Friday 7 September 2018

HUKUM UNTUK KEBAIKAN DAN KESELAMATAN:


Tend Pemimpin Umat
 (Senin Biasa XXIII: 9 September 2018)
Oleh: Pastor Vinsensius, Pr.

PENGANTAR
Setiap hari kita berhadapan dengan berbagai aturan dan hukum yang ada di masyarakat kita, entah hukum Negara maupun hukum adat. Sebagai pemimpin umat, bapak-ibu, dan saudara-saudari sekalian pun ikut serta dalam menegakkan hukum dan aturan Gereja yang berlaku bagi semua umat Katolik. Namun, pertanyaannya sudahkah aturan dan hukum itu membawa kebaikan dan keselamatan bagi umat yang kita layani? Ataukah sebaliknya aturan yang kita buat itu malah mempersulit mereka untuk menjadi seorang Katolik yang baik?
 
Tend Pemimpin Umat Keuskupan Sanggau 2013
TEOLOGI
Injil hari ini mengingatkan kita akan hakikat dari sebuah hukum, yaitu harus membawa kebaikan dan keselamatan bagi semua orang. Para ahli Taurat dan orang-orang Farisi memang taat hukum, namun mereka menegakkan hukum itu secara mentah-mentah, tanpa melihat lebih dalam apa tujuan dari hukum itu, dan bagaimana seharusnya diterapkan secara konkret dalam menghadapi situasi-situasi tertentu.  Misalnya, seperti yang kita lihat hari ini, mereka berpegang teguh, bahwa pada hari Sabat kita harus istirahat dari semua pekerjaan, dan tidak boleh mengerjakan apa pun, termasuk menyembuhkan orang sakit. Bertepatan pada hari Sabat Yesus berada di rumah ibadat, dan pada waktu itu ada orang sakit, yang mati tangan kanannya. Para ahli Taurat dan orang-orang Farisi yang sentiment terhadap Yesus sudah mengamat-amati Yesus, apakah Dia akan menyembuhkan orang sakit itu atau tidak? Kalau Dia menyembuhkan orang sakit itu maka Dia melanggar hukum Taurat, dan mereka mendapat bahan untuk mempersalahkan Dia. Itulah yang ada di benak para ahli Taurat dan orang-orang Farisi ini.

Namun, Yesus mengetahui pikiran jahat mereka. Lalu, Yesus langsung bertanya kepada mereka, “Mana yang diperbolehkan pada hari Sabat, berbuat baik atau berbuat jahat? Menyelamatkan orang atau membinasakannya?” Tetapi, mereka tidak bisa menjawab pertanyaan Yesus yang dilematis itu. Akhirnya, Yesus menunjukkan kebaikan-Nya dan Misi Keselamatan-Nya itu dengan menyembuhkan orang yang mati lengannya itu. Yesus bersabda kepada orang sakit itu, “Ulurkanlah tanganmu”. Dengan sepatah kata saja, maka sembuhlah orang sakit itu. Para ahli Taurat dan orang-orang Farisi yang menyaksikan penyembuhan yang dilakukan oleh Yesus ini bukannya bersukacita, malah mereka menjadi marah. Dan akhirnya mereka berkualisi untuk menjatuhkan Yesus.

PROFETIS
Dalam kehidupan dan pelayanan kita selama ini mungkin kita pernah bersikap seperti para ahli Taurat dan orang-orang Farisi. Kita lebih mengutamakan hukum dari pada manusianya. Kita tidak melihat lebih dalam apa hakikat dan tujuan dari hukum itu: apakah demi hukum itu sendiri, atau demi kebaikan dan keselamatan manusia? Jika selama ini kita masih menerapkan aturan dan hukum tanpa cinta kasih, tanpa mengutamakan kebaikan dan keselamatan sesama, maka kita harus mengubah cara pandang kita yang lama menjadi cara pandang yang baru, yang sesuai dengan ajaran Kristus. Seperti yang dikatakan oleh Rasul Paulus kepada jemaat di Korintus, “Buanglah ragi yang lama, supaya kalian menjadi adonan yang baru, sebab kalian memang tidak beragi.” Ragi yang lama itu adalah ragi keburukan dan kejahatan, yang bisa muncul karena kesalahan dan kekeliruan kita dalam menegakkan aturan dan hukum dalam kehidupan kita bersama. Maka, tepatlah sekali kalau pada kesempatan Tend ini kita diajak untuk merenungkan tema: “Gereja yang mandiri dan solider” dari perspektif Hukum Gereja.

Semoga melalui Tend ini kita semua bisa semakin mengembangkan sikap yang mandiri dan memiliki sikap solidaritas kepada sesama, terutama mereka yang kecil, miskin, sakit, dan tersingkir. Kita semua diutus untuk menjadi menjadi penyalur kebaikan dan keselamatan yang berasal dari Allah. Tuhan Yesus sudah memberikan teladan kepada kita, bagaimana kita harus bersikap berhadapan dengan hukum dan aturan. Semoga melalui sessi-sessi yang akan diberikan nanti, kita semua bisa menemukan bagaimana seharusnya menerapkan hukum dan aturan secara konkret dalam kehidupan menggereja dan bermasyarakat, agar nilai-nilai kemanusiaan,  kebaikan, dan keselamatan tetap ditegakkan, dan tidak disingkirkan hanya demi hukum itu sendiri.  Marilah kita hening sejenak untuk merenungkan sabda Tuhan.





1 comment: