Tuesday 28 August 2018

BAHAN PEMBEKALAN UMDU PAROKI KRISTUS RAJA SOSOK


Oleh: Pastor Vinsensius, Pr


METODE LECTIO DIVINA

Pengertian Lectio Divina
Dalam UMDU ini kita akan menggunakan Metode Lectio Divina. Tradisi Gereja Katolik mengenal apa yang disebut sebagai “lectio divina” untuk membantu kita umat beriman untuk sampai kepada persahabatan yang mendalam dengan Tuhan. Caranya ialah dengan mendengarkan Tuhan berbicara kepada kita melalui sabda-Nya. “Lectio” sendiri adalah kata Latin yang artinya “bacaan”. Maka “lectio divina” berarti bacaan ilahi atau bacaan rohani. Bacaan ilahi/ rohani ini terutama diperoleh dari Kitab Suci. Maka memang, lectio divina adalah cara berdoa dengan membaca dan merenungkan Kitab Suci untuk mencapai persatuan dengan Tuhan Allah Tritunggal. Di samping itu, dengan berdoa sambil merenungkan Sabda-Nya, kita dapat semakin memahami dan meresapkan Sabda Tuhan dan misteri kasih Allah yang dinyatakan melalui Kristus Putera-Nya. Melalui Lectio divina, kita diajak untuk membaca, merenungkan, mendengarkan, dan akhirnya berdoa ataupun menyanyikan pujian yang berdasarkan sabda Tuhan. Penghayatan sabda Tuhan ini akan membawa kita kepada kesadaran akan kehadiran Allah yang membimbing kita dalam segala kegiatan kita sepanjang hari. Jika kita rajin dan tekun melaksanakannya, kita akan mengalami eratnya persahabatan kita dengan Allah.

Logo BKSN 2018

Unsur Pokok dalam Lectio Divina

1. Lectio
Membaca di sini bukan sekedar membaca tulisan, melainkan juga membuka keseluruhan diri kita terhadap Sabda yang menyelamatkan. Kita membiarkan Kristus, Sang Sabda, untuk berbicara kepada kita, dan menguatkan kita, sebab maksud kita membaca bukan sekedar untuk pengetahuan tetapi untuk perubahan dan perbaikan diri kita. Maka saat kita sudah menentukan bacaan yang akan kita renungkan, kita dapat membacanya dengan kesadaran bahwa ayat-ayat tersebut sungguh ditujukan oleh Tuhan kepada kita.

2. Meditatio
Meditatio adalah saat hening untuk mengulangi kata-kata ataupun frasa dari perikop yang kita baca, yang menarik perhatian kita. Ini bukan pelatihan pemikiran intelektual di mana kita menelaah teksnya, tetapi kita menyerahkan diri kita kepada pimpinan Allah, pada saat kita mengulangi dan merenungkan kata-kata atau frasa tersebut di dalam hati. Dengan pengulangan tersebut, Sabda itu akan menembus batin kita sampai kita dapat menjadi satu dengan teks itu. Kita mengingatnya sebagai sapaan Allah kepada kita.

3. Oratio
Doa adalah tanggapan hati kita terhadap sapaan Tuhan. Setelah dipenuhi oleh Sabda yang menyelamatkan, maka kita memberi tanggapan. Maka seperti kata St. Siprianus, “Melalui Kitab Suci, Tuhan berbicara kepada kita, dan melalui doa kita berbicara kepada Tuhan.” Maka dalam lectio divina ini, kita mengalami komunikasi dua arah, sebab kita berdoa dengan merenungkan Sabda-Nya, dan kemudian kita menanggapinya, baik dengan ungkapan syukur, jika kita menemukan pertolongan dan peneguhan; pertobatan, jika kita menemukan teguran; ataupun pujian kepada Tuhan, jika kita menemukan pernyataan kebaikan dan kebesaran-Nya, dan akhirnya permohonan berdasarkan kesadaran yang kita dapatkan dari sabda Allah.

4. Contemplatio
Jika kita dengan setia melakukan tahapan-tahapan ini, kita akan mengalami kedekatan dengan Allah, di mana kita berada dalam hadirat Allah yang memang selalu hadir dalam hidup kita. Kesadaran kontemplatif akan kehadiran Allah yang tak terputus ini adalah sebuah karunia dari Tuhan. Ini bukan hasil dari usaha kita ataupun penghargaan atas usaha kita. St. Teresa menggambarkan keadaan ini sebagai  doa persatuan dengan Allah, di mana kita memberikan diri kita secara total kepada Allah, menyerahkan sepenuhnya kehendak kita kepada kehendak-Nya.

