(Hari Minggu
Paskah VII:
24 Mei 2020)
Saudara/i
terkasih, pada Hari Komunikasi sedunia yang ke 54 ini, Bapa Suci Paus Fransiskus
mengangkat tema: “HIDUP MENJADI CERITA”, dengan kutipan Kitab Suci, yang
diambil dari Kitab Keluaran 10:2, yang berbunyi: “Supaya engkau dapat menceritakannya kepada anak cucumu.” Apa artinya
“hidup menjadi cerita”? Dan apa yang harus kita ceritakan kepada generasi muda
sesuai dengan sabda Tuhan ini?
Dalam surat yang lumayan panjang, Bapa Suci sudah menjelaskan
makna dari tema ini sesuai dengan konteks zaman sekarang. Kehidupan ini
diibaratkan seperti orang yang menenun pakaian. Benang demi benang ditenun, dan
benang yang baik akan menghasilkan pakaian yang baik. Demikian pula, dengan kehidupan
kita. Setiap hari kita menenun cerita. Hari demi hari, apa yang kita pikirkan, apa
yang kita katakan, dan apa yang kita lakukan, semuanya itu akan menjadi sebuah
cerita tentang kita. Kehidupan yang baik
tentu saja akan menghasilkan cerita yang baik. Demikian pula sebaliknya,
kehidupan yang buruk akan menghasilkan cerita yang buruk.
Cerita yang dimaksudkan oleh Paus di sini ialah CERITA
YANG BAIK. Paus mengatakan, “Kita perlu menghirup
kebenaran dari cerita-cerita yang baik, supaya tidak tersesat”. Pertanyaannya:
Bagaimana caranya kita membuat cerita yang baik itu?
Sesuai dengan pesan Paus Fransiskus dan sabda Tuhan
pada hari ini ada tiga cara yang harus kita lakukan, agar hidup kita dapat
menjadi cerita yang baik:
Pertama, carilah sumber cerita yang baik dan benar.
Pada zaman sekarang ini, banyak sumber cerita, berita, dan informasi di google,
tetapi hanya sedikit yang benar. Jika tidak hati-hati dan selektif dalam
membaca berita itu, kita bisa tertipu oleh cerita bohong, kabar hoax, dan
cerita-cerita yang buruk lainnya.
Apa yang kita baca, itulah yang akan terkonsep di dalam pikiran kita,
dan akhirnya mempengaruhi hidup kita. Semuanya itu akan mempengaruhi cara kita
berpikir, cara kita berbicara, dan cara kita bertindak. Paus Fransiskus
mengatakan, bahwa Kitab Suci-lah cerita dari segala cerita yang baik, benar,
dan indah, karena di dalamnya dikisahkan karya keselamatan Allah, melalui para
nabi dan terutama melalui Putra-Nya sendiri, Tuhan kita Yesus Kristus. Maka,
rajin-rajinlah membaca dan merenungkan Kitab Suci, agar kita dapat mengikuti
teladan hidup yang baik dan menerapkannya dalam kehidupan kita sehari-hari.
Kedua, lakukanlah kebaikan dan kebenaran dalam
kehidupan sehari-hari, agar cerita yang kita hasilkan dan wariskan kepada
generasi berikut adalah cerita yang baik dan benar. Dalam hal ini, Rasul Petrus
mengingatkan kita dalam Bacaan Kedua,
bahwa kita harus hidup sesuai dengan ajaran Kristus, menjadi orang Kristen yang
sejati, walaupun harus mengalami penderitaan, karena iman kepada Kristus.
Lebih baik menderita karena kebenaran dan kebaikan, daripada menderita
karena kejahatan. Penderitaan karena iman kepada Kristus akan menghasilkan
sukacita yang sejati. Dan dengan demikian, kita akan menenun benang-benang
kehidupan yang baik, yang kelak akan menghasilkan cerita yang baik pula.
Ketiga, berceritalah dengan Allah sesering mungkin.
Artinya, kita harus berdoa dengan tekun. Berdoa sama dengan kita bercerita
dengan Allah, menyampaikan keluh kesah kita kepada-Nya, memohon belas kasih dan
pengampunan-Nya, dan jangan lupa juga berterimakasih kepada-Nya.
Jemaat perdana yang dipimpin oleh para rasul telah memberikan teladan
yang baik bagi kita dalam hal berdoa. Dalam Bacaan Pertama, setelah Yesus naik ke surga, para rasul bersama
Bunda Maria dan para murid yang lain berkumpul untuk berdoa setiap hari,
menantikan kedatangan Roh Kudus yang dijanjikan oleh Yesus.
Inilah asal usul dari Doa Novena Roh Kudus yang telah kita mulai 2 hari
yang lalu. Sesuai dengan teladan para rasul dan Bunda Maria, kita berdoa selama
9 hari berturut-turut, tanpa putus-putusnya, memohon karunia Roh Kudus. Jika kita
sungguh-sungguh bertekun dalam Novena ini dan percaya, maka kita akan menerima
karunia Roh Kudus yang kita butuhkan dalam kehidupan kita sehari-hari, seperti
yang sudah dialami oleh para rasul dan Bunda Maria pada hari Pentakosta.
Maka, marilah saudara/i terkasih, kita senantiasa
bertekun dalam DOA, bukan hanya pada saat Novena Roh Kudus saja, tetapi setiap
hari di sepanjang hidup kita. Kita harus berdoa, seperti Tuhan Yesus berdoa
kepada Bapa-Nya, sebagaimana yang telah kita dengarkan dalam Bacaan Injil tadi.
Dalam berdoa Yesus tidak hanya berdoa untuk diri-Nya
sendiri, tetapi juga berdoa untuk para murid-Nya, agar mereka memperoleh
keselamatan di dunia dan di surga. Doa Yesus bersifat sosial.
Maka, doa kita juga haruslah bersifat sosial. Artinya,
kita berdoa bukan saja untuk diri kita sendiri, tetapi juga berdoa untuk orang
lain, terutama mereka yang saat ini sakit dan menderita akibat pandemi covid 19
ini. Marilah kita mohon pertolongan dari Allah, agar pandemi ini segera
berakhir, sehingga kita dapat kembali menenun cerita yang baik dalam kehidupan
kita sehari-hari, dan dapat mewariskannya kepada generasi muda.
RD. VINSENSIUS
Imam Diosesan Keuskupan Sanggau
No comments:
Post a Comment