Thursday 12 November 2020

KESETIAAN IMAN

 

(Hari Minggu Biasa XXXIII: 15 November 2020) 






Saudara-saudari terkasih, akhir zaman atau kiamat merupakan salah satu hal yang kita imani sebagai orang Katolik. Kita percaya akan hari kiamat, di mana Yesus akan datang kembali ke dunia ini untuk mengadili orang yang hidup dan yang mati. Pengakuan iman ini juga kita ucapkan dalam Syahadat Para Rasul: “dari situ (Surga) Ia (Yesus) akan datang (ke dunia lagi), (untuk) mengadili orang hidup dan mati”. 


Bacaan Kedua dan Bacaan Injil hari ini sama-sama berbicara tentang hari kiamat. Rasul Paulus menyebutnya sebagai Hari Tuhan. Kedatangan Tuhan pada akhir zaman diumpamanakannya seperti pencuri yang datang pada malam hari. Artinya, tidak seorang pun yang tahu kapan hari dan saatnya. Maka, kita tidak boleh tidur dalam arti tidak boleh lengah dan mengabaikan perintah-perintah Tuhan, tetapi harus selalu berjaga-jaga. 


Sikap berjaga-jaga ini juga ditekankan oleh Yesus dalam Bacaan Injil tadi. Kita harus berjaga-jaga seperti para hamba yang menunggu tuannya pulang dari luar negeri. Kerajaan Surga diumpamakan oleh Yesus seperti seorang tuan yang hendak pergi ke luar negeri, dan ia mempercayakan uang (talenta) kepada mereka, dengan harapan ketika ia datang kembali, talenta itu sudah berkembang dan banyak. Namun, tidak semua hamba melakukan apa yang dikehendaki oleh tuannya itu. Ada yang membangkang dan tidak mau mengembangkan talentanya, dan dialah yang dihukum oleh tuannya. Sedangkan hamba yang lain yang mengembangkan talentanya, diberikan tanggung jawab yang lebih besar dan boleh ikut serta dalam kebahagiaan tuannya, sebab dia sudah setia dalam perkara-perkara yang kecil. 


Saudara-saudari terkasih, sebagai antisipasi akan datangnya akhir zaman pada saat yang tidak kita duga-duga, kita perlu berjaga-jaga. Sikap berjaga-jaga yang harus kita lakukan adalah:

1. Setia mengembangkan talenta kita, yaitu IMAN. Sejak pembaptisan kita sudah menerima karunia iman. Tetapi iman itu harus dikembangkan melalui doa-doa, membaca Kitab Suci, dan menerima Sakramen-sakramen Gereja, terutama Ekaristi dan Sakramen Tobat.

2. Rajin berbuat baik. Kita harus bersikap seperti wanita dalam Bacaan Pertama dari Kitab Amsal, yang rajin berbuat baik kepada semua orang. Dalam kesehariannya dia tidak berpangku tangan (mager), tetapi dia melakukan semua aktivitasnya dengan penuh cinta. Dia bukan saja rajin bekerja, tetapi juga rajin berbuat amal kasih, dengan memberikan bantuan kepada orang-orang miskin. Inilah wujud dari iman yang hidup. Iman tanpa perbuatan pada hakikatnya adalah mati! Maka, iman kita harus disertai pula dengan perbuatan-perbuatan kasih kepada sesama. 


Dengan demikian, kita akan siap untuk menyongsong Hari Tuhan, sehingga pada saat pengadilan terakhir, kita didapati oleh Tuhan dalam keadaan yang layak untuk ikut serta dalam kebahagiaan-Nya, karena kita tetap setia dalam Iman kepada Kristus, Tuhan kita. 


RD. Vinsensius


Imam Diosesan Keuskupan Sanggau

No comments:

Post a Comment