Oleh: Pastor Vinsensius, Pr
METODE LECTIO DIVINA
Pengertian Lectio Divina
Dalam
UMDU ini kita akan menggunakan Metode Lectio Divina. Tradisi Gereja Katolik
mengenal apa yang disebut sebagai “lectio divina” untuk membantu kita umat
beriman untuk sampai kepada persahabatan yang mendalam dengan Tuhan. Caranya
ialah dengan mendengarkan Tuhan berbicara kepada kita melalui sabda-Nya. “Lectio”
sendiri adalah kata Latin yang artinya “bacaan”. Maka “lectio divina” berarti
bacaan ilahi atau bacaan rohani. Bacaan ilahi/ rohani ini terutama diperoleh
dari Kitab Suci. Maka memang, lectio divina adalah cara berdoa dengan membaca
dan merenungkan Kitab Suci untuk mencapai persatuan dengan Tuhan Allah
Tritunggal. Di samping itu, dengan berdoa sambil merenungkan Sabda-Nya, kita
dapat semakin memahami dan meresapkan Sabda Tuhan dan misteri kasih Allah yang
dinyatakan melalui Kristus Putera-Nya. Melalui Lectio divina, kita diajak untuk
membaca, merenungkan, mendengarkan, dan akhirnya berdoa ataupun menyanyikan
pujian yang berdasarkan sabda Tuhan. Penghayatan sabda Tuhan ini akan membawa
kita kepada kesadaran akan kehadiran Allah yang membimbing kita dalam segala
kegiatan kita sepanjang hari. Jika kita rajin dan tekun melaksanakannya, kita
akan mengalami eratnya persahabatan kita dengan Allah.
Logo BKSN 2018 |
Unsur Pokok dalam Lectio Divina
1. Lectio
Membaca di sini
bukan sekedar membaca tulisan, melainkan juga membuka keseluruhan diri kita
terhadap Sabda yang menyelamatkan. Kita membiarkan Kristus, Sang Sabda, untuk
berbicara kepada kita, dan menguatkan kita, sebab maksud kita membaca bukan
sekedar untuk pengetahuan tetapi untuk perubahan dan perbaikan diri kita. Maka
saat kita sudah menentukan bacaan yang akan kita renungkan, kita dapat
membacanya dengan kesadaran bahwa ayat-ayat tersebut sungguh ditujukan oleh
Tuhan kepada kita.
2. Meditatio
Meditatio adalah
saat hening untuk mengulangi kata-kata ataupun frasa dari perikop yang kita
baca, yang menarik perhatian kita. Ini bukan pelatihan pemikiran intelektual di
mana kita menelaah teksnya, tetapi kita menyerahkan diri kita kepada pimpinan
Allah, pada saat kita mengulangi dan merenungkan kata-kata atau frasa tersebut
di dalam hati. Dengan pengulangan tersebut, Sabda itu akan menembus batin kita
sampai kita dapat menjadi satu dengan teks itu. Kita mengingatnya sebagai
sapaan Allah kepada kita.
3. Oratio
Doa adalah
tanggapan hati kita terhadap sapaan Tuhan. Setelah dipenuhi oleh Sabda yang
menyelamatkan, maka kita memberi tanggapan. Maka seperti kata St. Siprianus,
“Melalui Kitab Suci, Tuhan berbicara kepada kita, dan melalui doa kita
berbicara kepada Tuhan.” Maka dalam lectio divina ini, kita mengalami komunikasi
dua arah, sebab kita berdoa dengan merenungkan Sabda-Nya, dan kemudian kita
menanggapinya, baik dengan ungkapan syukur, jika kita menemukan pertolongan dan
peneguhan; pertobatan, jika kita menemukan teguran; ataupun pujian kepada
Tuhan, jika kita menemukan pernyataan kebaikan dan kebesaran-Nya, dan akhirnya permohonan
berdasarkan kesadaran yang kita dapatkan dari sabda Allah.
4. Contemplatio
Jika kita dengan
setia melakukan tahapan-tahapan ini, kita akan mengalami kedekatan dengan Allah,
di mana kita berada dalam hadirat Allah yang memang selalu hadir dalam hidup
kita. Kesadaran kontemplatif akan kehadiran Allah yang tak terputus ini adalah
sebuah karunia dari Tuhan. Ini bukan hasil dari usaha kita ataupun penghargaan
atas usaha kita. St. Teresa menggambarkan keadaan ini sebagai doa persatuan dengan Allah, di mana kita memberikan
diri kita secara total kepada Allah, menyerahkan sepenuhnya kehendak kita
kepada kehendak-Nya.
