Wednesday 31 October 2018

KASIH YANG SEMPURNA



 (Minggu Biasa XXXI: 4 November 2018)
Oleh: Pastor Vinsensius, Pr.

PENGANTAR

Sejak kecil kita diajarkan, bahwa Hukum yang paling utama ialah Hukum Cinta Kasih, seperti yang diajarkan oleh Tuhan Yesus. Tetapi, pertanyaannya: Apakah kita sudah mengerti dengan tepat apa yang dimaksud dengan hukum cinta kasih ini? Dan apakah kita sudah melaksanakannya dalam kehidupan kita sehari-hari? Melalui pertanyaan dari seorang Ahli Taurat dalam bacaan Injil hari ini, kita semua diajak untuk merenungkan makna cinta kasih yang sempurna sesuai dengan ajaran Tuhan Yesus.




TEOLOGI

Injil hari ini bercerita tentang percakapan Yesus dengan seorang ahli Taurat. Ahli Taurat ini datang kepada Yesus dan bertanya kepada-Nya, ‘Perintah manakah yang paling utama?” Ia bertanya demikian kepada Yesus, karena dalam Taurat Musa terdapat 613 perintah, belum termasuk kesimpulan-kesimpulan yang dibuat oleh para guru Yahudi yang jumlahnya ada ratusan perintah. Banyaknya perintah ini membuat orang-orang Yahudi bingung, perintah mana yang lebih utama? Maka, wajarlah jika ahli Taurat ini bertanya demikian kepada Yesus, karena ia ingin tahu perintah mana yang lebih utama dari ratusan perintah yang ada.

Yesus memulai jawaban-Nya dengan mengucapkan syahadat/ pengakuan iman orang Yahudi, yang siang malam mereka ucapkan, “Dengarlah, hai orang Israel, Tuhan Allah kita, Tuhan itu esa.” Baru setelah itu Yesus mengajarkan bahwa perintah yang paling utama adalah hukum cinta kasih kepada Allah dan sesama. Dengan mengucapkan syahadat ini, Yesus mau mengajarkan kepada kita, bahwa kita harus mengasihi Allah dan sesama, karena Allah yang esa telah terlebih dahulu mengasihi kita. Maka, sebagai tanggapan atas kasih Allah itu, kita juga harus mengasihi Allah dan sesama. Itulah kasih yang sempurna yang diajarkan oleh Yesus kepada kita.

PROFETIS

Kasih kepada Allah itu haruslah dilakukan dengan segenap hati, jiwa, akal budi, dan kekuatan. Artinya, kita harus mengasihi Allah dengan seluruh diri kita, jiwa dan raga kita. Bukti yang paling tampak dari kasih kita kepada Allah ialah ketika kita berdoa di Gereja. Gereja adalah rumah Tuhan, yang tampak di dunia ini. Kalau kita mengasihi seseorang, pastilah kita akan sering mengunjungi rumah orang itu. Demikian pula, kalau kita mengasihi Tuhan, maka kita juga akan sering dan rutin  mengunjungi Tuhan yang hadir dalam Gereja-Nya. Dengan hadir dalam doa di Gereja, kita mau mengarahkan hati kita kepada Tuhan. Jika kita sudah mengarahkan hati kita kepada Tuhan, maka kita akan mengikuti Misa/ Ibadat dengan sepenuh hati, dengan penuh ketulusan hati, dan bukan karena paksaan. Di Gereja kita juga mau mengarahkan pikiran kita kepada Tuhan. Dengan mendengarkan dan merenungkan sabda Tuhan, kita menggunakan akalbudi kita untuk memahami ajaran dan perintah Tuhan, dan menyimpannya dalam hati kita, agar kita dapat melaksanakannya dalam kehidupan kita sehari-hari, dengan segenap kekuatan kita. Dengan perintah yang pertama ini, Yesus ingin menegaskan kepada kita, bahwa kasih kepada Allah itu mencakup doa dan perbuatan nyata, yang sesuai dengan kehendak Allah.

Perintah kedua yang diajarkan kepada kita ialah: “Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.” Perintah ini bisa berjalan dengan baik dan benar, jika kita bisa mengasihi diri kita sendiri dengan baik dan benar. Tidak mungkin kita bisa mengasihi orang lain, jika kita sendiri tidak bisa mengasihi diri sendiri. Artinya, ukuran kasih kita kepada sesama itu harus sesuai dengan ukuran kasih kita kepada diri kita sendiri. Semakin besar kasih kita kepada diri kita sendiri, maka harus semakin besar pula kasih kita kepada sesama. Misalnya, jika kita bisa memberikan apa yang terbaik bagi diri kita sendiri, maka kita juga harus bisa memberikan yang terbaik bagi orang lain. Jika kita sendiri ingin dihargai, maka kita juga harus menghargai orang lain. Intinya, apa saja hal yang baik, yang kita inginkan bagi diri kita sendiri, harus kita berikan juga kepada orang lain melalui tindakan kita sehari-hari.  

Sebenarnya, kedua perintah utama yang diberikan oleh Tuhan Yesus ini tidak bermaksud untuk menghilangkan seluruh perintah Hukum Taurat yang jumlahnya ratusan itu, tetapi Tuhan Yesus ingin memberikan SEMANGAT kepada kita dalam melaksanakannya. Semangat itu ialah semangat cinta kasih kepada Tuhan dan sesama. Semua perintah yang ada itu harus kita laksanakan dengan semangat cinta kasih, dan bukan dengan sekedar formalitas belaka, atau dengan keterpaksaan. Dan cinta kasih itu menjadi sempurna, jika kita mengarahkannya kepada Tuhan dan sesama, dan bukan hanya kepada diri kita sendiri.

Tantangan kita pada zaman ini ialah sifat egois manusia yang semakin besar! Banyak orang yang hanya mementingkan dirinya sendiri, kebutuhannya sendiri, dan kebaikannya sendiri, tanpa memperhatikan orang lain dan kesejahteraan bersama. Sifat egois ini bertentangan dengan perintah kedua yang diajarkan Tuhan Yesus, yaitu supaya kita mengasihi sesama seperti kita mengasihi diri kita sendiri!

Selain itu, kita juga berhadapan dengan tantangan lain dalam kehidupan kita saat ini, yaitu sikap lebih mementingkan kebutuhan jasmani dari pada rohani. Banyak orang yang lebih mementingkan harta duniawi daripada harta surgawi. Banyak orang yang lebih mengutamakan kekayaan dan pekerjaan, daripada Tuhan. Maka, sikap seperti ini melanggar perintah pertama yang Yesus ajarkan kepada kita, supaya kita mengasihi Allah dengan seluruh jiwa dan raga.

Maka, marilah kita berusaha untuk melaksanakan perintah Tuhan untuk mengasihi Allah dan sesama dalam kehidupan kita sehari-hari. Mari kita mohon rahmat Allah, agar kita bisa melaksanakan perintah yang utama ini dalam kehidupan kita, sehingga kita layak menjadi murid-murid Kristus yang sejati. Dan semoga dengan melaksanakan perintah Allah ini kita diperkenankan untuk memasuki Kerajaan Allah, yang telah Tuhan Yesus janjikan kepada kita. Amin.


No comments:

Post a Comment