Friday 11 September 2020

DENDAM DAN PENGAMPUNAN

 (Hari Minggu Biasa XXIV: 

13 September 2020)




Saudara-saudari terkasih, selama dua minggu ini, kita merenungkan dalam Bacaan-bacaan suci tentang bagaimana kita harus membangun relasi yang baik dengan sesama. Minggu lalu kita sudah merenungkan tentang teguran yang harus kita berikan kepada sesama yang bersalah. Minggu ini kita merenungkan tentang pengampunan yang harus kita berikan juga kepada sesama yang bersalah kepada kita.

 

Dalam kenyataan hidup sehari-hari, banyaknya tindakan kejahatan, seperti pembunuhan, permusuhan, atau juga kehancuran dalam rumah tangga, terjadi karena tidak ada pengampunan. Yang ada hanya balas dendam dan amarah. Seseorang yang sudah dikuasai oleh dendam dan amarah akan melakukan berbagai tindakan yang jahat untuk melampiaskan kemarahannya dan membalas dendamnya terhadap sesama.

 

Dalam Bacaan Pertama, Putra Sirakh mempertentangkan pengampunan dengan dendam dan amarah. Dendam dan amarah dipandang sebagai sesuatu yang mengerikan, dan hanya orang berdosa yang dikuasai oleh dendam dan amarah ini. Bahaya dari dendam dan amarah ini bukan saja terjadi pada sesama, yang dimusuhi, tetapi juga terhadap diri orang yang membalas dendam dan amarah tersebut. Dengan tegas Putra Sirakh menyatakan, bahwa “Siapa saja yang membalas dendam akan dibalas oleh Tuhan”. Maka dari itu, pentinglah pengampunan. Kita harus mengampuni sesama yang bersalah kepada kita, agar Tuhan juga mau mengampuni segala dosa-dosa kita.

 

Dalam Bacaan Injil, Tuhan Yesus dengan jelas menjawab pertanyaan dari Rasul Petrus, “Sampai berapa kali aku harus mengampuni saudaraku? Sampai tujuh kali kah?” Namun, Yesus menjawab, “Bukan sampai tujuh kali, tetapi tujuh puluh kali tujuh kali.” Sabda Tuhan ini jangan kita artikan secara matematis! Memang secara harafiah, 70x7=490, dan itu masih bisa dihitung dan bersifat terbatas. Akan tetapi, yang dimaksud oleh Yesus melalui perkataan ini adalah pengampunan yang tak terbatas, tak terhitung jumlahnya, dan tetap berlaku sampai selama-lamanya.

 

Perumpamaan yang diberikan oleh Yesus tentang membayar hutang dengan jelas menunjukkan betapa pentingnya pengampunan ini. Jika kita tidak mau mengampuni sesama yang bersalah kepada kita, kita akan bersikap seperti hamba yang tidak tahu berterima kasih. Dia telah diampuni oleh tuannya dan dihapus segala hutangnya, tetapi dia tidak mau mengampuni sesamanya yang berhutang kepadanya. Maka, tuannya itu menjadi murka dan memberikan hukuman kepadanya, karena sikapnya yang tidak berbelas kasih kepada sesamanya.

 

Marilah kita senantiasa mengampuni sesama yang bersalah kepada kita, dengan segenap hati, dan bukan hanya setengah-setengah atau dengan rasa terpaksa. Dengan pengampunan, kita bisa menghindari sikap balas dendam dan amarah. Dengan mengampuni sesama, maka kita juga akan diampuni oleh Allah yang berbelas kasih. Maka, hendaklah kita berbelas kasih kepada sesama, dan mau mengampuni sesama, seperti Allah sendiri berbelas kasih kepada kita dan mau mengampuni semua dosa kita.

 

Penulis:  

R.D. VINSENSIUS

Imam Diosesan Keuskupan Sanggau

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

No comments:

Post a Comment