Hari Raya Tuhan kita Yesus Kristus Raja Semesta Alam:
(24 November
2019)
Oleh: Pastor Vinsensius, Pr.
Saudara-saudari, sering kali
orang mengatakan, “Bagaimana seseorang bisa menyelamatkan orang lain, jika ia
tidak bisa menyelamatkan dirinya sendiri?” Dengan pernyataan ini seolah-olah
ingin dikatakan, bahwa seseorang hanya bisa menyelamatkan orang lain, jika ia
sendiri selamat. Benarkah pernyataan ini? Sejauh mana kebenarannya? Keselamatan
dalam hal apa dulu yang dimaksud? Banyak persoalan yang muncul dari pernyataan
ini. Hal yang serupa juga dialami oleh Yesus. Ia menyelamatkan manusia dengan
cara yang tragis, yaitu disalibkan. Hal ini tidak masuk akal bagi orang-orang
Yahudi. “Sebab pemberitaan tentang salib memang adalah kebodohan bagi mereka
yang akan binasa, tetapi bagi kita yang diselamatkan pemberitaan itu adalah
kekuatan Allah.” (1Kor. 1:18)
Injil pada Hari Raya Kristus Raja Semesta Alam ini menampilkan kepada
kita Yesus, Raja yang tersalib. Ia Raja yang diejek, diolok-olok, dihina,
disiksa, dan dibunuh. Mengapa demikian? Karena sesuai dengan sabda Yesus: "Kerajaan-Ku
bukan dari dunia ini; jika Kerajaan-Ku dari dunia ini, pasti hamba-hamba-Ku
telah melawan, supaya Aku jangan diserahkan kepada orang Yahudi, akan tetapi
Kerajaan-Ku bukan dari sini." (Yoh. 18:36). Lalu kerajaan seperti apa yang
diwartakan oleh Yesus?
Kerajaan Yesus adalah Kerajaan Surga yang hadir di dunia. Di dalam
Kerajaan Allah ini, nilai cinta kasih menjadi hukum yang utama dan pertama. Dari
cinta kasih mengalirlah hukum-hukum dan nilai-nilai lainnya yang selaras dengan
ajaran Yesus. Salah satunya adalah pengampunan. Yesus adalah Raja Pengampunan. Ia
tidak membalas kejahatan dengan kejahatan, tetapi dengan kebaikan. Penghinaan
dan kekejian dibalasnya dengan pengampunan. Di atas kayu Salib Yesus berdoa
bagi orang-orang yang telah menyalibkan Dia, “Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab
mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat” (Lukas 23:34).
Di atas kayu salib Yesus juga mengampuni dosa penjahat yang disalibkan
bersama Dia. Penjahat itu menyadari segala dosanya, dan mengakui kebaikan
Yesus, bahwa Yesus tidak berbuat salah sama sekali. Dan dengan tulus penjahat
itu memohon kepada Yesus: “Yesus, ingatlah akan aku, apabila Engkau datang
sebagai Raja." (Luk 23:42). Sejak saat itu orang tersebut bukan lagi
penjahat, tetapi ia sudah menjadi orang kudus di tengah para kudus, sebab Yesus
mengampuni dosanya dengan bersabda: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya
hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus."
(Luk 23:43).
Saudara-saudari
terkasih, ada dua sikap yang dapat menjadi pegangan kita dalam mengimani Yesus
sebagai Raja Pengampunan. Pertama, kita
harus menjadi seperti Yesus yang mau mengampuni orang lain yang berbuat jahat
kepada-Nya. Maka, kita juga harus mau mengampuni sesama kita yang bersalah
kepada kita. Janganlah kita membalas kejahatan dengan kejahatan, tetapi dengan
kebaikan, seperti yang dilakukan oleh Yesus.
Kedua, kita harus
mengikuti teladan dari penjahat yang disalibkan bersama dengan Yesus, bukan
mengikuti kejahatannya, tetapi meneladani pertobatannya dan kepercayaannya yang
total kepada Yesus. Berkat pertobatan dan kepercayaannya kepada Yesus Raja
Pengampunan, maka ia memperoleh rahmat pengampunan dosa dan keselamatan yang
abadi.
Maka, menjelang Masa Adven ini, marilah kita menyadari segala dosa dan
kesalahan kita, dan memohon ampun kepada Tuhan, agar kita juga boleh mengalami
keselamatan yang berasal dari Tuhan. Dan marilah kita juga mengampuni sesama
yang pernah berbuat salah kepada kita. Pertobatan dan pengampunan menjadi jalan
bagi kita untuk memasuki Kerajaan Yesus. Dengan diampuni dan mengampuni kita
akan mengalami kehadiran Kerajaan Allah di dunia ini, dan secara penuh kelak di
dalam Kerajaan Surga.
No comments:
Post a Comment