(Hari Minggu Biasa V: 10 Februari 2019)
[Bacaan I: Yes. 6:1-2a,
3-8; Bacaan Injil: Luk. 5:1-11]
Oleh: Pastor Vinsensius, Pr.
Jangan takut! Mulai sekarang engkau akan menjala manusia. |
Saudara-saudari
terkasih, bacaan-bacaan suci pada hari ini berkisah tentang
seputar panggilan dan perutusan dari Allah. Dalam Bacaan Pertama, Nabi Yesaya
dipanggil oleh Allah untuk menjadi utusan-Nya. Kendati Yesaya merasa tidak
pantas, karena ia seorang yang najis bibirnya, dan hidup di tengah-tengah
bangsa yang juga najis bibirnya. Namun, Allah tidak memperhitungkan dosa dan kesalahan
Yesaya. Allah mau menyucikan dan mengampuni dosa Yesaya, agar dia layak untuk
menjadi utusan-Nya. Berkat penyucian dan pengampunan ini, akhirnya Yesaya
dengan mantap menjawab panggilan Allah, dengan berkata: “Ini aku, utuslah aku!”
Panggilan yang serupa juga dialami oleh para murid
dalam bacaan Injil tadi. Yesus memanggil para murid untuk menjadi “penjala
manusia”. Kisah panggilan ini diawali dengan kisah mukjizat yang dilakukan oleh
Yesus, yaitu memberikan mereka ikan yang melimpah di siang hari, padahal sudah
sepanjang malam mereka menjala dan tidak mendapatkan apa-apa. Namun, berkat
kehadiran Yesus dan perintah dari Yesus sendiri, mereka akhirnya mendapatkan
hasil tangkapan yang melimpah. Melihat kemahakuasaan Yesus ini, Petrus merasa
tidak layak di hadapan Tuhan, dan mengakui dosanya di depan Yesus. Namun, Yesus
tidak memperhitungkan dosa dan kesalahan Petrus. Tuhan Yesus mau mengampuni
dosa Petrus, agar dia layak untuk menjadi murid-Nya. Maka, saat itu juga Yesus
memanggilnya untuk menjadi “penjala manusia”.
Saudara-saudari
terkasih, sama seperti Yesaya dan Petrus kita juga dipanggil Allah
untuk menjadi utusan-Nya. Walaupun terkadang kita merasa tidak layak di hadapan
Tuhan, karena dosa dan kesalahan kita. Namun, Allah tidak memperhitungkan dosa
dan kesalahan kita, jika kita sungguh-sungguh ingin bertobat dan menjadi
murid-Nya yang sejati. Memang, dosa menjadi tembok pemisah antara kita dengan
Allah yang mahakudus. Namun, rahmat pengampunan dari Allah jauh melebihi kuasa
dosa dan maut. Maka, pertama-tama kita harus mengakui dosa dan kelemahan kita
di hadapan Allah. Kita harus merendahkan diri kita di hadapan Allah. Dengan semangat
tobat yang sungguh-sungguh, maka Allah akan mengampuni kita, sehingga kita layak
menjadi utusan-Nya.
Maka, jangan sampai dosa dan kesalahan menjadi
penghalang bagi kita untuk mengabdikan diri kepada Allah. Allah berkuasa
mengampuni dosa-dosa kita, tinggal kita lagi mau tidak mengakui dosa kita di
hadapan Allah yang mahakudus? Dan maukah kita sungguh-sungguh bertobat, seperti
Nabi Yesaya dan Rasul Petrus? Dalam semangat pertobatan yang terus-menerus kita
semua dipanggil dan diutus untuk menjadi “penjala manusia”. Kita dipanggil
untuk menebarkan kebaikan kepada sesama, agar semakin banyak orang yang
merasakan kebaikan Allah, dan berhimpun dalam persatuan sebagai umat Allah.
Marilah kita mohon rahmat pengampunan dari Allah,
agar kita dibersihkan dari segala noda dosa dan kelemahan. Semoga semangat
pertobatan selalu ada di dalam diri kita. Dan semoga berkat belas kasih Allah ini,
kita semua disadarkan untuk menerima rahmat panggilan dan perutusan dari Allah untuk
menjadi murid-murid-Nya yang sejati di tengah-tengah masyarakat dalam kehidupan
kita sehari-hari.