Saturday 18 May 2019

MENGASIHI SEPERTI YESUS MENGASIHI


(Hari Minggu Paskah V: 19 Mei 2019)
[Bacaan I: Kis. 14:21b-27; Bacaan II: Why. 21:1-5a; Injil: Yoh. 13:31-33a.34-35]
Oleh: Pastor Vinsensius, Pr.




Saudara-saudari terkasih, seseorang yang akan meninggal dunia biasanya memberikan pesan-pesan terakhir, baik berupa perkataan lisan maupun berupa surat wasiat, yang harus ditaati dan dipatuhi oleh orang-orang yang diberikan pesan tersebut. Pesan itu bisa berkaitan dengan perilaku, tindakan, perbuatan, maupun harta warisan. Wejangan terakhir ini sangat berarti dan berguna bagi orang-orang yang masih hidup, yang akan ditinggalkannya. Demikian pula Yesus, sebelum menderita dan wafat di salib, Ia memberikan perintah yang amat penting kepada para murid-Nya. Perintah ini adalah perintah yang baru, yaitu supaya mereka saling mengasihi, seperti Yesus telah mengasihi mereka.

Tuhan Yesus menyampaikan pesan terakhirnya ini pada waktu perjamuan terakhir bersama para murid-Nya. Yesus mengatakan kepada para murid, “Tinggal sesaat lagi Aku ada bersama kamu.” Ini merupakan kata-kata perpisahan, sebab Yesus akan pergi kepada Bapa-Nya. Yesus akan dimuliakan di atas kayu salib. Melalui Salib, dan hanya melalui Salib, Yesus dapat mengalami Kebangkitan Mulia. Tanpa salib, tidak ada kebangkitan. Demikian pula, tanpa penderitaan, tidak ada kebahagiaan dan keselamatan. Penderitaan menjadi jalan untuk menuju kepada keselamatan yang abadi.

Penderitaan inilah yang dialami oleh Rasul Paulus dan Barnabas, yang telah kita dengarkan dalam Bacaan Pertama tadi. Walaupun Paulus dan Barnabas telah diusir dari Antiokhia, diancam di Ikonium, dan dilempari batu di Listra, namun mereka tetap mau mengunjungi kota-kota itu untuk memberitakan Injil Keselamatan. Bagi Paulus dan Barnabas, umat tidak cukup jika hanya dibaptis saja, tetapi mereka juga harus dikuatkan imannya, melalui nasehat-nasehat dan pewartaan Sabda Allah. Maka, Paulus dan Barnabas pun menasihati mereka supaya selalu bertekun dalam iman, karena untuk dapat masuk Kerajaan Allah, kita harus mengalami banyak sengsara dan penderitaan.

Saudara-saudari terkasih, walaupun kita menghadapi berbagai macam penderitaan,  kita harus selalu ingat akan pesan Yesus yang amat penting, yaitu supaya kita saling mengasihi, seperti Yesus telah mengasihi kita. Ukuran kasih kita adalah Kasih Yesus sendiri. Kasih Yesus adalah kasih yang sempurna. Kesempurnaan itu terletak pada pengorbanan diri Yesus, yang rela mati di atas kayu salib, demi cinta-Nya kepada manusia. Ada suatu motivasi yang sangat agung dan mulia di balik pengorbanan diri Yesus, yaitu Kasih-Nya yang besar kepada manusia. Dan pengorbanan itu tidaklah sia-sia. Sebab melalui sengsara dan wafat-Nya, Yesus mengalami Kebangkitan yang mulia. Kebangkitan Yesus mengalahkan kuasa dosa dan kematian. Kebangkitan Yesus membawa keselamatan bagi semua orang, yang percaya kepada-Nya.

Maka, marilah saudara-saudari terkasih, kita meneladani Kasih Yesus yang sempurna ini. Kasih yang tiada batas, kasih yang rela berkorban, kasih yang mau mengampuni, dan kasih yang murah hati. Dengan demikian, kita layak disebut sebagai murid-murid Kristus, sebab identitas dari seorang murid Kristus, bukan terletak pada aksesoris yang ia gunakan, tetapi terletak pada Kasih yang ia lakukan kepada sesama. Tuhan Yesus telah bersabda, “Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi.
  
Maka, marilah kita buang jauh-jauh sikap saling memusuhi, saling membenci, saling iri hati, saling dendam terhadap sesama, dan sikap-sikap buruk lainnya yang bertentangan dengan Hukum Cinta Kasih. Mari kita mengenakan Kasih dalam hidup kita sehari-hari. Mari kita menjadi pewarta Cinta Kasih, melalui sikap, tingkah laku, perkataan, dan perbuatan kita sehari-hari, sehingga kelak kita layak untuk memasuki langit dan bumi yang baru, seperti yang telah dinubuatkan oleh Yohanes dalam Kitab Wahyu. Di sana kita akan tinggal bersama-sama dengan Allah, dan tidak ada lagi dukacita dan perkabungan, sebab Allah telah menjadikan segalanya baru.

No comments:

Post a Comment