Saturday 23 May 2020

HIDUP MENJADI CERITA YANG BAIK


(Hari Minggu Paskah VII: 
24 Mei 2020)




Saudara/i terkasih, pada Hari Komunikasi sedunia yang ke 54 ini, Bapa Suci Paus Fransiskus mengangkat tema: “HIDUP MENJADI CERITA”, dengan kutipan Kitab Suci, yang diambil dari Kitab Keluaran 10:2, yang berbunyi: “Supaya engkau dapat menceritakannya kepada anak cucumu.” Apa artinya “hidup menjadi cerita”? Dan apa yang harus kita ceritakan kepada generasi muda sesuai dengan sabda Tuhan ini?  

Dalam surat yang lumayan panjang, Bapa Suci sudah menjelaskan makna dari tema ini sesuai dengan konteks zaman sekarang. Kehidupan ini diibaratkan seperti orang yang menenun pakaian. Benang demi benang ditenun, dan benang yang baik akan menghasilkan pakaian yang baik. Demikian pula, dengan kehidupan kita. Setiap hari kita menenun cerita. Hari demi hari, apa yang kita pikirkan, apa yang kita katakan, dan apa yang kita lakukan, semuanya itu akan menjadi sebuah cerita tentang kita.  Kehidupan yang baik tentu saja akan menghasilkan cerita yang baik. Demikian pula sebaliknya, kehidupan yang buruk akan menghasilkan cerita yang buruk.

Cerita yang dimaksudkan oleh Paus di sini ialah CERITA YANG BAIK. Paus mengatakan, “Kita perlu menghirup kebenaran dari cerita-cerita yang baik, supaya tidak tersesat”. Pertanyaannya: Bagaimana caranya kita membuat cerita yang baik itu?

Sesuai dengan pesan Paus Fransiskus dan sabda Tuhan pada hari ini ada tiga cara yang harus kita lakukan, agar hidup kita dapat menjadi cerita yang baik:

Pertama, carilah sumber cerita yang baik dan benar. Pada zaman sekarang ini, banyak sumber cerita, berita, dan informasi di google, tetapi hanya sedikit yang benar. Jika tidak hati-hati dan selektif dalam membaca berita itu, kita bisa tertipu oleh cerita bohong, kabar hoax, dan cerita-cerita yang buruk lainnya.

Apa yang kita baca, itulah yang akan terkonsep di dalam pikiran kita, dan akhirnya mempengaruhi hidup kita. Semuanya itu akan mempengaruhi cara kita berpikir, cara kita berbicara, dan cara kita bertindak. Paus Fransiskus mengatakan, bahwa Kitab Suci-lah cerita dari segala cerita yang baik, benar, dan indah, karena di dalamnya dikisahkan karya keselamatan Allah, melalui para nabi dan terutama melalui Putra-Nya sendiri, Tuhan kita Yesus Kristus. Maka, rajin-rajinlah membaca dan merenungkan Kitab Suci, agar kita dapat mengikuti teladan hidup yang baik dan menerapkannya dalam kehidupan kita sehari-hari.

Kedua, lakukanlah kebaikan dan kebenaran dalam kehidupan sehari-hari, agar cerita yang kita hasilkan dan wariskan kepada generasi berikut adalah cerita yang baik dan benar. Dalam hal ini, Rasul Petrus mengingatkan kita dalam Bacaan Kedua, bahwa kita harus hidup sesuai dengan ajaran Kristus, menjadi orang Kristen yang sejati, walaupun harus mengalami penderitaan, karena iman kepada Kristus.

Lebih baik menderita karena kebenaran dan kebaikan, daripada menderita karena kejahatan. Penderitaan karena iman kepada Kristus akan menghasilkan sukacita yang sejati. Dan dengan demikian, kita akan menenun benang-benang kehidupan yang baik, yang kelak akan menghasilkan cerita yang baik pula.

Ketiga, berceritalah dengan Allah sesering mungkin. Artinya, kita harus berdoa dengan tekun. Berdoa sama dengan kita bercerita dengan Allah, menyampaikan keluh kesah kita kepada-Nya, memohon belas kasih dan pengampunan-Nya, dan jangan lupa juga berterimakasih kepada-Nya.

Jemaat perdana yang dipimpin oleh para rasul telah memberikan teladan yang baik bagi kita dalam hal berdoa. Dalam Bacaan Pertama, setelah Yesus naik ke surga, para rasul bersama Bunda Maria dan para murid yang lain berkumpul untuk berdoa setiap hari, menantikan kedatangan Roh Kudus yang dijanjikan oleh Yesus.

Inilah asal usul dari Doa Novena Roh Kudus yang telah kita mulai 2 hari yang lalu. Sesuai dengan teladan para rasul dan Bunda Maria, kita berdoa selama 9 hari berturut-turut, tanpa putus-putusnya, memohon karunia Roh Kudus. Jika kita sungguh-sungguh bertekun dalam Novena ini dan percaya, maka kita akan menerima karunia Roh Kudus yang kita butuhkan dalam kehidupan kita sehari-hari, seperti yang sudah dialami oleh para rasul dan Bunda Maria pada hari Pentakosta.

Maka, marilah saudara/i terkasih, kita senantiasa bertekun dalam DOA, bukan hanya pada saat Novena Roh Kudus saja, tetapi setiap hari di sepanjang hidup kita. Kita harus berdoa, seperti Tuhan Yesus berdoa kepada Bapa-Nya, sebagaimana yang telah kita dengarkan dalam Bacaan Injil tadi.

Dalam berdoa Yesus tidak hanya berdoa untuk diri-Nya sendiri, tetapi juga berdoa untuk para murid-Nya, agar mereka memperoleh keselamatan di dunia dan di surga. Doa Yesus bersifat sosial.


Maka, doa kita juga haruslah bersifat sosial. Artinya, kita berdoa bukan saja untuk diri kita sendiri, tetapi juga berdoa untuk orang lain, terutama mereka yang saat ini sakit dan menderita akibat pandemi covid 19 ini. Marilah kita mohon pertolongan dari Allah, agar pandemi ini segera berakhir, sehingga kita dapat kembali menenun cerita yang baik dalam kehidupan kita sehari-hari, dan dapat mewariskannya kepada generasi muda.

RD. VINSENSIUS

Imam Diosesan Keuskupan Sanggau



No comments:

Post a Comment