5. Actio
Terinspirasi dari Sabda Tuhan, kita membuat niat dan rencana yang akan kita lakukan dalam kehidupan kita sehari-hari. Buah-buah dari Lectio divina adalah perbuatan kasih kepada sesama. Dengan persatuan kita dengan Tuhan, maka kita membuka diri juga untuk lebih memperhatikan dan mengasihi sesama dan ciptaan Tuhan yang lain. Kita juga didorong untuk melakukan tindakan nyata untuk membantu sesama yang membutuhkan pertolongan, ataupun untuk selalu mengusahakan perdamaian dengan semua orang. Dengan demikian perbuatan kita menjadi kesatuan dengan doa kita, atau dengan perkataan lain kita memiliki perpaduan sikap Maria dan Martha (lih. Luk 10:38-42).



SUSUNAN LECTIO DIVINA

Petugas Lectio Divina dalam UMDU:
1.      Moderator: bertugas membuka pertemuan, dan mencatat pertanyaan atau jawaban dari peserta.
2.   Pemandu: sebagai pemimpin Lectio Divina yang memandu peserta/ umat dari awal sampai akhir kegiatan.
3.     Pemimpin Lagu: menyiapkan dan memimpin lagu pembuka dan penutup.


1.        Lagu Pembuka:
Dipilih lagu yang sesuai tema, bukan lagu pembukaan Misa.
2.        Tanda Salib dan Salam:
Sudah ada di buku.
3.        Pengantar:
Bisa spontan, bisa sesuai dengan buku. Intinya mengajak umat mempersiapkan diri untuk merenungkan Sabda Tuhan, dengan memberitahukan Tema Bacaan yang akan direnungkan.
4.        Doa Pembuka:
Pemandu mendoakan doa pembuka yang sudah ada di buku.
5.        Ilustrasi:
Bisa menggunakan ilustrasi yang sudah ada di buku atau menggantikannya dengan ilustrasi yang lebih kontekstual dengan situasi di tempat kita, tetapi tetap dalam tema yang sama.
6.        Pertanyaan Pendalaman Ilustrasi:
Pemandu memberikan pertanyaan-pertanyaan kepada umat untuk dijawab. Pertanyaan sudah disediakan di buku. Setelah itu, pemandu menyampaikan poin-poin kesimpulan, bisa berdasarkan jawaban dari umat, maupun dari buku.
7.        Pembacaan Kitab Suci:
Bacalah perikop Kitab Suci tersebut secara perlahan dan dengan seksama, jika mungkin ulangi lagi sampai beberapa kali. Renungkan dalam keheningan beberapa menit, akan satu kata atau ayat atau hal-hal yang disampaikan dalam perikop tersebut dan tanyakanlah kepada diri kita sendiri, “Apakah yang diajarkan oleh Allah melalui perikop ini kepadaku?”
8.        Pertanyaan Pendalaman Kitab Suci dan Sharing iman:
Pemandu memberikan pertanyaan-pertanyaan kepada umat untuk dijawab. Pertanyaan sudah disediakan di buku, dan bisa ditambahkan pertanyaan lain yang mengajak umat untuk mensharingkan pengalaman imannya berdasarkan Bacaan Kitab Suci yang sudah direnungkan. Pemandu mencatat jawaban dari umat, agar bisa mendapatkan inti dan kesimpulannya.
9.        Pendalamaan Kitab Suci:
Pemandu menjelaskan pokok-pokok ajaran iman pada bagian “Memetik Nilai-nilai Injili”. Sebaiknya, pemandu bukan sekedar membacakannya, tetapi terlebih dahulu harus memahami apa inti dari nilai-nilai Injil tersebut. Setelah dipahami, baru disampaikan secara spontan, dan tidak lagi terpaku pada teks. Dengan kata lain, kalau pemandu sudah memahami inti dari teks tersebut, maka ia bisa menyampaikannya secara spontan, dengan bahasanya sendiri.
10.    Actio:
Pemandu mengajak peserta untuk “Membangun niat dan rencana”, yang dapat dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Niat dan rencana ini harus sesuai dengan tema pokok Bacaan yang direnungkan.
11.    Doa Permohonan:
Doa permohonan disampaikan secara spontan, sesuai dengan permenungan sabda Tuhan, dan menyampaikan kepada Tuhan niat-niat yang akan kita lakukan, serta mohon rahmat pertolongan dari Tuhan, agar kita mampu mewujudkan niat-niat itu dalam kehidupan nyata.
12.    Doa Penutup:
Didoakan oleh Pemandu. Sudah ada di buku.
13.    Berkat:
P:  Semoga Tuhan beserta kita.
U: Sekarang dan selama-lamanya.
         P: Semoga kita semua selalu dilindungi, dibimbing dan diberkati oleh Allah yang Maha Kuasa,  Dalam Nama Bapa, dan Putra, dan Roh Kudus (membuat tanda Salib pada diri sendiri, bukan berkat publik seperti imam).
U: Amin.
P: Pendalaman iman kita sudah selesai.
U: Syukur kepada Allah.
P:  Marilah kita mengamalkan cinta kasih dalam kehidupan kita.
U: Amin.
14.    Lagu Penutup:
Cari lagu yang sesuai tema bacaan, bukan lagu penutup Misa.


