarak, menghindari keramaian, rajin
mencuci tangan, tetap di rumah saja, dan selalu menjaga kebersihan diri dan
lingkungan. Semua ini kita lakukan, bukan untuk mengingkari hakikat kita
sebagai makhluk sosial, melainkan mewujudkannya dalam situasi yang konkret saat
ini, yakni di masa-masa sulit di tengah pandemi virus corona ini. Jika kita
tidak mau taat, maka kita akan selalu hidup dalam kesulitan dan penderitaan
akibat wabah ini! Tetapi jika kita mau taat, dengan pertolongan Allah, maka
wabah ini akan segera berakhir.
PENUTUP
Saudara-saudari terkasih, mengakhiri renungan ini saya
mengajak kita semua untuk merenungkan sedikit dari Meditasi Paus Fransiskus
yang disampaikannya, pada saat beliau memberikan Berkat Luar Biasa “URBI ET
ORBI” dari Basilika St. Petrus di Vatican:
“Mengapa kamu
begitu takut? Mengapa kamu tidak percaya?” Tuhan, Engkau memanggil kami kepada
iman. Iman yang bukan sekedar percaya bahwa Engkau ada, tetapi datang kepada-Mu
dan percaya kepada-Mu. Dalam masa Prapaskah ini, panggilan-Mu bergema dengan
kuat: “Bertobatlah!” “Berbaliklah kepadaku dengan segenap hatimu!’ (Yoel 2:12).
Engkau memanggil kami untuk menggunakan masa pencobaan ini sebagai masa untuk
memilih. Ini bukan masa penghakiman-Mu, tetapi penghakiman kami: masa untuk
memilih apa yang penting dan yang berlalu, masa untuk memisahkan apa yang perlu
dari apa yang tidak perlu. Ini adalah masa untuk mengarahkan kembali hidup kami
kepada-Mu, ya Tuhan, dan kepada orang lain.
Kita dapat
melihat begitu banyak teladan yang mendampingi kita selama perjalanan, yang
sekalipun merasa takut, namun bertindak dengan memberikan hidup mereka. Inilah
daya Roh Kudus yang dapat menebus, menghargai dan membuktikan betapa hidup kita
terjalin bersama dan ditopang oleh orang-orang biasa, yang seringkali
dilupakan, yakni: para dokter, perawat, pegawai supermarket, tukang
bersih-bersih, pengasuh, penyedia sarana transportasi, penegak hukum dan
ketertiban, sukarelawan, imam, biarawan dan biarawati dan banyak orang lain
yang telah memahami, bahwa tak seorangpun mencapai keselamatan dengan mengandalkan
diri mereka sendiri. … Betapa banyak orang setiap hari yang bersabar dan
memberikan harapan, yang menebarkan tanggung jawab bersama dan bukan kepanikan.
… Betapa banyak orang yang sedang berdoa, yang mempersembahkan dan memohon demi
kebaikan semua orang. Doa dan pelayanan yang dilakukan dalam kesunyian: inilah
senjata kita yang jaya.”
Malam
Paskah, 11 April 2020.
RD.
VINSENSIUS
Imam
Diosesan Keuskupan Sanggau