Saturday 26 December 2020

KELUARGA YANG BERIMAN BESAR

(Pesta Keluarga Kudus: 

27 Desember 2020)



 Perayaan Natal tidak dapat kita pisahkan dengan perayaan Keluarga Kudus. Mengapa? Karya INTI dari perayaan Natal adalah KESELAMATAN dari Allah. Dan karya keselamatan Allah itu tidak dapat dipisahkan dari peranan keluarga. Artinya, Allah menyelamatkan manusia di dalam dan melalui keluarga.


Dalam Bacaan Pertama tadi, kita sudah mendengarkan kisah tentang keluarga Abraham, bapa segala bangsa. Allah berjanji untuk memberikan keturunan kepada Abraham. Walaupun awalnya Abraham ragu dengan janji Allah, karena Sara isterinya sudah tua. Namun, karena Allah sendiri yang berfirman kepada-Nya, maka Abraham PERCAYA kepada Allah. Iman Abraham ini diperhitungkan oleh Allah, sehingga Abraham mendapatkan seorang anak, yang dinamakannya Ishak. Walaupun sebenarnya Sara sudah tidak bisa mengandung lagi, karena secara manusia ia sudah tua. Namun, bagi Allah tidak ada yang mustahil. Kuasa Allah melebihi segala kemampuan akalbudi dan jasmani manusia. Karena kuasa Allah inilah, maka Sara dapat mengandung dan melahirkan Ishak di masa tuanya, sehingga janji Allah kepada Abraham terpenuhi secara sempurna. 


Cobaan yang dialami Abraham tidak hanya berhenti sampai pada kelahiran Ishak saja, tetapi masih ada satu lagi cobaan yang lebih berat, yaitu perintah Allah untuk mempersembahkan anaknya sebagai kurban bakaran. Artinya, ia disuruh membunuh anaknya yang tunggal sebagai persembahan bagi Allah. Bukankah ini hal yang gila? Tidak masuk akal, dan sangat mengerikan, sadis, dan kejam? Namun, Abraham tetap taat kepada Allah. Apa yang ada di pikiran Abraham saat itu, sehingga ia taat buta kepada Allah? Bukankah jika anaknya itu mati, maka janji Allah untuk memberikan keturunan sebanyak bintang di langit dan pasir di pantai akan gagal?


Jawabannya dapat kita temukan dalam Bacaan Kedua hari ini dari Surat kepada orang Ibrani. Penulis surat Ibrani ini mengatakan bahwa Abraham rela mempersembahkan anaknya yang tunggal bagi Allah sebagai kurban bakaran, karena ia PERCAYA bahwa Allah berkuasa membangkitkan orang sekalipun mereka sudah mati. Di sinilah terletak KETAATAN IMAN dari Abraham. Dia tidak sekedar taat buta, tanpa tahu apa-apa tentang rencana dan kehendak Allah. Tetapi, yang mendasari ketaatannya itu adalah IMAN yang teguh kepada Allah. Karena imannya itu, maka Allah segera membatalkan rencana-Nya untuk menyuruh Abraham mempersembahkan anaknya itu, dan menyuruh Abraham menggantikan kurban itu dengan seekor domba yang telah disediakan oleh Allah. Inilah ujian iman yang telah dilalui oleh Abraham, dan dia sudah lulus dengan nilai yang terbaik, berkat IMAN-nya yang teguh dan total kepada Allah. 


Saudara-saudari terkasih, IMAN yang teguh juga kita temukan dalam Keluarga Kudus di Nazaret. Sebagai orang tua, Santo Yosef dan Bunda Maria sungguh-sungguh mengasuh, mendidik, dan membesarkan Yesus, sehingga Dia dapat menjadi Pribadi yang kuat, penuh hikmat dan anugerah dari Allah. Salah satu buktinya dapat kita dengarkan dalam Bacaan Injil tadi. Santo Yosef dan Bunda Maria tetap menjalankan hukum Taurat Musa dalam hal penyucian bagi anak-anak. Maka, ketika genap waktunya, mereka mempersembahkan Yesus di Bait Allah. Dan masih banyak lagi kisah lainnya tentang tanggung jawab yang dijalankan oleh Santo Yosef dan Bunda Maria ini dalam hal keagamaan, dan ajaran moral, sehingga mereka layak disebut sebagai Keluarga Kudus, karena memiliki Iman yang besar. 


Saudara-saudari terkasih, sebagai keluarga Katolik kita juga harus memiliki iman yang besar. Kita harus mengikuti teladan dari keluarga Abraham dan keluarga Santo Yosef, yang sungguh-sungguh beriman kepada Allah, walaupun mengalami berbagai cobaan dan tantangan yang berat dalam keluarganya. Maka, ada tiga point yang dapat direnungkan dari kedua kisah ini dalam kehidupan kita sehari-hari:

Pertama, IMAN kepada Tuhan Yesus harus menjadi dasar dan pondasi dari keluarga kita. Keluarga katolik adalah keluarga yang didirikan di atas iman kepada Yesus melalui Sakramen Perkawinan yang suci. Maka, sudah layak dan sepantasnya keluarga katolik juga memiliki IMAN yang teguh kepada Yesus. 


Kedua, PENDIDIKAN IMAN anak menjadi tugas pokok dari keluarga Katolik. Sebagai orang tua, bapak dan ibu wajib mendidik anak-anak secara Katolik. Dimulai dari pembaptisan mereka sejak kecil. Orang tua harus mengajarkan anak-anak cara berdoa secara Katolik dan juga ajaran-ajaran iman dan moral Katolik, yang telah diberikan oleh Tuhan Yesus kepada kita. 


Ketiga, TELADAN HIDUP YANG BAIK dari orang tua menjadi kekuatan bagi pertumbuhan iman anak. Pengajaran dari orang tua tidak cukup hanya dari mulut saja, tetapi juga dengan tindakan yang nyata. Kata-kata kita akan bermakna dan berdaya guna jika dilengkapi dengan perbuatan hidup kita yang sesuai dengan kata-kata tersebut. Maka, di sini teladan hidup dari orang tua sangat penting bagi perkembangan iman anak, agar mereka dapat bertambah besar dan menjadi kuat, penuh hikmat, dan anugerah dari Allah, seperti Yesus sendiri. 


Semoga perayaan Natal tahun ini semakin menguatkan iman kita kepada Yesus, sehingga keluarga kita dapat menjadi keluarga kudus di zaman sekarang. 



RD. VINSENSIUS

Imam Diosesan Sanggau


No comments:

Post a Comment