Friday 23 October 2020

KASIH KEPADA ALLAH DAN SESAMA

 

(Hari Minggu Biasa XXX: 

25 Oktober 2020)


 


Saudara-saudari terkasih, jika kita memandang Salib Yesus, kita melihat ada simbol yang bermakna di balik salib itu. Pertama, ada garis vertikal (lurus dari atas ke bawah). Itu melambangkan hubungan Allah dan manusia. Dan yang kedua, ada garis horisontal (garis lurus menyamping kiri ke kanan), yang melambangkan hubungan antar sesama manusia. Pusat dari kedua garis itu adalah Yesus Kristus, Pengantara manusia kepada Allah. Pertanyaannya, hubungan seperti apa yang dikehendaki oleh Allah?

 

   Dalam Bacaan Injil tadi, kita sudah mendengarkan perintah yang paling utama dan pertama dalam Hukum Taurat, yaitu perintah KASIH, baik kepada Allah, maupun kepada sesama. Maka, perintah Kasih inilah yang harus ada dalam hubungan manusia dengan Allah dan dengan sesama. Allah telah terlebih dahulu mengasihi kita, dengan menyerahkan Putra-Nya yang tunggal, demi penebusan dosa dan keselamatan kita. Maka, sebagai tanggapan atas kasih Allah ini, kita juga harus mengasihi Allah dengan segenap hati, segenap jiwa, dan segenap akal budi, serta mengasihi sesama seperti diri kita sendiri.

 

Kasih kepada Allah tampak nyata dalam Bacaan Kedua tadi. Dalam suratnya kepada jemaat di Tesalonika, Rasul Paulus memuji umat di Tesalonika, karena mereka telah menuruti perintah Tuhan. Mereka sudah meninggalkan berhala-berhala, dan mengabdikan diri hanya kepada Allah saja. Kasih mereka kepada Allah sudah total, dan itu terbukti melalui iman mereka yang teguh kepada Allah.

 

Kasih kepada sesama tampak nyata dalam Bacaan Pertama. Allah berfirman kepada umat Israel melalui perantaraan Musa, bahwa mereka harus mengasihi sesamanya seperti mereka mengasihi diri mereka sendiri. Sebagai wujud dari kasih ini, mereka dilarang keras untuk menindas sesamanya yang terlantar, yaitu orang-orang asing, para janda dan yatim piatu, serta orang-orang miskin. Segala bentuk penindasan harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan kehendak Tuhan dan perintah kasih. Maka, mereka harus memberikan perhatian dan pertolongan bagi orang-orang yang terlantar dan menderita ini, agar mereka juga mengalami kesejahteraan, dan bukan sebaliknya menindas mereka, demi memperoleh keuntungan diri sendiri. Jika, kita menindas orang lain, maka Tuhan sendiri akan membalas kejahatan itu, sesuai dengan sabda-Nya tadi.

 

Saudara-saudari terkasih, bacaan-bacaan suci hari ini sudah jelas bagi kita, dan mudah kita pahami, karena ajaran ini menjadi inti dari iman kita, dan pokok dari ajaran Kristus, yaitu CINTA KASIH. Tugas kita sekarang adalah mengamalkan cinta kasih ini dalam kehidupan kita sehari-hari dalam hubungan kita dengan Tuhan dan sesama. Salib Kristus melambangkan cinta Allah kepada manusia (garis vertikal) dan cinta manusia kepada sesamanya (garis horisontal). Maka, kita yang mengimani Kristus harus mewujudnyatakan lambang cinta kasih ini, yaitu dengan mengasihi Allah dan sesama dalam kehidupan kita sehari-hari.

 

Kasih kepada Allah dapat kita wujudkan dalam kehidupan rohani kita, dengan rajin berdoa setiap hari, merayakan Misa pada hari Minggu, dan sungguh-sungguh percaya kepada Tuhan dan bukan kepada berhala atau roh-roh lain. Sedangkan kasih kepada sesama dapat kita wujudkan melalui perhatian, kepedulian, dan bantuan yang kita berikan kepada sesama. Jauhkanlah sikap benci, iri hati, balas dendam, dan perbuatan jahat lainnya, agar kasih kita kepada sesama sungguh-sungguh total dan sejati. Marilah kita mengamalkan kasih kepada Allah dan sesama, agar kita semua dapat mengalami kesejahteraan dan kedamaian dalam kehidupan bersama.

 

 R.D. Vinsensius

Imam Diosesan Keuskupan Sanggau

 

 

 

 

 

 

 

 

No comments:

Post a Comment