(Hari
Minggu Paskah V: 19 Mei 2019)
[Bacaan
I: Kis. 14:21b-27; Bacaan II: Why. 21:1-5a; Injil: Yoh. 13:31-33a.34-35]
Oleh:
Pastor Vinsensius, Pr.
Saudara-saudari terkasih, seseorang yang akan meninggal dunia biasanya
memberikan pesan-pesan terakhir, baik berupa perkataan lisan maupun berupa
surat wasiat, yang harus ditaati dan dipatuhi oleh orang-orang yang diberikan
pesan tersebut. Pesan itu bisa berkaitan dengan perilaku, tindakan, perbuatan,
maupun harta warisan. Wejangan terakhir ini sangat berarti dan berguna bagi
orang-orang yang masih hidup, yang akan ditinggalkannya. Demikian pula Yesus,
sebelum menderita dan wafat di salib, Ia memberikan perintah yang amat penting
kepada para murid-Nya. Perintah ini adalah perintah yang baru, yaitu supaya
mereka saling mengasihi, seperti Yesus telah mengasihi mereka.
Tuhan
Yesus menyampaikan pesan terakhirnya ini pada waktu perjamuan terakhir bersama
para murid-Nya. Yesus mengatakan kepada para murid, “Tinggal sesaat lagi Aku ada bersama kamu.” Ini merupakan kata-kata
perpisahan, sebab Yesus akan pergi kepada Bapa-Nya. Yesus akan dimuliakan di
atas kayu salib. Melalui Salib, dan hanya melalui Salib, Yesus dapat mengalami
Kebangkitan Mulia. Tanpa salib, tidak ada kebangkitan. Demikian pula, tanpa
penderitaan, tidak ada kebahagiaan dan keselamatan. Penderitaan menjadi jalan
untuk menuju kepada keselamatan yang abadi.
Penderitaan
inilah yang dialami oleh Rasul Paulus dan Barnabas, yang telah kita dengarkan
dalam Bacaan Pertama tadi. Walaupun Paulus dan Barnabas telah diusir dari
Antiokhia, diancam di Ikonium, dan dilempari batu di Listra, namun mereka tetap
mau mengunjungi kota-kota itu untuk memberitakan Injil Keselamatan. Bagi Paulus
dan Barnabas, umat tidak cukup jika hanya dibaptis saja, tetapi mereka juga
harus dikuatkan imannya, melalui nasehat-nasehat dan pewartaan Sabda Allah. Maka,
Paulus dan Barnabas pun menasihati mereka supaya selalu bertekun dalam iman,
karena untuk dapat masuk Kerajaan Allah, kita harus mengalami banyak sengsara
dan penderitaan.
Saudara-saudari terkasih, walaupun kita menghadapi berbagai macam penderitaan,
kita harus selalu ingat akan pesan Yesus
yang amat penting, yaitu supaya kita saling mengasihi, seperti Yesus telah
mengasihi kita. Ukuran kasih kita adalah Kasih Yesus sendiri. Kasih Yesus
adalah kasih yang sempurna. Kesempurnaan itu terletak pada pengorbanan diri
Yesus, yang rela mati di atas kayu salib, demi cinta-Nya kepada manusia. Ada suatu
motivasi yang sangat agung dan mulia di balik pengorbanan diri Yesus, yaitu
Kasih-Nya yang besar kepada manusia. Dan pengorbanan itu tidaklah sia-sia. Sebab
melalui sengsara dan wafat-Nya, Yesus mengalami Kebangkitan yang mulia. Kebangkitan
Yesus mengalahkan kuasa dosa dan kematian. Kebangkitan Yesus membawa
keselamatan bagi semua orang, yang percaya kepada-Nya.
Maka,
marilah saudara-saudari terkasih, kita meneladani Kasih Yesus yang sempurna
ini. Kasih yang tiada batas, kasih yang rela berkorban, kasih yang mau
mengampuni, dan kasih yang murah hati. Dengan demikian, kita layak disebut
sebagai murid-murid Kristus, sebab identitas dari seorang murid Kristus, bukan
terletak pada aksesoris yang ia gunakan, tetapi terletak pada Kasih yang ia
lakukan kepada sesama. Tuhan Yesus telah bersabda, “Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu murid-murid-Ku, yaitu
jikalau kamu saling mengasihi.”
Maka,
marilah kita buang jauh-jauh sikap saling memusuhi, saling membenci, saling iri
hati, saling dendam terhadap sesama, dan sikap-sikap buruk lainnya yang
bertentangan dengan Hukum Cinta Kasih. Mari kita mengenakan Kasih dalam hidup
kita sehari-hari. Mari kita menjadi pewarta Cinta Kasih, melalui sikap, tingkah
laku, perkataan, dan perbuatan kita sehari-hari, sehingga kelak kita layak
untuk memasuki langit dan bumi yang baru, seperti yang telah dinubuatkan oleh
Yohanes dalam Kitab Wahyu. Di sana kita akan tinggal bersama-sama dengan Allah,
dan tidak ada lagi dukacita dan perkabungan, sebab Allah telah menjadikan
segalanya baru.
No comments:
Post a Comment