Friday 22 March 2019

PROSES PERTOBATAN

 (Hari Minggu Prapaskah III: 24 Maret 2019)
Oleh: Pastor Vinsensius, Pr.


"Mungkin tahun depan akan berbuah. Jika tidak tebanglah!"


Saudara-saudari terkasih, kita sering menceritakan kesalahan dan dosa orang lain, dan menghubungkannya dengan segala penderitaan yang mereka alami, seolah-olah semuanya itu adalah akibat dari perbuatan dosa mereka. Dengan mudah kita menghakimi sesama kita, dan mengambil kesimpulan, bahwa sudah layak dan sepantasnya mereka dihukum karena dosa mereka. Demikianlah yang terjadi di Galilea dalam Bacaan Injil hari ini. Orang-orang datang membawa kabar buruk kepada Yesus, bahwa orang-orang Galilea yang dibunuh Pilatus itu, darahnya dicampurkan dengan darah hewan kurban yang mereka persembahkan. Namun, ketika mendapat berita seperti itu, Yesus tidak mau menghakimi orang-orang yang menghukum atau pun yang dihukum itu, tetapi Yesus ingin menyadarkan mereka, dengan membandingkan orang hukuman itu dengan orang-orang lainnya yang tidak dihukum: belum tentu orang yang dihukum itu lebih besar dosanya dari pada orang yang tidak dihukum! Tetapi, jika mereka semua tidak bertobat, maka mereka juga akan mengalami hal yang sama dengan orang yang dihukum itu! Intinya, Yesus mengajak mereka semua untuk bertobat, dan tidak menghakimi orang lain karena penderitaan yang mereka alami.  Hal pertama yang jadi penekanan dari Yesus adalah bahwa penderitaan terjadi bukan semata-mata karena perbuatan dosa yang mereka lakukan. Tetapi orang yang tidak mau bertobat, pasti akan mengalami penderitaan yang berat, di dunia maupun di akhirat.


Pertobatan itu adalah sebuah proses yang membutuhkan waktu dan perjuangan, serta bantuan rahmat Allah. Tuhan Yesus mengumpamakan pertobatan itu seperti seorang yang menanam pohon ara, namun sudah tiga tahun pohon itu tidak berbuah. Tuan itu sudah jengkel dan ingin menebang pohon ara yang tidak berbuah itu, karena percuma ia tetap hidup, tetapi tidak berbuah! Namun, pengurus kebun itu tetap memohon kepada tuannya agar bersabar. Ia akan berusaha merawat dan memupuk pohon ara itu, agar ia berbuah. Dan jika sudah dilakukan segala daya dan upaya, tetapi masih tidak berbuah, maka lebih baik pohon itu ditebang saja! Apa arti perumpamaan ini? Perumpamaan tentang pohon ara ini berbicara kepada kita tentang makna pertobatan. Pertumbuhan dan kesuburan pohon ara membutuhkan proses dan usaha untuk merawat pohon itu, agar ia bisa berbuah. Demikian pula, pertobatan juga membutuhkan proses, usaha, dan bantuan rahmat Allah, agar bisa menghasilkan buah-buah pertobatan.


Ketika kita tidak bertobat, kita seperti pohon ara yang tidak berbuah. Kita memang hidup, tetapi tidak menghasilkan apa yang baik dalam kehidupan ini. Tidak ada buah-buah kebaikan yang kita hasilkan jika kita tidak bertobat. Namun, Allah tetap bersabar menghadapi ketegaran hati kita, yang tidak mau bertobat. Nafas kehidupan yang masih kita hirup sampai sekarang menjadi bukti nyata kesabaran Allah, sekaligus kesempatan yang Allah berikan kepada kita, agar kita bisa bertobat dan menjadi yang lebih baik lagi. Maka, marilah kita pergunakan kesempatan hidup yang masih Allah berikan kepada kita ini untuk bertobat. Mari kita memperbaiki diri kita dari yang buruk dan jahat, menjadi yang lebih baik lagi, lebih benar, dan berkenan kepada Allah. Hanya dengan cara ini kita bisa menghasilkan buah-buah kebaikan dalam kehidupan kita sehari-hari.


Masa Prapaskah ini menjadi saat yang tepat bagi kita untuk bertobat, dan menghasilkan buah-buah pertobatan dalam hidup kita. Pertobatan yang sejati tidak sekali jadi. Kita butuh proses untuk berubah menjadi yang lebih baik. Maka, marilah kita berusaha sekuat tenaga untuk mengubah diri kita dari yang buruk menjadi yang lebih baik dan berkenan kepada Allah. Mari kita senantiasa mengandalkan Tuhan dan memohon bantuan rahmat-Nya, agar kita bisa menghasilkan buah-buah pertobatan. Allah sudah menyediakan pupuk yang baik agar kita bisa berubah dan berbuah. Pupuk-pupuk rohani itu adalah Sabda Tuhan sendiri, doa-doa kita, dan Sakramen-sakramen Gereja, terutama Sakramen Ekaristi dan Sakramen Tobat. Maka, marilah kita pergunakan pupuk rohani itu dengan sebaik-baiknya. Kita bisa memupuk iman kita dengan rajin membaca dan merenungkan sabda Tuhan, bertekun dalam doa, dan rutin menerima Tubuh Kristus, yang dapat menguatkan iman kita, serta senantiasa menyucikan diri kita dari segala noda dan dosa melalui Sakramen Tobat. Dengan demikian, kita bisa menghasilkan buah-buah pertobatan dalam kehidupan kita sehari-hari. 

No comments:

Post a Comment