Saturday 11 August 2018

Renungan Katolik Minggu 12 Agustus 2018


SUKACITA ROH KUDUS
(Hari Raya St.  Perawan Maria diangkat ke surga: 12 Agustus 2018)
Bacaan Injil: Luk. 1:39-56
Oleh: P. Vinsensius, Pr.

[ Baca Injil Disini ]


PENGANTAR

Pada hari ini kita merayakan Hari Raya St. Perawan Maria diangkat ke surga. Namun, pertanyaan yang patut kita ajukan ialah Bacaan Injil hari ini tidak berbicara sama sekali tentang diangkatnya Bunda Maria ke surga. Bacaan Injil hari ini bercerita tentang kisah Bunda Maria yang mengunjungi St. Elisabet, saudarinya. Terus, apa hubungannya Bacaan Injil ini dengan Perayaan hari ini?

Memang perlu kita akui, bahwa tidak ada satu pun kutipan dari Injil yang berbicara tentang kisah Bunda Maria diangkat ke surga. Namun, sumber iman kita bukan saja dari Injil yang tertulis, tetapi juga Tradisi Suci yang diwartakan turun temurun secara lisan. Tradisi Suci inilah yang bersaksi tentang peristiwa Bunda Maria diangkat ke surga. Berdasarkan kesaksian iman para rasul, kita meyakini bahwa Bunda Maria adalah orang yang suci dan tak bernoda. Dan berkat kebaikan Allah, Bunda Maria diangkat ke surga dengan jiwa raganya.

Kemuliaan surgawi yang dialami oleh Bunda Maria adalah sukacita abadi, baik secara jiwa maupun raga. Sukacita ini bukan saja terjadi setelah Bunda Maria diangkat ke surga, namun telah dialami oleh Bunda Maria sejak ia mengandung Putra Allah dari kuasa Roh Kudus. Maka, sukacita ini adalah sukacita Roh Kudus. Sukacita Roh Kudus inilah yang dialami oleh St. Elisabet, yang dikunjungi oleh Bunda Maria. Dan sukacita Roh Kudus inilah yang akan kita renungkan pada hari ini.



TEOLOGI

Dalam Injil hari ini, kita telah mendengarkan kisah Bunda Maria mengunjungi St. Elisabet, saudarinya. Kehadiran Bunda Maria dirasakan sebagai suatu BERKAT yang luar biasa oleh Elisabet. Ada sukacita dalam jiwa dan raganya, sehingga anak yang ada dalam kandungannya pun ikut melonjak kegirangan. Atas ilham Roh Kudus, St. Elisabet menyampaikan pujian kepada Maria, sebagaimana yang kita kenal dan sering kita ulang-ulangi dalam doa kita, yaitu: “Terpujilah engkau di antara wanita dan terpujilah Buah tubuhmu”. Dengan penuh iman, St. Elisabet mengakui bahwa Bunda Maria adalah Bunda Tuhan, dan ia merasa tidak layak, karena sudah dikunjungi oleh seorang Bunda Tuhan. Dan dengan penuh iman pula, St. Elisabet mengakui bahwa segala sesuatu yang dikatakan Tuhan terhadap orang yang percaya akan terlaksana. Dengan kata lain, St. Elisabet mengakui Penyelenggaraan Tuhan dalam diri Bunda Maria.

Mendengar pujian dari St. Elisabet, Bunda Maria tidak mau menyombongkan dirinya, tetapi ia langsung memuji Tuhan, karena Tuhan telah memakai dia untuk menjadi alat-Nya. Semua ini terjadi berkat campur tangan Tuhan. Dan semua ini adalah rencana dan kehendak Tuhan sendiri yang terjadi di dalam kehidupan Bunda Maria.




PROFETIS

Sebagai orang Katolik tentu saja kita tidak asing lagi dengan berbagai devosi kepada Bunda Maria. Ada Doa Rosario, Novena Tiga Salam Maria, dan lain sebagainya. Namun, apa yang kita rasakan setelah kita mendaraskan doa-doa kita kepada Bunda Maria? Apakah biasa-biasa saja? Tidak adakah sesuatu yang luar biasa yang kita rasakan ketika kita berdoa kepada Bunda Maria?

Seharusnya dalam berdevosi kepada Bunda Maria, kita merasakan seperti yang dirasakan oleh St. Elisabet. Dengan kehadiran Bunda Maria, St. Elisabet merasakan sukacita yang luar biasa! Sukacita itu merasuk ke dalam jiwa dan raganya. Inilah yang seharusnya dialami oleh setiap orang yang berdevosi kepada Bunda Maria. Bila kita sungguh-sungguh menyadari kehadiran Bunda Maria pada waktu kita berdoa, maka kita akan berkata juga seperti St. Elisabet, “Siapakah aku ini, sehingga Ibu Tuhanku datang mengunjungi aku?” Dan seluruh diri kita, jiwa dan raga kita, akan diliputi sukacita yang luar biasa, berkat karya Roh Kudus.

Sukacita Roh Kudus yang kita peroleh berkat devosi kita kepada Bunda Maria, bukan saja karena terkabulnya doa permohonan kita, tetapi berkat doa kita itu sendiri. Artinya, dengan berdoa saja, kita sudah merasakan sukacita yang luar biasa, meskipun doa kita belum dikabulkan. Itulah sukacita Roh Kudus! Sukacita yang bukan berasal dari manusia, tetapi sungguh berasal dari Allah sendiri.

Apabila kita sudah merasakan sukacita dalam berdoa, maka percayalah bahwa kita akan memperoleh buah-buah dari doa kita, yang pastinya juga akan memberikan sukacita bagi diri kita. Demikian pula sebaliknya, jika kita tidak merasakan sukacita dalam berdoa, kita berdoa karena terpaksa atau sekedar formalitas, maka doa-doa kita tidak akan menghasilkan apa-apa. Atau dengan kata lain, doa-doa kita adalah doa yang sia-sia.

Sukacita dalam berdoa itulah sebenarnya yang merupakan sukacita surgawi yang telah kita cicipi di dunia. Memang kepenuhan sukacita abadi hanya bisa kita nikmati di surga kelak. Namun, sejak di dunia ini kita telah diberikan sepercik dari sukacita itu, yaitu sukacita Roh Kudus. Maka, marilah kita mohon kepada Allah, agar kita dianugerahi sukacita Roh Kudus terutama dalam hal berdoa, sebab dalam doa kita bersatu hati dengan Tuhan – suatu gambaran dari persatuan abadi dengan Tuhan di surga kelak, di mana kita akan bertatapan dari wajah ke wajah dengan Allah sendiri. Marilah kita hening sejenak untuk merenungkan sabda Tuhan yang telah kita dengarkan hari ini.





No comments:

Post a Comment