5. Actio
Terinspirasi dari
Sabda Tuhan, kita membuat niat dan rencana yang akan kita lakukan dalam
kehidupan kita sehari-hari. Buah-buah dari Lectio divina adalah perbuatan kasih
kepada sesama. Dengan persatuan kita dengan Tuhan, maka kita membuka diri juga
untuk lebih memperhatikan dan mengasihi sesama dan ciptaan Tuhan yang lain.
Kita juga didorong untuk melakukan tindakan nyata untuk membantu sesama yang
membutuhkan pertolongan, ataupun untuk selalu mengusahakan perdamaian dengan
semua orang. Dengan demikian perbuatan kita menjadi kesatuan dengan doa kita,
atau dengan perkataan lain kita memiliki perpaduan sikap Maria dan Martha (lih.
Luk 10:38-42).
SUSUNAN LECTIO DIVINA
Petugas
Lectio Divina dalam UMDU:
1. Moderator:
bertugas membuka pertemuan, dan mencatat pertanyaan atau jawaban dari peserta.
2. Pemandu:
sebagai pemimpin Lectio Divina yang memandu peserta/ umat dari awal sampai
akhir kegiatan.
3. Pemimpin
Lagu: menyiapkan dan memimpin lagu pembuka dan penutup.
1.
Lagu Pembuka:
Dipilih lagu
yang sesuai tema, bukan lagu pembukaan Misa.
2.
Tanda Salib dan Salam:
Sudah ada di
buku.
3.
Pengantar:
Bisa spontan,
bisa sesuai dengan buku. Intinya mengajak umat mempersiapkan diri untuk
merenungkan Sabda Tuhan, dengan memberitahukan Tema Bacaan yang akan
direnungkan.
4.
Doa Pembuka:
Pemandu
mendoakan doa pembuka yang sudah ada di buku.
5.
Ilustrasi:
Bisa menggunakan
ilustrasi yang sudah ada di buku atau menggantikannya dengan ilustrasi yang
lebih kontekstual dengan situasi di tempat kita, tetapi tetap dalam tema yang
sama.
6.
Pertanyaan Pendalaman Ilustrasi:
Pemandu
memberikan pertanyaan-pertanyaan kepada umat untuk dijawab. Pertanyaan sudah disediakan
di buku. Setelah itu, pemandu menyampaikan poin-poin kesimpulan, bisa
berdasarkan jawaban dari umat, maupun dari buku.
7.
Pembacaan Kitab Suci:
Bacalah perikop
Kitab Suci tersebut secara perlahan dan dengan seksama, jika mungkin ulangi
lagi sampai beberapa kali. Renungkan dalam keheningan beberapa menit, akan satu
kata atau ayat atau hal-hal yang disampaikan dalam perikop tersebut dan
tanyakanlah kepada diri kita sendiri, “Apakah yang diajarkan oleh Allah melalui
perikop ini kepadaku?”
8.
Pertanyaan Pendalaman Kitab Suci dan Sharing iman:
Pemandu
memberikan pertanyaan-pertanyaan kepada umat untuk dijawab. Pertanyaan sudah disediakan
di buku, dan bisa ditambahkan pertanyaan lain yang mengajak umat untuk
mensharingkan pengalaman imannya berdasarkan Bacaan Kitab Suci yang sudah
direnungkan. Pemandu mencatat jawaban dari umat, agar bisa mendapatkan inti dan
kesimpulannya.
9.
Pendalamaan Kitab Suci:
Pemandu
menjelaskan pokok-pokok ajaran iman pada bagian “Memetik Nilai-nilai Injili”. Sebaiknya,
pemandu bukan sekedar membacakannya, tetapi terlebih dahulu harus memahami apa
inti dari nilai-nilai Injil tersebut. Setelah dipahami, baru disampaikan secara
spontan, dan tidak lagi terpaku pada teks. Dengan kata lain, kalau pemandu
sudah memahami inti dari teks tersebut, maka ia bisa menyampaikannya secara
spontan, dengan bahasanya sendiri.
10.
Actio:
Pemandu mengajak
peserta untuk “Membangun niat dan rencana”, yang dapat dilakukan dalam
kehidupan sehari-hari. Niat dan rencana ini harus sesuai dengan tema pokok
Bacaan yang direnungkan.
11.
Doa Permohonan:
Doa permohonan
disampaikan secara spontan, sesuai dengan permenungan sabda Tuhan, dan
menyampaikan kepada Tuhan niat-niat yang akan kita lakukan, serta mohon rahmat
pertolongan dari Tuhan, agar kita mampu mewujudkan niat-niat itu dalam
kehidupan nyata.
12.
Doa Penutup:
Didoakan oleh
Pemandu. Sudah ada di buku.
