SUKACITA
ROH KUDUS
(Hari
Raya St. Perawan Maria diangkat ke surga:
12 Agustus 2018)
Bacaan
Injil: Luk. 1:39-56
PENGANTAR
Pada hari ini kita
merayakan Hari Raya St. Perawan Maria diangkat ke surga. Namun, pertanyaan yang
patut kita ajukan ialah Bacaan Injil hari ini tidak berbicara sama sekali
tentang diangkatnya Bunda Maria ke surga. Bacaan Injil hari ini bercerita
tentang kisah Bunda Maria yang mengunjungi St. Elisabet, saudarinya. Terus, apa
hubungannya Bacaan Injil ini dengan Perayaan hari ini?
Memang perlu kita akui,
bahwa tidak ada satu pun kutipan dari Injil yang berbicara tentang kisah Bunda
Maria diangkat ke surga. Namun, sumber iman kita bukan saja dari Injil yang
tertulis, tetapi juga Tradisi Suci yang diwartakan turun temurun secara lisan. Tradisi
Suci inilah yang bersaksi tentang peristiwa Bunda Maria diangkat ke surga. Berdasarkan
kesaksian iman para rasul, kita meyakini bahwa Bunda Maria adalah orang yang
suci dan tak bernoda. Dan berkat kebaikan Allah, Bunda Maria diangkat ke surga
dengan jiwa raganya.
Kemuliaan surgawi yang
dialami oleh Bunda Maria adalah sukacita abadi, baik secara jiwa maupun raga. Sukacita
ini bukan saja terjadi setelah Bunda Maria diangkat ke surga, namun telah
dialami oleh Bunda Maria sejak ia mengandung Putra Allah dari kuasa Roh Kudus. Maka,
sukacita ini adalah sukacita Roh Kudus. Sukacita Roh Kudus inilah yang dialami
oleh St. Elisabet, yang dikunjungi oleh Bunda Maria. Dan sukacita Roh Kudus
inilah yang akan kita renungkan pada hari ini.
TEOLOGI
Dalam Injil hari ini,
kita telah mendengarkan kisah Bunda Maria mengunjungi St. Elisabet, saudarinya.
Kehadiran Bunda Maria dirasakan sebagai suatu BERKAT yang luar biasa oleh
Elisabet. Ada sukacita dalam jiwa dan raganya, sehingga anak yang ada dalam
kandungannya pun ikut melonjak kegirangan. Atas ilham Roh Kudus, St. Elisabet
menyampaikan pujian kepada Maria, sebagaimana yang kita kenal dan sering kita
ulang-ulangi dalam doa kita, yaitu: “Terpujilah
engkau di antara wanita dan terpujilah Buah tubuhmu”. Dengan penuh iman,
St. Elisabet mengakui bahwa Bunda Maria adalah Bunda Tuhan, dan ia merasa tidak
layak, karena sudah dikunjungi oleh seorang Bunda Tuhan. Dan dengan penuh iman
pula, St. Elisabet mengakui bahwa segala sesuatu yang dikatakan Tuhan terhadap
orang yang percaya akan terlaksana. Dengan kata lain, St. Elisabet mengakui
Penyelenggaraan Tuhan dalam diri Bunda Maria.
Mendengar pujian dari St.
Elisabet, Bunda Maria tidak mau menyombongkan dirinya, tetapi ia langsung
memuji Tuhan, karena Tuhan telah memakai dia untuk menjadi alat-Nya. Semua ini
terjadi berkat campur tangan Tuhan. Dan semua ini adalah rencana dan kehendak
Tuhan sendiri yang terjadi di dalam kehidupan Bunda Maria.
PROFETIS
Sebagai orang Katolik
tentu saja kita tidak asing lagi dengan berbagai devosi kepada Bunda Maria. Ada
Doa Rosario, Novena Tiga Salam Maria, dan lain sebagainya. Namun, apa yang kita
rasakan setelah kita mendaraskan doa-doa kita kepada Bunda Maria? Apakah
biasa-biasa saja? Tidak adakah sesuatu yang luar biasa yang kita rasakan ketika
kita berdoa kepada Bunda Maria?
Seharusnya dalam
berdevosi kepada Bunda Maria, kita merasakan seperti yang dirasakan oleh St.
Elisabet. Dengan kehadiran Bunda Maria, St. Elisabet merasakan sukacita yang
luar biasa! Sukacita itu merasuk ke dalam jiwa dan raganya. Inilah yang seharusnya
dialami oleh setiap orang yang berdevosi kepada Bunda Maria. Bila kita
sungguh-sungguh menyadari kehadiran Bunda Maria pada waktu kita berdoa, maka
kita akan berkata juga seperti St. Elisabet, “Siapakah aku ini, sehingga Ibu
Tuhanku datang mengunjungi aku?” Dan seluruh diri kita, jiwa dan raga kita,
akan diliputi sukacita yang luar biasa, berkat karya Roh Kudus.
Sukacita Roh Kudus yang
kita peroleh berkat devosi kita kepada Bunda Maria, bukan saja karena terkabulnya
doa permohonan kita, tetapi berkat doa kita itu sendiri. Artinya, dengan berdoa
saja, kita sudah merasakan sukacita yang luar biasa, meskipun doa kita belum
dikabulkan. Itulah sukacita Roh Kudus! Sukacita yang bukan berasal dari manusia,
tetapi sungguh berasal dari Allah sendiri.
Apabila kita sudah
merasakan sukacita dalam berdoa, maka percayalah bahwa kita akan memperoleh
buah-buah dari doa kita, yang pastinya juga akan memberikan sukacita bagi diri
kita. Demikian pula sebaliknya, jika kita tidak merasakan sukacita dalam
berdoa, kita berdoa karena terpaksa atau sekedar formalitas, maka doa-doa kita
tidak akan menghasilkan apa-apa. Atau dengan kata lain, doa-doa kita adalah doa
yang sia-sia.
Sukacita dalam berdoa
itulah sebenarnya yang merupakan sukacita surgawi yang telah kita cicipi di
dunia. Memang kepenuhan sukacita abadi hanya bisa kita nikmati di surga kelak.
Namun, sejak di dunia ini kita telah diberikan sepercik dari sukacita itu,
yaitu sukacita Roh Kudus. Maka, marilah kita mohon kepada Allah, agar kita
dianugerahi sukacita Roh Kudus terutama dalam hal berdoa, sebab dalam doa kita
bersatu hati dengan Tuhan – suatu gambaran dari persatuan abadi dengan Tuhan di
surga kelak, di mana kita akan bertatapan dari wajah ke wajah dengan Allah
sendiri. Marilah kita hening sejenak untuk merenungkan sabda Tuhan yang telah
kita dengarkan hari ini.
No comments:
Post a Comment