(Renungan Jumat Agung, 19 April 2019)
Oleh: Pastor Vinsensius, Pr.
Saudara-saudari
yang terkasih, Yesus beralih dari
dunia ini kepada Bapa-Nya dengan mati di atas kayu salib. Yesus ditolak oleh
orang-orang Yahudi dan dituduh sebagai orang yang mengancam keselamatan bangsa.
Bagi mereka, lebih baik satu orang mati untuk seluruh bangsa, daripada seluruh
bangsa binasa.
Kematian Yesus di salib adalah pengadilan atas
dunia, dan juga pengadilan atas kita semua, para pengikut-Nya. Berulang-ulang
kali dalam kisah sengsara tadi ditegaskan, bahwa orang Yahudi tidak mempunyai
suatu tuduhan pun atas Yesus. Pilatus sampai tiga kali menyatakan bahwa dia
tidak menemukan satu kesalahan pun pada Yesus. Namun, akhirnya, Yesus
diserahkan kepada orang-orang Yahudi untuk disalibkan.
Ada suatu tragedi yang begitu besar, yang pernah
terjadi di dunia ini: Allah telah menjelma menjadi manusia, dan mewartakan
keselamatan bagi manusia, tetapi apa balasan dari pihak manusia? Ada yang
menolak Dia. Ada yang mengkhianati Dia. Ada yang menyangkal Dia. Ada yang
menampar dan mengolok-olok Dia. Dan bahkan ada yang tega membunuh Dia. Semuanya
itu terjadi, karena kerapuhan diri manusia, kecenderungan diri manusia yang
selalu mengarah kepada dosa. Kematian Yesus adalah penghakiman atas dunia,
penghakiman atas dosa-dosa manusia! Kebenaran ditolak, dan orang yang benar
dikorbankan!
Saudara-saudari
yang terkasih, di balik semua tragedi ini, kita juga harus
ingat, bahwa Kematian Yesus di atas kayu salib adalah bukti dari Cinta-Nya
kepada manusia. Tuhan Yesus mati sebagai orang yang tak bersalah, agar kita
dapat keluar dari segala ketakutan kita, dan tidak lagi mengulangi kejahatan dan
dosa yang sama di dalam dunia ini pada zaman sekarang.
Buah dari Kayu Salib Yesus adalah penebusan bagi
dosa-dosa kita. Itulah yang perlu kita syukuri dengan iman yang mendalam. Tanpa
salib, tidak ada kebangkitan yang mulia. Tanpa penderitaan dan kematian, tidak
ada kebahagiaan dan kehidupan yang kekal. Maka, sebagai murid-murid Kristus di
zaman sekarang ini, kita juga harus SETIA memikul salib kita masing-masing.
Segala tugas dan tanggung jawab kita, segala penderitaan dan sakit-penyakit
yang kita alami, dan semua beban hidup yang kita hadapi, karena iman kita
kepada Yesus, itu semua adalah salib bagi kita! Jika kita sanggup memikul salib
itu dengan setia, percayalah suatu saat kita akan mengalami kebahagiaan yang
berasal dari Tuhan, baik di dunia ini, maupun di akhirat nanti.
Marilah kita mohon kekuatan dari Allah, agar kita
sanggup memikul salib kita, dan mari kita persatukan semua penderitaan kita
dengan penderitaan Yesus di atas kayu Salib, demi keselamatan dunia.
No comments:
Post a Comment