Friday 21 June 2019

HIDUP YANG EKARISTIS

(Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus: Minggu, 23 Juni 2019)
Oleh: P. Vinsensius, Pr. 

Bacaan Kitab Suci klik di bawah ini: [Bacaan I][Bacaan II][Bacaan Injil]



Saudara-saudari terkasih, setiap kali kita ikut Misa kita selalu menerima Komuni Kudus. Tetapi, sudahkah kita menemukan hubungan antara Komuni dan kehidupan ini? Apa kaitannya Perayaan Ekaristi dengan hidup yang ekaristis? Sabda Tuhan pada hari ini mengajak kita semua untuk merenungkan kaitan yang erat antara Komuni Kudus dan kehidupan kita sehari-hari.

Persembahan roti dan anggur dari Melkisedek menjadi pra-lambang Ekaristi yang diadakan oleh Yesus. Dalam Bacaan Pertama kita telah mendengarkan, bahwa Melkisedek, raja dan imam dari Yerusalem mempersembahkan kurban roti dan anggur kepada Allah, sebagai ungkapan syukur, karena Allah telah memberikan kemenangan kepada Abraham dalam peperangan untuk membebaskan keponakannya, Lot beserta keluarganya dari tawanan musuh. Menurut Melkisedek, kemenangan itu adalah anugerah dari Allah, bukan hanya semata-mata usaha dari manusia. Maka, sebagai imam Melkisedek mempersembahkan kurban syukur dan memberkati Abraham. Lalu Abraham pun memberikan harta miliknya kepada Melkisedek sebagai persembahan syukur kepada Allah, yang telah menganugerahkan kemenangan kepada bangsanya.

Oleh karena kurban persembahan roti dan anggur yang dipersembahkan oleh Melkisedek adalah pra-lambang dari Ekaristi, maka kepenuhan kurban syukur itu adalah pada pengurbanan diri Yesus di atas kayu salib, yang dihadirkan kembali setiap kali kita merayakan Perayaan Ekaristi. Tuhan sudah mengurbankan diri-Nya, demi keselamatan kita. Maka kita patut berterima kasih kepada Allah. Salah satu wujud dari terima kasih kita kepada Allah adalah melalui persembahan yang kita berikan kepada Allah, seperti yang dilakukan oleh Abraham di hadapan Melkisedek. Persembahan yang kita berikan kepada Allah lewat kolekte atau derma haruslah merupakan ungkapan syukur kita kepada Allah, karena Allah telah lebih dahulu memberikan berbagai anugerah bagi kehidupan kita. Motivasi kita dalam memberikan persembahan jangan dengan modus, tapi harus dengan tulus, dan dengan penuh rasa syukur.

Persembahan yang tulus dan dengan penuh rasa syukur inilah yang dikehendaki oleh Tuhan. Dalam Bacaan Injil tadi, Tuhan Yesus berpesan kepada para murid: “Kamu harus memberi mereka makan”. Pesan ini menjadi tugas kita semua untuk peduli dengan sesama. Ekaristi harus diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari. Tuhan telah mengurbankan hidup-Nya bagi kita, agar kita dapat hidup. Maka, kita juga harus mengurbankan hidup kita bagi sesama, dengan mengembangkan sikap peduli kepada sesama, rela berkorban demi sesama, dan murah hati untuk membantu sesama yang berkekurangan. Apa pun yang ada pada diri kita, walaupun hanya kecil dan sedikit, seperti lima roti dan dua ikan, jika kita persembahkan kepada Tuhan demi pelayanan kepada sesama, maka Tuhan akan mengubahnya menjadi sesuatu yang sangat berarti dan berguna bagi sesama.

Tubuh Kristus hadir dalam Hosti suci yang diberkati, dipecah-pecahkan, dan dibagi-bagikan kepada orang banyak. Maka, dengan menerima Komuni Suci berarti pula kita mau diberkati oleh Tuhan, berani dipecah-pecahkan dengan berbagai masalah dan cobaan, dan berani membagikan apa yang kita miliki demi kepentingan dan kebaikan bersama. Kristus hadir secara nyata di dalam Hosti Kudus, dan Ia juga mau hadir dalam diri kita, agar kita dapat menghadirkan Dia kepada sesama. Maka, untuk itulah kita menerima Komuni Kudus, agar Kristus dapat hadir di dalam hati dan diri kita masing-masing, sehingga dengan demikian kita juga bisa menghadikan Yesus bagi sesama melalui pelayanan hidup kita sehari-hari. Dengan ini Misa dan kehidupan nyata tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Dari meja perjamuan Tuhan kita menerima rahmat dan kekuatan serta berkat dari Tuhan untuk melayani sesama kita dengan segala tantangannya. Dan pada meja perjamuan yang sama, kita mempersembahkan kepada Tuhan, apa yang telah Tuhan berikan kepada kita sebagai ungkapan syukur kita kepada Tuhan.

Saudara-saudari terkasih, pada Perayaan Tubuh dan Darah Kristus hari ini kita semua diajak untuk mengamalkan hidup yang ekaristis. Hidup yang ekaristis adalah hidup yang selalu dipenuhi rasa syukur (sesuai arti katanya, eucharistia: syukur). Kita bersyukur karena kita diberkati oleh Tuhan melalui perayaan-perayaan suci. Kita bersyukur karena Tuhan telah menganugerahkan segala yang kita butuhkan dalam kehidupan ini. Maka, ungkapan syukur itu harus kita wujudnyatakan melalui amal baik kita kepada sesama dengan semangat berbagi, dan melalui persembahan yang kita berikan kepada Tuhan.




No comments:

Post a Comment