Friday 27 September 2019

PEDULI KEPADA SESAMA


(Hari Minggu Biasa XXVI: 29 September 2019)


Oleh: P. Vinsensius, Pr.





Saudara-saudari terkasih, kita semua diajarkan, bahwa selama hidup di dunia ini kita harus berbuat baik dan menjauhi kejahatan. Dua hal ini tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Orang bisa berbuat baik, tetapi masih saja berbuat jahat. Berarti perbuatan baiknya belum sempurna. Demikian pula, orang yang tidak berbuat jahat, tetapi ia juga tidak berbuat baik. Itu juga berarti tidak ada kesempurnaan di dalam dirinya. Hal ini tampak pada diri orang kaya dalam Bacaan Injil tadi. Ia hidup dalam kemewahan, tetapi ia tidak peduli kepada sesama.

Orang kaya ini memang tidak berbuat kejahatan sama sekali. Kejahatan dalam arti yang ekstrim, seperti membunuh, menindas, dll. Tetapi ada satu kesalahan yang ia lakukan, yaitu: TIDAK PEDULI kepada sesama. Ia tidak memiliki belaskasihan sama sekali kepada orang yang menderita. Salah satu buktinya adalah ketika Lazarus yang miskin datang ke rumahnya. Ia tidak memperlakukannya sebagai manusia, tetapi membiarkannya duduk di pintu dan memakan remah-remah yang jatuh dari mejanya, sedangkan anjing datang menjilati boroknya. Orang kaya itu cuek aja... dia berpikir, “peduli amat sama orang itu”. Ia tidak memandang Lazarus sebagai manusia yang harus diperlakukan secara manusiawi. Ia sama sekali tidak memiliki belaskasihan dan kepedulian kepada orang yang miskin, sakit, dan menderita.

Akibat dari perbuatannya, maka orang kaya ini menerima hukuman yang setimpal  dengan perbuatannya di akhirat. Kenyataan hidup di akhirat berbalik dengan apa yang ada di dunia saat ini. Orang kaya yang hidup dalam kemewahan tapi tidak peduli dengan sesama dan tidak memiliki belaskasih kepada sesama, di akhirat akan mengalami penderitaan selama-lamanya dan tidak akan menerima belaskasih juga dari siapapun. Sedangkan Lazarus yang miskin dan menderita selama hidup di dunia, akan memperoleh kebahagiaan abadi bersama Allah di surga.

Kisah Lazarus dan orang kaya ini menjadi kesaksian bagi kita semua yang masih hidup di dunia ini. Tidak perlu Lazarus datang ke dunia lagi untuk mewartakan tentang akhirat. Kesaksian Musa dan para nabi sudah cukup bagi kita. Yesus sendiri mengatakan bahwa, jika seseorang tidak percaya kepada kesaksian Musa dan para nabi, maka ia juga tetap tidak akan percaya, sekalipun yang datang itu adalah seorang yang bangkit dari antara orang mati. Kita semua yang percaya kepada Yesus, harus percaya kepada kebangkitan orang mati dan kehidupan yang kekal. Yesus telah turun dari Surga dan kini telah bertahta dalam Kerajaan Surga. Pengajaran dan kesaksian hidup Yesus menjadi bukti nyata bagi kita, untuk percaya adanya kehidupan di akhirat, adanya penghakiman setelah kematian di dunia, adanya keselamatan abadi di surga, dan adanya kebinasaan kekal di neraka.  

Kesempatan hidup di dunia ini haruslah kita pergunakan sebaik-baiknya untuk mempersiapkan diri menyongsong kehidupan di akhirat. Jangan sampai kita lupa dengan akhirat, seperti orang kaya dalam Bacaan Injil tadi. Maka dari itu, tidak cukup jika kita hanya menghindari kejahatan, tetapi tidak melakukan kebaikan bagi sesama. Kejahatan memang harus kita hindari, tetapi kita juga harus berbuat baik kepada sesama, terutama mereka yang miskin, sakit, dan menderita. Kita harus memiliki belas kasih dan kepedulian kepada mereka, serta mewujudkannya dalam tindakan nyata dengan menolong dan membantu mereka, baik secara moril maupun materiil. Dengan demikian, kelak kita akan disambut oleh mereka dalam kehidupan yang abadi di Surga.










No comments:

Post a Comment