13.
Berkat:
P: Semoga Tuhan beserta kita.
U: Sekarang dan selama-lamanya.
P: Semoga
kita semua selalu dilindungi, dibimbing dan diberkati oleh Allah yang Maha
Kuasa, Dalam Nama Bapa, dan Putra, dan Roh Kudus (membuat tanda Salib pada diri sendiri, bukan berkat publik seperti imam).
U: Amin.
P: Pendalaman
iman kita sudah selesai.
U: Syukur kepada Allah.
P: Marilah kita mengamalkan cinta kasih dalam
kehidupan kita.
U: Amin.
14.
Lagu Penutup:
Cari lagu yang
sesuai tema bacaan, bukan lagu penutup Misa.
Sumber
Pustaka: Lembaga Biblika Indonesia, Buku
BKSN 2018: Mewartakan Kabar Gembira Dalam Kemajemukan.
Sumber
internet: http://www.katolisitas.org/lectio-divina/,
diunduh pada tanggal 29 Agustus 2018.
PANDUAN PRAKTIS UNTUK PERSIAPAN UMDU
Tahap-tahap Persiapan Pribadi:
1.
Membaca dan
merenungkan bahan BKSN yang ada di Buku BKSN 2018 halaman 4 – 46. Kemudian,
mencatat poin-poin penting yang bisa menjadi bahan permenungan yang dapat
dibagikan saat UMDU.
2.
Membaca dan
merenungkan bahan BKSN yang akan disampaikan kepada umat. Misalnya, untuk pertemuan
1 bisa dibaca dan direnungkan terlebih dahulu Buku BKSN halaman 49 – 54. Contoh
dari tahap kedua ini adalah sebagai berikut:
Yesus memberi makan lima ribu orang |
Pertemuan 1: Dialog Dengan Yang Miskin Dan
Tersingkir (Mat. 14:13-21)
1.
Baca dulu tujuannya,
supaya kita tahu apa tujuan pokok dari pendalaman iman ini. Minimal ada tiga
tujuan yang ingin dicapai (lihat Buku BKSN, hal. 49).
2.
Setelah itu,
baca dan pahami Gagasan Pokok dari tema ini (lihat Buku BKSN, hak. 49 – 50). Gagasan
pokok dari pertemuan 1 ini ialah “Seperti Yesus yang menyampaikan kabar baik
kepada orang miskin, dan memberi makan 5.000 orang, maka kita semua diajak
untuk PEDULI kepada sesama kita yang miskin dan tersingkir”.
3.
Persiapkan Kata
Pengantar. Bisa sesuai dengan buku, tapi lebih baik jika menggunakan bahasa
sendiri yang lebih spontan dan kontekstual dengan situasi di tempat kita.
4.
Baca ilustrasi
yang disediakan di buku. Ilustrasi pada Buku BKSN hal. 51 – 52 bercerita
tentang program bedah rumah yang dilaksanakan di Paroki Klaten. Cerita ini
konteksnya di Jawa. Jika kita bisa menemukan kisah serupa yang terjadi di
sekitar kita, itu lebih bagus, dan bisa dijadikan ilustrasi dalam pertemuan
ini.
5.
Baca, dan
renungkan Bacaan Injil yang disediakan. Pada Buku BKSN hal. 52 – 53 disediakan
kutipan teks Mat. 14:13-21 yang bercerita tentang Mukjizat Yesus memberikan
makan 5.000 orang. Setelah itu, baca pertanyaan-pertanyaan ini dan jawablah
sendiri pertanyaan-pertanyaan ini berdasarkan teks Kitab Suci. Lebih baik kalau
jawabannya dicatat, supaya tidak lupa.
6.
Baca dan
renungkan pendalaman Kitab Suci yang ada pada bagian “Memetik Nilai-nilai
Injili” (Buku BKSN, hal. 53 – 54). Cari poin-poin penting yang ada pada
pendalaman ini, misalnya: sikap inisiatif untuk membantu sesama,
bertanggungjawab dalam mengatasi masalah sesama, dan memiliki semangat berbagi
sebagai cara hidup seorang Katolik, dll.
7.
Bagian terakhir
yang harus dibaca dan direnungkan adalah “Membangun Niat dan Rencana”. Niat dan
rencana yang diberikan pada Buku BKSN hal. 54 hanyalah contoh. Kita harus
menemukan kegiatan yang lebih sesuai dengan situasi di tempat kita, dan yang
bisa kita usahakan dan laksanakan, namun harus tetap sesuai dengan tema. Niat dan
rencana ini bisa bersifat pribadi (dilakukan sendiri), maupun kelompok
(dilakukan secara bersama).
No comments:
Post a Comment