(Hari Minggu Biasa XV)
Oleh: P. Vinsensius, Pr.
Saudara-saudari
terkasih, Cinta Kasih itu adalah sesuatu yang mudah diucapkan, namun sulit
untuk dilaksanakan. Sebenarnya kita tahu apa saja yang termasuk dalam perbuatan
kasih. Namun, seringkali kita menunda-nunda untuk melaksanakan perbuatan kasih
tersebut.
Hal
serupa juga dialami oleh seorang ahli Taurat yang datang untuk mencobai Yesus.
Ia bertanya kepada Yesus, bagaimana caranya supaya ia dapat memperoleh hidup
yang kekal? Ini merupakan pertanyaan yang sangat tinggi, karena berkaitan
dengan keselamatan kekal dan kehidupan yang akan datang. Mendapatkan pertanyaan
seperti itu, Yesus tidak langsung menjawab. Namun Yesus berbalik bertanya
kepadanya tentang inti dari perintah Hukum Taurat, sebab orang itu adalah
seorang ahli Taurat. Dengan sangat baik, ia menjawab bahwa, kita harus
mengasihi Tuhan dengan segenap hati, jiwa, kekuatan, dan akal budi, serta
mengasihi sesama manusia seperti diri sendiri. Maka, Yesus langsung memberikan
penegasan dan perutusan: “Lakukanlah
demikian, maka engkau akan hidup!” Yesus meminta orang itu, supaya ia tidak
hanya tahu menyebut hukum cinta kasih saja, tetapi juga harus bisa melakukannya
dalam kehidupan yang nyata.
Tetapi,
rupanya jawaban Yesus ini belum juga memuaskan hati ahli Taurat ini. Ia kembali
bertanya kepada Yesus, “Siapakah sesamaku
manusia?” Bagi orang Israel, sesama manusia itu hanya mencakup orang-orang
yang sebangsa dengan mereka, sedangkan orang lain yang bukan orang Israel itu
tidak termasuk sesama. Lingkup yang terbatas inilah yang ingin dibongkar oleh Yesus
dengan perumpamaan tentang seorang Samaria yang baik hati.
Dengan
perumpamaan ini, Tuhan Yesus ingin menegaskan bahwa sesama manusia itu adalah
semua orang yang kita jumpai dalam kehidupan kita sehari-hari, tanpa memandang
suku, agama, ras, dan bangsa. Semua orang adalah sesamaku manusia. Orang Samaria
dalam perumpamaan tadi telah menunjukkan perbuatan kasih yang nyata, dengan
menolong orang yang terluka, karena menjadi korban perampokan. Ia menolong
orang itu, dan membawanya ke penginapan, serta membayar seluruh biaya pengobatannya.
Memang cinta kasih itu butuh pengorbanan. Dan sesungguhnya itulah cinta kasih
yang nyata, jika terwujud dalam perbuatan.
Di
akhir percakapan, Yesus bertanya kembali kepada ahli Taurat itu, dari
perumpamaan tadi siapakah sesamaku manusia? Ahli Taurat itu menjawab, orang
yang menunjukkan belas kasihan kepadanya. Untuk kedua kalinya, Yesus memberikan
penegasan dan perutusan: “Pergilah dan
perbuatlah demikian!”
Saudara-saudari
terkasih, kita semua juga diutus oleh Yesus untuk menjadi pelaksana cinta
kasih. Hukum yang paling utama dan pertama dalam agama kita adalah Hukum Cinta
Kasih. Maka, marilah kita mewujudnyatakan cinta kasih itu dalam perbuatan kita
sehari-hari kepada semua orang yang kita jumpai, tanpa memandang apa latarbelakang
suku, agama, ras, bahasa, dan bangsa mereka. Semua orang adalah sesama bagi
kita. Kita harus mengasihi mereka, seperti kita mengasihi diri kita sendiri. Oleh karena itu,
lakukanlah perbuatan kasih, maka kita akan memperoleh hidup yang kekal, yang telah
disediakan Tuhan bagi kita semua yang percaya kepada-Nya.
No comments:
Post a Comment