Sumber Pustaka: Lembaga Biblika Indonesia, Buku BKSN 2018: Mewartakan Kabar Gembira Dalam Kemajemukan.
Sumber internet: http://www.katolisitas.org/lectio-divina/, diunduh pada tanggal 29 Agustus 2018.



PANDUAN PRAKTIS UNTUK PERSIAPAN UMDU

Tahap-tahap Persiapan Pribadi:
1.        Membaca dan merenungkan bahan BKSN yang ada di Buku BKSN 2018 halaman 4 – 46. Kemudian, mencatat poin-poin penting yang bisa menjadi bahan permenungan yang dapat dibagikan saat UMDU.
2.        Membaca dan merenungkan bahan BKSN yang akan disampaikan kepada umat. Misalnya, untuk pertemuan 1 bisa dibaca dan direnungkan terlebih dahulu Buku BKSN halaman 49 – 54. Contoh dari tahap kedua ini adalah sebagai berikut:

Yesus memberi makan lima ribu orang

Pertemuan 1: Dialog Dengan Yang Miskin Dan Tersingkir (Mat. 14:13-21)

1.      Baca dulu tujuannya, supaya kita tahu apa tujuan pokok dari pendalaman iman ini. Minimal ada tiga tujuan yang ingin dicapai (lihat Buku BKSN, hal. 49).
2.      Setelah itu, baca dan pahami Gagasan Pokok dari tema ini (lihat Buku BKSN, hak. 49 – 50). Gagasan pokok dari pertemuan 1 ini ialah “Seperti Yesus yang menyampaikan kabar baik kepada orang miskin, dan memberi makan 5.000 orang, maka kita semua diajak untuk PEDULI kepada sesama kita yang miskin dan tersingkir”.
3.      Persiapkan Kata Pengantar. Bisa sesuai dengan buku, tapi lebih baik jika menggunakan bahasa sendiri yang lebih spontan dan kontekstual dengan situasi di tempat kita.
4.      Baca ilustrasi yang disediakan di buku. Ilustrasi pada Buku BKSN hal. 51 – 52 bercerita tentang program bedah rumah yang dilaksanakan di Paroki Klaten. Cerita ini konteksnya di Jawa. Jika kita bisa menemukan kisah serupa yang terjadi di sekitar kita, itu lebih bagus, dan bisa dijadikan ilustrasi dalam pertemuan ini.
5.      Baca, dan renungkan Bacaan Injil yang disediakan. Pada Buku BKSN hal. 52 – 53 disediakan kutipan teks Mat. 14:13-21 yang bercerita tentang Mukjizat Yesus memberikan makan 5.000 orang. Setelah itu, baca pertanyaan-pertanyaan ini dan jawablah sendiri pertanyaan-pertanyaan ini berdasarkan teks Kitab Suci. Lebih baik kalau jawabannya dicatat, supaya tidak lupa.
6.      Baca dan renungkan pendalaman Kitab Suci yang ada pada bagian “Memetik Nilai-nilai Injili” (Buku BKSN, hal. 53 – 54). Cari poin-poin penting yang ada pada pendalaman ini, misalnya: sikap inisiatif untuk membantu sesama, bertanggungjawab dalam mengatasi masalah sesama, dan memiliki semangat berbagi sebagai cara hidup seorang Katolik, dll.
7.      Bagian terakhir yang harus dibaca dan direnungkan adalah “Membangun Niat dan Rencana”. Niat dan rencana yang diberikan pada Buku BKSN hal. 54 hanyalah contoh. Kita harus menemukan kegiatan yang lebih sesuai dengan situasi di tempat kita, dan yang bisa kita usahakan dan laksanakan, namun harus tetap sesuai dengan tema. Niat dan rencana ini bisa bersifat pribadi (dilakukan sendiri), maupun kelompok (dilakukan secara bersama).

No comments:

Post a Comment