(Minggu Biasa XXIII: 9 September 2018)
Oleh: Pastor Vinsensius, Pr.
PENGANTAR
Dalam kehidupan sehari-hari tentu kita pernah melihat
orang yang tuli dan orang gagap. Kita bisa merasakan betapa sulitnya
berkomunikasi dengan orang tuli dan gagap. Bukan saja kita yang merasakan hal
ini, mereka juga pasti merasakan hal yang sama. Mereka menderita karena tidak
dapat mendengarkan apa yang dikatakan oleh orang lain, dan mereka juga
menderita karena tidak dapat menyampaikan segala maksud hati mereka kepada
orang lain. Biasanya orang tuli itu tidak gagap, dan orang gagap juga belum
tentu tuli. Namun, dalam bacaan Injil hari ini mengisahkan orang yang satu dan
sama menderita dua penyakit sekaligus, yaitu ketulian dan kebisuan. Kita bisa
membayangkan betapa menderitanya orang ini. Dan penderitaan inilah yang membuat
hati Yesus tergerak oleh belaskasihan dan akhirnya mau menyembuhkan orang yang
tuli dan gagap ini.
TEOLOGI
Dalam bacaan Injil hari ini kita telah mendengarkan kisah tentang
mukjizat Yesus menyembuhkan orang yang tuli dan gagap. Orang itu dibawa oleh
temannya kepada Yesus, dengan harapan Yesus mau menyembuhkan orang yang tuli
dan gagap ini. Lalu Yesus pun memisahkan orang itu dari keramaian. Dalam
keheningan dan kesendirian, Yesus menyembuhkan orang itu dengan sentuhan fisik
dan dengan sabda-Nya yang penuh kuasa. Maka, secara ajaib sembuhlah penyakit
dari orang yang tuli dan gagap ini. Penyakit yang menutupi telinga orang itu
dibuka oleh Yesus dengan kuasa ilahi-Nya, sehingga orang itu bisa mendengar,
dan penyakit yang selama ini mengikat lidah orang itu juga dilepaskan oeh
Yesus, sehingga orang itu bisa berbicara dengan lancar.
Berita tentang mukjizat ini akhirnya tersebar luas, walaupun sebenarnya
Yesus melarang mereka untuk memceritakannya kepada siapa pun. Namun,
kegembiraan dan ketakjuban mereka akan kuasa ilahi ini tidak dapat mereka
sembunyikan untuk diri mereka sendiri. Kabar gembira dari kisah ini bukan saja
terletak pada penyembuhan yang dialami oleh orang yang bisu dan gagap ini,
tetapi juga pada kesaksian yang diberikan oleh orang-orang yang menyaksikan
kejadian ini. Akhirnya, mereka mengakui bahwa Yesus menjadikan segala-galanya
baik. Yesus sungguh pembawa kabar baik, melalui perkataan maupun perbuatan yang
Ia lakukan.
PROFETIS
Ketulian dan kegagapan jasmani yang dialami oleh orang yang tuli dan
gagap dalam Bacaan Injil tadi menjadi lambang dari ketulian dan kegagapan
rohani kita. Sering kali kita tuli dan gagap terhadap Sabda Tuhan. Kita bisa
menjadi tuli secara rohani, ketika kita jarang mendengarkan Sabda Tuhan, tidak
fokus dalam mendengarkan Sabda Tuhan, dan juga tidak paham dengan apa yang
disabdakan oleh Tuhan. Kita juga bisa menjadi gagap secara rohani, ketika kita
tidak mampu untuk mewartakan Kabar Gembira Kristus kepada sesama kita.
Pertanyaannya: Bagaimana caranya supaya kita bisa sembuh dari ketulian dan
kegagapan rohani ini?
Jika kita ingin sembuh dari ketulian dan kegagapan rohani ini,
pertama-tama kita harus datang kepada Yesus dan memohon rahmat kesembuhan dari
Yesus. Kita harus datang kepada Yesus dalam keheningan dan kesendirian, sebab
dalam suasana seperti itulah dahulu Yesus menyembuhkan orang yang tuli dan
gagap. Itulah doa yang perlu kita lakukan terus-menerus, agar kita dapat sembuh
dari ketulian dan kegagapan rohani yang menggerogoti iman kita.
Selain berdoa, kita juga harus berusaha, agar dapat sembuh dari ketulian
dan kegagapan rohani ini. Bagaimana caranya? Tidak ada cara lain lagi untuk
sembuh dari ketulian rohani, selain terbuka terhadap Sabda Tuhan. Kita harus
membuka mata, telinga, dan hati kita untuk mendengarkan Sabda Tuhan. Maka,
pentinglah bagi kita untuk rajin membaca dan merenungkan Sabda Tuhan yang
tertulis dalam Kitab Suci. Jangan sampai Kitab Suci kita hanya menjadi pajangan
saja di rumah, atau bahkan ditumpuk bersama dengan buku-buku lain atau koran
dan majalah, dan akhirnya berdebu, karena tidak pernah disentuh sama sekali.
Mari kita luangkan waktu kita untuk mendengarkan Tuhan yang mau berbicara kepada
kita melalui Kitab Suci.
Apabila kita sudah sembuh dari ketulian rohani, maka kita mempunyai
harapan untuk sembuh juga dari kegagapan rohani. Artinya, ketika kita sudah
bisa mendengarkan Sabda Tuhan, dan tahu apa yang kehendak dan perintah Tuhan,
maka kita juga bisa dan harus mewartakan Sabda Tuhan kepada sesama kita, baik
melalui perkataan maupun perbuatan kita dalam kehidupan sehari-hari. Melalui
pewartaan ini, kita juga bisa membantu sesama kita untuk sembuh dari ketulian
dan kegagapan rohani yang mereka alami.
Marilah kita sembuhkan kedua penyakit rohani yang menjadi penghalang bagi
pertumbuhan Sabda Tuhan di dunia ini, agar Kerajaan Allah semakin tersebar di
mana-mana, dan semakin banyak orang yang mengakui kebaikan Allah.
No comments:
Post a Comment