Wednesday 19 December 2018

SUKACITA MENYAMBUT KELAHIRAN YESUS



 (Hari Minggu Adven IV: 23 Desember 2018)
Oleh: Pastor Vinsensius, Pr.

PENGANTAR

Kita pasti pernah merasakan sukacita dan kegembiraan. Bapak ibu bersukacita karena pekerjaannya berjalan dengan baik dan memperoleh hasil. Anak-anak bersukacita karena mendapatkan peringkat di kelas, atau karena sudah liburan sekolah. Dan secara istimewa kita semua bersukacita karena sebentar lagi kita akan merayakan Hari Raya Natal. Sukacita yang besar dirasakan oleh St. Elisabet dan St. Yohanes Pembaptis dalam bacaan Injil hari ini, karena perjumpaan mereka yang istimewa dengan Tuhan Yesus dan Bunda Maria.

Maria mengunjungi Elisabet, saudarinya
TEOLOGI

Injil hari ini mengisahkan tentang Bunda Maria yang mengunjungi Elisabet, saudarinya. Setelah Bunda Maria menerima Kabar Gembira dari Malaikat Gabriel, bahwa ia akan mengandung dari Roh Kudus, Bunda Maria pun pergi ke rumah Elisabet. Elisabet pada waktu itu juga sedang mengandung Yohanes Pembaptis. Sesampainya di rumah Elisabet, Maria memberikan salam kepada Elisabet. Ketika mendengar salam dari Maria, anak yang ada di dalam rahim Elisabet melonjak kegirangan, dan Elisabet pun dipenuhi dengan Roh Kudus.
Dengan keadaan berahmat, Elisabet membalas salam Maria dengan mengucapkan kata-kata, yang menjadi inspirasi bagi Gereja dalam merumuskan doa Salam Maria, yaitu: “Terpujilah Engkau di antara wanita, dan terpujilah buah tubuhmu, Yesus.” Elisabet dengan terus terang mengatakan, bahwa ketika salam dari Maria sampai di telinganya, anak yang di dalam rahimnya melonjak kegirangan. Artinya, ada sukacita yang besar, baik bagi Elisabet sendiri, maupun bagi Yohanes yang masih dikandungnya.

Sukacita itu bukan berasal dari manusia, tetapi sungguh berasal dari Allah, karena sukacita itu adalah sukacita menyambut kelahiran Yesus, Sang Mesias, yang akan lahir di dunia. Sukacita ini bukan sekedar sukacita dunia, tetapi sukacita surga dan bumi, sebab Allah yang Mahakuasa telah datang ke dunia, dan masuk ke dalam rahim Bunda Maria dengan kuasa Roh Kudus. Maka, tidak mengherankan, jika Yohanes Pembaptis yang masih berada di dalam rahim Elisabet sudah bisa merasakan sukacita yang besar, karena berjumpa dengan Tuhan Yesus, yang pada waktu itu juga masih berada di dalam rahim ibu-Nya.

PROFETIS

Minggu lalu kita sudah merayakan Minggu Gaudete atau Minggu kegembiraan. Pada hari Minggu Adven IV ini kita semua kembali diajak untuk merasakan sukacita yang berasal dari Allah. Sukacita yang sama, yang dirasakan oleh Bunda Maria, Elisabet, dan Yohanes, anaknya, juga menjadi sukacita kita semua dalam menyambut Hari Raya Kelahiran Sang Juruselamat kita, Yesus Kristus. Pertanyaanya, bagaimana caranya supaya kita bisa merasakan sukacita ini?

Dunia dengan segala teknologi dan kecanggihannya menawarkan kepada kita sukacita yang bersifat duniawi. Kita bisa memperolehnya dengan mudah, dengan segala usaha dan jerih payah kita. Semua harta dan kekayaan juga memberikan sukacita kepada manusia. Tetapi, sesungguhnya sukacita itu hanyalah bersifat sementara saja, dan hanya bisa kita nikmati selama kita masih hidup di dunia. Artinya, dunia tidak memberikan sukacita yang bersifat abadi, sejati dan sempurna. Maka, di tengah segala kemajuan zaman ini, Tuhan menawarkan kepada kita sukacita yang sejati, abadi dan sempurna, yaitu sukacita rohani.

Sukacita rohani ini semata-mata adalah karunia dari Allah, dan bukan hasil dari usaha manusia. Allah sendiri yang memberikannya kepada manusia. Sukacita itu sudah hadir di dunia ribuan tahun yang silam, tepatnya sejak peristiwa penjelmaan Allah menjadi manusia dalam diri Yesus Kristus, yang kelahiran-Nya akan kita rayakan pada Hari Raya Natal nanti. Maka, menjelang Hari Raya Natal ini marilah kita kembali merasakan sukacita yang sama, yang sudah dialami oleh Bunda Maria, Elisabet, dan Yohanes Pembaptis, serta orang-orang lain yang hidup pada zaman Yesus.

Kita bisa merasakan sukacita ini bila kita mau menerima kehadiran Yesus dalam hati kita, dan mau berjumpa dengan Yesus dalam keheningan dan doa. Berbagai usaha dapat kita lakukan agar dapat berjumpa dengan Yesus melalui doa, devosi, bacaan Kitab Suci, dan terutama melalui Perayaan Ekaristi. Bagi kita doa haruslah menjadi suatu perjumpaan dengan Tuhan Yesus, dan bukan rutinitas atau kewajiban belaka! Jika di dalam doa kita sungguh mengalami perjumpaan dengan Tuhan Yesus, maka kita bisa merasakan sukacita yang besar, yakni sukacita rohani yang berasal dari Roh Kudus.

Doa bagi kita haruslah menjadi perjumpaan pribadi dengan Tuhan Yesus sendiri. Melalui perjumpaan ini kita dapat merasakan sukacita rohani dan dipenuhi dengan Roh Kudus. Sukacita rohani dapat kita rasakan, bila kita berada dalam keadaan berahmat. Maka, berbahagialah kita yang sudah menerima Sakramen Tobat selama Masa Adven ini, sebab melalui Sakramen Tobat atau pengakuan dosa kita dibersihkan dari segala dosa, dan kondisi jiwa kita menjadi suci kembali dan dalam keadaan berahmat. Dalam keadaan berahmat itulah kita ingin merayakan Hari Raya Kelahiran Sang Juruselamat kita, Tuhan kita Yesus Kristus. Semoga dengan perayaan ini nanti kita dapat merasakan sukacita rohani dalam kehidupan kita setiap hari.


Maka, marilah menjelang Hari Raya Natal ini kita semakin mendekatkan diri dengan Tuhan Yesus melalui doa-doa kita, agar pada Hari Raya Kelahiran-Nya nanti kita sungguh dapat merayakannya dengan penuh sukacita, dan bermakna bagi kehidupan iman kita.