Wednesday 6 February 2019

TUGAS PERUTUSAN



 (Hari Minggu Biasa V: 10 Februari 2019)
[Bacaan I: Yes. 6:1-2a, 3-8; Bacaan Injil: Luk. 5:1-11]
Oleh: Pastor Vinsensius, Pr.

Jangan takut! Mulai sekarang engkau akan menjala manusia.

Saudara-saudari terkasih, bacaan-bacaan suci pada hari ini berkisah tentang seputar panggilan dan perutusan dari Allah. Dalam Bacaan Pertama, Nabi Yesaya dipanggil oleh Allah untuk menjadi utusan-Nya. Kendati Yesaya merasa tidak pantas, karena ia seorang yang najis bibirnya, dan hidup di tengah-tengah bangsa yang juga najis bibirnya. Namun, Allah tidak memperhitungkan dosa dan kesalahan Yesaya. Allah mau menyucikan dan mengampuni dosa Yesaya, agar dia layak untuk menjadi utusan-Nya. Berkat penyucian dan pengampunan ini, akhirnya Yesaya dengan mantap menjawab panggilan Allah, dengan berkata: “Ini aku, utuslah aku!”

Panggilan yang serupa juga dialami oleh para murid dalam bacaan Injil tadi. Yesus memanggil para murid untuk menjadi “penjala manusia”. Kisah panggilan ini diawali dengan kisah mukjizat yang dilakukan oleh Yesus, yaitu memberikan mereka ikan yang melimpah di siang hari, padahal sudah sepanjang malam mereka menjala dan tidak mendapatkan apa-apa. Namun, berkat kehadiran Yesus dan perintah dari Yesus sendiri, mereka akhirnya mendapatkan hasil tangkapan yang melimpah. Melihat kemahakuasaan Yesus ini, Petrus merasa tidak layak di hadapan Tuhan, dan mengakui dosanya di depan Yesus. Namun, Yesus tidak memperhitungkan dosa dan kesalahan Petrus. Tuhan Yesus mau mengampuni dosa Petrus, agar dia layak untuk menjadi murid-Nya. Maka, saat itu juga Yesus memanggilnya untuk menjadi “penjala manusia”.

Saudara-saudari terkasih, sama seperti Yesaya dan Petrus kita juga dipanggil Allah untuk menjadi utusan-Nya. Walaupun terkadang kita merasa tidak layak di hadapan Tuhan, karena dosa dan kesalahan kita. Namun, Allah tidak memperhitungkan dosa dan kesalahan kita, jika kita sungguh-sungguh ingin bertobat dan menjadi murid-Nya yang sejati. Memang, dosa menjadi tembok pemisah antara kita dengan Allah yang mahakudus. Namun, rahmat pengampunan dari Allah jauh melebihi kuasa dosa dan maut. Maka, pertama-tama kita harus mengakui dosa dan kelemahan kita di hadapan Allah. Kita harus merendahkan diri kita di hadapan Allah. Dengan semangat tobat yang sungguh-sungguh, maka Allah akan mengampuni kita, sehingga kita layak menjadi utusan-Nya.

Maka, jangan sampai dosa dan kesalahan menjadi penghalang bagi kita untuk mengabdikan diri kepada Allah. Allah berkuasa mengampuni dosa-dosa kita, tinggal kita lagi mau tidak mengakui dosa kita di hadapan Allah yang mahakudus? Dan maukah kita sungguh-sungguh bertobat, seperti Nabi Yesaya dan Rasul Petrus? Dalam semangat pertobatan yang terus-menerus kita semua dipanggil dan diutus untuk menjadi “penjala manusia”. Kita dipanggil untuk menebarkan kebaikan kepada sesama, agar semakin banyak orang yang merasakan kebaikan Allah, dan berhimpun dalam persatuan sebagai umat Allah.

Marilah kita mohon rahmat pengampunan dari Allah, agar kita dibersihkan dari segala noda dosa dan kelemahan. Semoga semangat pertobatan selalu ada di dalam diri kita. Dan semoga berkat belas kasih Allah ini, kita semua disadarkan untuk menerima rahmat panggilan dan perutusan dari Allah untuk menjadi murid-murid-Nya yang sejati di tengah-tengah masyarakat dalam kehidupan kita sehari-hari.