(Hari Raya Tubuh
& Darah Kristus:
14 Juni 2020)
Saudara-saudari, pada perayaan
Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus ini, kita ingin merenungkan tentang kehadiran
Yesus yang nyata dalam Sakramen Ekaristi, dan manfaatnya bagi kehidupan iman
kita. Dalam Bacaan pertama,
kehadiran Kristus dalam rupa roti telah diantisipasi melalui peristiwa turunnya
manna, roti yang diberikan Allah
kepada orang Israel ketika mereka mengembara di padang gurun selama 40 tahun.
Roti itu yang memberi hidup kepada mereka di tengah kelaparan. Namun, Allah
tetap mengingatkan mereka, bahwa manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi
dari setiap Sabda yang diucapkan oleh Tuhan. (bdk. Ul. 8:3).
Sabda Tuhan inilah, yang dengan kuasa Roh Kudus,
mengubah roti dan anggur menjadi Tubuh dan Darah Kristus dalam perayaan
Ekaristi (lih. KGK, 1375). Hal ini sesuai dengan sabda Yesus, dalam Bacaan Injil.
Yesus telah menyebut diri-Nya: Roti Kehidupan, yang turun dari surga. Roti ini
berbeda dengan manna yang dimakan
oleh nenek moyang Israel di padang gurun, karena Roti ini adalah Daging-Nya
sendiri yang akan diberikannya kepada manusia, agar mereka dapat memperoleh
hidup yang kekal. Yesus bersabda: “Siapa saja yang makan daging-Ku dan minum
darah-Ku, ia mempunyai hidup yang kekal, dan Aku akan membangkitkan dia pada
akhir zaman.” (Yoh. 6:54).
Saudara-saudari, dengan iman
kita percaya akan Kehadiran Yesus yang nyata dalam Sakramen Mahakudus. Roti dan
anggur yang kita terima dalam Ekaristi, bukan lagi roti dan anggur secara
hakikatnya, karena melalui doa konsekrasi dari imam, terjadilah suatu perubahan
seluruh substansi roti dan anggur ke dalam substansi Tubuh dan Darah Kristus.
Perubahan inilah yang secara tepat disebut dengan perubahan hakiki/ kodrat [transsubstansi] (lih. KGK. 1376).
Memang secara manusiawi, kita masih melihat rupa roti
dan anggur, dan kita masih merasakan rasa roti dan anggur. Secara inderawi kita
tidak dapat menangkap kehadiran Yesus dalam rupa roti dan anggur, karena
keterbatasan inderawi kita. St. Thomas Aquinas mengatakan: “Bahwa, Tubuh dan
Darah Kristus yang sebenarnya hadir dalam Sakramen ini, tidak dapat ditangkap
oleh indera, tetapi hanya oleh IMAN, yang bersandar pada otoritas ilahi.” (KGK.
1381).
Maka, marilah kita senantiasa mengimani Kehadiran
Yesus dalam Sakramen Mahakudus. Yesus hadir secara nyata dalam rupa roti dan
anggur, agar kita yang menerima-Nya dalam keadaan layak, dapat juga secara
nyata bersatu dengan Dia. Persatuan yang erat dengan Yesus menjadi buah pertama
dari Komuni Kudus. (bdk. KGK. 1391)
Persatuan dengan Tubuh dan Darah Kristus juga berguna
bagi kita untuk membangun kesatuan Gereja, yang adalah Tubuh Mistik Kristus
(lih. KGK. 1396). Sebagaimana yang kita
dengarkan dalam Bacaan Kedua, Rasul
Paulus menegaskan lebih lanjut tentang makna Ekaristi: “Karena roti itu hanya satu, maka kita ini, sekalipun
banyak merupakan satu tubuh, karena kita semua mendapat bagian dalam roti yang
satu.” (1Kor. 10:17).
Maka, marilah kita senantiasa membangun dan membawa persatuan dengan
Yesus dan sesama, dan bukan perpecahan. Dengan persatuan yang sejati ini, maka
kelak kita juga akan mengalami persatuan yang kekal dengan Allah dalam
perjamuan abadi di surga. Amin.
*KGK: Katekismus Gereja Katolik
*lih: lihat
*bdk: bandingkan
*lih: lihat
*bdk: bandingkan
R.D. Vinsensius
Imam Diosesan Keuskupan Sanggau
No comments:
Post a Comment