DI TENGAH WABAH
VIRUS CORONA
(Hari
Minggu Paskah IV:
Hari Minggu Panggilan,
3 Mei 2020)
Saudara-saudari terkasih, berkat peristiwa Pentakosta,
dengan pencurahan Roh Kudus atas para rasul, warta tentang kebangkitan Yesus
tersebar luas. Hal ini tampak dalam kotbah Petrus di hadapan orang-orang
Yahudi. Petrus mewartakan dengan berani bahwa Yesus yang mereka disalibkan
telah dibangkitkan dan dimuliakan menjadi Tuhan dan Kristus. Warta gembira itu
membuat mereka sangat terharu. Ada suatu penyesalan yang mendalam atas
peristiwa itu, tetapi juga ada suatu pengharapan yang besar berkat peristiwa
itu. Tanggapan mereka atas pemberitaan Petrus bukan saja sekedar pengetahuan
baru (informasi saja), tetapi membawa suatu perubahan cara hidup (berkaitan
dengan aksi). Maka, mereka pun bertanya kepada Petrus, “Apa yang harus kami
perbuat?”
Inilah kesempatan bagi Petrus untuk bersaksi dan mewartakan
Injil Kristus. Tidak ada jalan lain bila mereka mau menerima Yesus sebagai
Tuhan dan Kristus, selain dengan bertobat dan dibaptis. Dengan demikian mereka
akan menerima karunia Roh Kudus yang sama dengan yang diterima oleh para rasul
pada saat Pentakosta.
Rasul Petrus memberikan syarat untuk menjadi
murid-murid Yesus, yaitu melalui pertobatan dan pembaptisan. Kedua hal ini
tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Pertobatan artinya perubahan pola pikir/
paradigma dan cara hidup ke arah yang sesuai dengan kehendak Tuhan. Pembaptisan
adalah kelahiran baru menjadi anak-anak Allah dan murid-murid Kristus. Untuk
dapat dilahirkan kembali menjadi anak-anak Allah perlu adanya perubahan hidup.
Artinya agar rahmat baptisan yang kita terima itu efektif di dalam kehidupan
kita, kita perlu bekerja sama dengan Allah dengan cara bertobat: mengubah pola
pikir, tingkah laku, dan cara hidup kita yang lama, yang tidak sesuai dengan
kehendak Tuhan, yang buruk, jahat, dan penuh dosa, menjadi cara hidup yang
baru, yang baik dan sesuai dengan kehendak Tuhan.
Dalam masa pandemi ini panggilan menjadi murid-murid
Yesus tetap harus kita wujudkan dalam kehidupan kita. Di tengah masa sulit ini,
di mana usaha manusiawi kita seakan sia-sia. Kita merasa tak berdaya menghadapi
ancaman virus ini. Namun, sesungguhnya di saat seperti inilah kita harus
semakin percaya kepada Tuhan, berharap kepada Tuhan Yang Mahakuasa, dan memohon
pertolongan dari-Nya, sebab di luar Tuhan kita tidak dapat berbuat apa-apa.
Memang di saat ini kita merasa ruang gerak kita sangat
terbatas. Kita hanya boleh diam di rumah saja. Tidak boleh berkumpul. Tidak
boleh berjabat tangan, dan lain sebagainya. Tetapi kita harus memaknai semua
ini secara positif. Saat seperti ini menjadi semacam retret agung bagi kita
untuk membina kembali hubungan kita dengan Tuhan secara pribadi, dan membangun
kembali relasi yang harmonis dengan sesama dimulai dari keluarga kita sendiri. Ini
juga menjadi saat yang tepat bagi kita untuk merenungkan secara lebih mendalam
panggilan kita sebagai murid-murid Kristus.
Maka dari itu, waktu dan kesempatan yang ada ini harus
kita gunakan sebaik-baiknya untuk bertobat, agar kita dapat menjadi murid-murid
Kristus yang sejati. Pengakuan kita kepada Yesus sebagai Tuhan dan Kristus
tidak cukup di bibir saja, tetapi juga harus nyata dalam perbuatan hidup kita.
Iman kepada Yesus harus merasuk ke dalam pikiran kita, tingkah laku kita, dan
cara hidup kita sehari-hari. Hanya dengan demikian kita dapat menjadi
murid-murid Yesus yang sejati di tengah pandemi ini.
Dalam bacaan II Rasul Petrus menegaskan, bahwa panggilan
menjadi murid-murid Yesus bukan semata-mata karena usaha manusiawi kita,
kehebatan kita, tetapi pertama-tama karena kasih karunia dari Tuhan. Demikian
pula dengan penderitaan yang dialami karena menjadi murid Kristus juga adalah
karunia, yaitu kita boleh mengambil bagian dalam penderitaan Kristus demi
keselamatan dunia.
Saudara-saudari terkasih, pada hari ini kita juga
merayakan hari Minggu Panggilan, hari yang dikhususkan untuk berdoa bagi
panggilan khusus menjadi imam, biarawan dan biarawati. Sama seperti Yesus
memilih 12 orang rasul dari antara banyak murid-Nya untuk tugas pelayanan,
demikian pula pada zaman sekarang Yesus tetap memilih dari antara umat-Nya
orang-orang yang dikhususkan untuk pelayanan rohani dan sakramental, yaitu para
imam, dan biarawan-biarawati. Maka, sabda Yesus hari ini menjadi pedoman bagi
para pelayan Tuhan dalam melayani umat Allah.
Yesus memberikan perumpamaan tentang pintu kepada
domba-domba. Seorang gembala pasti masuk melalui pintu untuk datang kepada
domba-dombanya dan membawa domba-dombanya ke padang rumput yang hijau. Hal ini
dikontraskan dengan pencuri dan perampok yang masuk tidak melalui pintu, tetapi
memanjat dari tempat yang lain, entah tembok atau pagar, untuk dapat menangkap
dan mencuri domba-domba itu. Dan Yesus menjelaskan bahwa Dialah pintu bagi domba-domba
itu, yaitu umat Allah.
Dengan perumpamaan ini, Yesus ingin mengatakan bahwa
setiap orang yang dipanggil untuk menjadi gembala jiwa-jiwa harus membawa umat
Allah kepada Yesus, satu-satunya Pintu untuk menuju kepada keselamatan kekal. Setiap
perkataan, tingkah laku, perbuatan, karya pelayanan dan pekerjaannya harus
membawa umat untuk semakin dekat dengan Yesus, dan mencerminkan ajaran Yesus.
Marilah dalam kesempatan hari Minggu Panggilan ini,
kita memperbaharui niat dan motivasi kita dalam mengikuti Yesus sebagai
pelayan-Nya, agar semakin banyak orang yang tertarik untuk mengikuti Yesus
dengan cara yang khusus ini. Marilah kita berdoa bagi para Uskup, Imam,
biarawan dan biarawati, agar mereka selalu teguh dalam panggilannya dan semoga pelayanan
mereka dapat mengantar umat untuk sampai kepada Yesus. Marilah kita juga berdoa
bagi para kaum muda kita, agar mereka juga terbuka hatinya dan terpanggil untuk
menjadi imam, biarawan dan biarawati di tengah arus moderenisasi ini, agar
semakin banyak orang yang diselamatkan dan diantar kepada Yesus, satu-satunya Jalan,
kebenaran, dan kehidupan.
No comments:
Post a Comment