(Hari Minggu Biasa XXX:
25 Oktober 2020)
Saudara-saudari terkasih, jika kita memandang Salib Yesus, kita melihat ada
simbol yang bermakna di balik salib itu. Pertama, ada garis vertikal (lurus
dari atas ke bawah). Itu melambangkan hubungan Allah dan manusia. Dan yang
kedua, ada garis horisontal (garis lurus menyamping kiri ke kanan), yang
melambangkan hubungan antar sesama manusia. Pusat dari kedua garis itu adalah
Yesus Kristus, Pengantara manusia kepada Allah. Pertanyaannya, hubungan seperti
apa yang dikehendaki oleh Allah?
Dalam Bacaan
Injil tadi, kita sudah mendengarkan perintah yang paling utama dan pertama
dalam Hukum Taurat, yaitu perintah KASIH,
baik kepada Allah, maupun kepada sesama. Maka, perintah Kasih inilah yang harus
ada dalam hubungan manusia dengan Allah dan dengan sesama. Allah telah terlebih
dahulu mengasihi kita, dengan menyerahkan Putra-Nya yang tunggal, demi
penebusan dosa dan keselamatan kita. Maka, sebagai tanggapan atas kasih Allah
ini, kita juga harus mengasihi Allah dengan segenap hati, segenap jiwa, dan
segenap akal budi, serta mengasihi sesama seperti diri kita sendiri.
Kasih
kepada Allah tampak nyata dalam Bacaan
Kedua tadi. Dalam suratnya kepada jemaat di Tesalonika, Rasul Paulus memuji
umat di Tesalonika, karena mereka telah menuruti perintah Tuhan. Mereka sudah
meninggalkan berhala-berhala, dan mengabdikan diri hanya kepada Allah saja.
Kasih mereka kepada Allah sudah total, dan itu terbukti melalui iman mereka
yang teguh kepada Allah.
Kasih
kepada sesama tampak nyata dalam Bacaan
Pertama. Allah berfirman kepada umat Israel melalui perantaraan Musa, bahwa
mereka harus mengasihi sesamanya seperti mereka mengasihi diri mereka sendiri.
Sebagai wujud dari kasih ini, mereka dilarang keras untuk menindas sesamanya
yang terlantar, yaitu orang-orang asing, para janda dan yatim piatu, serta orang-orang
miskin. Segala bentuk penindasan harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan
kehendak Tuhan dan perintah kasih. Maka, mereka harus memberikan perhatian dan
pertolongan bagi orang-orang yang terlantar dan menderita ini, agar mereka juga
mengalami kesejahteraan, dan bukan sebaliknya menindas mereka, demi memperoleh
keuntungan diri sendiri. Jika, kita menindas orang lain, maka Tuhan sendiri
akan membalas kejahatan itu, sesuai dengan sabda-Nya tadi.
Saudara-saudari
terkasih, bacaan-bacaan suci hari ini sudah jelas bagi kita, dan mudah kita
pahami, karena ajaran ini menjadi inti dari iman kita, dan pokok dari ajaran
Kristus, yaitu CINTA KASIH. Tugas kita sekarang adalah mengamalkan cinta kasih
ini dalam kehidupan kita sehari-hari dalam hubungan kita dengan Tuhan dan
sesama. Salib Kristus melambangkan cinta Allah kepada manusia (garis vertikal)
dan cinta manusia kepada sesamanya (garis horisontal). Maka, kita yang
mengimani Kristus harus mewujudnyatakan lambang cinta kasih ini, yaitu dengan
mengasihi Allah dan sesama dalam kehidupan kita sehari-hari.
Kasih
kepada Allah dapat kita wujudkan dalam kehidupan rohani kita, dengan rajin
berdoa setiap hari, merayakan Misa pada hari Minggu, dan sungguh-sungguh
percaya kepada Tuhan dan bukan kepada berhala atau roh-roh lain. Sedangkan
kasih kepada sesama dapat kita wujudkan melalui perhatian, kepedulian, dan
bantuan yang kita berikan kepada sesama. Jauhkanlah sikap benci, iri hati,
balas dendam, dan perbuatan jahat lainnya, agar kasih kita kepada sesama sungguh-sungguh
total dan sejati. Marilah kita mengamalkan kasih kepada Allah dan sesama, agar
kita semua dapat mengalami kesejahteraan dan kedamaian dalam kehidupan bersama.
Imam Diosesan Keuskupan Sanggau
No comments:
Post a Comment