Hari Minggu Misi Ke-94:
Hari Minggu Biasa XXIX
(18 Oktober 2020)
Saudara-saudari terkasih,
Hari ini kita
merayakan Hari Minggu Misi Sedunia yang ke-94. Panggilan untuk bermisi
pertama-tama adalah inisiatif dari Allah, muncul dari Allah dan tertuju kepada
Allah, Sang Sumber Keselamatan. Dalam Bacaan
Pertama, Tuhan menegaskan Misi-Nya kepada Nabi Yesaya, bahwa Ia telah
memanggil dan memilih Raja Koresh, serta memberikan kemenangan kepadanya,
supaya semua orang mengenal Allah yang benar, dan dapat mengalami keselamatan
yang kekal dari Allah.
Misi
Allah ini tampak secara nyata dan sempurna dalam diri Yesus Kristus, Putra-Nya.
Sebagaimana telah kita dengarkan dalam Bacaan Injil, Yesus menjawab pertanyaan
dari orang-orang Farisi dan Herodian, yang berusaha menjerat Dia dengan
mempertentangkan urusan pemerintah dan agama, berkaitan dengan kewajiban pajak.
Namun, dengan bijaksana Yesus menjawab:
“Berikanlah kepada Kaisar, apa yang wajib
kamu berikan kepada Kaisar, dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada
Allah.” (Mat. 22:21).
Melalui
sabda ini, Yesus ingin mengatakan bahwa Misi keselamatan-nya berlaku untuk
semua orang, dan semua bidang kehidupan manusia, baik agama, politik, ekonomi,
dan lain sebagainya. Dalam hal ini kita memiliki kewajiban untuk mematuhi
aturan dari masing-masing bidang atau lembaga yang ada ini. Tidak perlu kita
mempertentangkan bidang yang satu dengan yang lain, karena semuanya memiliki
tujuan yang sama, yaitu demi kesejahteraan bersama, baik yang sifatnya jasmani
maupun rohani.
Saudara-saudari
terkasih, sesuai dengan
sabda Yesus ini, maka kita harus melaksanakan kewajiban kita masing-masing
sesuai bidangnya. Sebagai warga negara, kita wajib menaati undang-undang dan
peraturan dari pemerintah. Misalnya saat pandemi ini, kita wajib mematuhi
protokol kesehatan (3M: Memakai masker, Mencuci tangan, dan Menjaga jarak untuk
menghindari kerumunan). Sebagai warga Gereja, kita wajib menaati
perintah-perintah Tuhan dan Gereja Katolik. Sebagai orang tua, kita wajib
bekerja untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan anak-anak. Dan masih banyak
bidang lainnya lagi yang ada dalam kehidupan kita sehari-hari. Berhadapan
dengan aneka bidang kehidupan ini, kita harus bijaksana. Jangan sampai
mempertentangkan bidang yang satu dengan yang lain, seperti orang-orang Farisi
dan Herodian. Hendaknya, kita bijaksana dalam mengatur semua bidang ini, agar
semuanya dapat berjalan dengan baik, sehingga terpenuhilah kewajiban kita, baik
kepada sesama manusia maupun kepada Allah.
Saudara-saudari
terkasih, agar kita
dapat memenuhi semua kewajiban kita dengan baik dan benar, maka kita harus
memiliki semangat dasar yang benar, yaitu iman, harapan, dan kasih. Sebagaimana
yang dikatakan oleh Rasul Paulus dalam Bacaan
Kedua tadi, bahwa ia bersyukur akan amal
iman, usaha kasih, dan ketekunan harapan dari umat di
Tesalonika kepada Yesus. Semua ini bisa terjadi karena Allah yang telah
memanggil dan memilih mereka untuk melaksanakan Misi-Nya di dunia ini. Maka,
ketiga semangat ini harus ada dalam kehidupan kita, yaitu iman, harapan, dan
kasih, agar kita dapat melaksanakan Misi Tuhan dalam kehidupan kita sehari-hari,
demi kesejahteraan bersama dan keselamatan manusia.
Saudara-saudari
terkasih, untuk Minggu
Misi tahun ini Paus Fransiskus mengangkat tema: “Inilah Aku, Utuslah Aku.”
(Yes. 6:8). Panggilan Allah harus ditanggapi dengan jawaban yang positif.
Bacaan pertama hari ini berbicara tentang panggilan itu, sedangkan bacaan kedua
dan Injil berbicara tentang tangapan atas panggilan Allah melalui perbuatan
iman, harapan, dan kasih yang harus kita wujudkan dalam kehidupan berbangsa dan
menggereja. Maka sebagai penutup dari renungan hari ini, saya akan mengutip
sedikit dari pesan Paus Fransiskus pada hari Minggu Misi ini, yang dapat
menjadi bahan permenungan kita bersama dalam merayakan Hari Minggu Misi yang
ke-94:
Misi adalah tanggapan bebas dan
sadar atas panggilan Allah. Tetapi kita melihat panggilan ini hanya ketika kita
memiliki hubungan cinta yang personal dengan Yesus yang hadir di dalam
Gereja-Nya. ... Keterbukaan batin ini esensial jika kita akan mengatakan pada
Allah: “Ini aku, Tuhan, utuslah aku!” (bdk. Yes. 6:8).
Memahami apa yang disampaikan Allah
kepada kita pada masa pandemi ini juga menunjukkan tantangan bagi misi Gereja.
Keadaan sakit, penderitaan, ketakutan dan isolasi menantang kita. Kemiskinan
mereka yang meninggal dalam kesendirian, yang tertelantarkan, mereka yang telah
kehilangan pekerjaan dan pendapatan, yang tanpa tempat tinggal dan mereka yang
kekurangan makanan menantang kita. Dipaksa untuk menjalankan sosial distancing
dan untuk tinggal di rumah mengundang kita untuk menemukan kembali bahwa
kita membutuhkan hubungan sosial seperti juga hubungan bersama kita dengan
Tuhan. ...situasi ini hendaknya membuat kita lebih memberi perhatian pada cara
kita berelasi dengan orang lain. Dan doa, di mana Allah menjamah dan
menggerakkan hati kita, hendaknya membuat kita lebih terbuka pada kebutuhan
saudara dan saudari kita untuk keluhuran martabat dan kebebasan, dan juga
tanggung jawab kita terhadap pemeliharaan keutuhan ciptaan. Ketidakmungkinan
berkumpul sebagai Gereja untuk merayakan Ekaristi telah mengantar kita untuk
membagikan pengalaman banyak komunitas Kristen yang tidak dapat merayakan Misa
setiap hari Minggu. Dalam semua hal ini, pertanyaan Allah: “Siapa yang hendak
Kuutus?” ditujukan sekali lagi kepada kita dan menunggu jawaban yang murah hati
dan meyakinkan: “Ini aku, utuslah aku!” (Yes. 6:8).
Semoga Santa Perawan Maria, Bintang
Evangelisasi dan Penghibur yang menderita, murid-murid yang diutus Yesus
Putra-Nya, terus menjadi pengantara kita dan menopang kita.
Roma,
Basilika Santo Yohanes Lateran
Pada
Hari Raya Pentakosta
31
Mei 2020
Paus Fransiskus
R.D. VINSENSIUS
Imam Diosesan Keuskupan Sanggau
No comments:
Post a Comment