Saturday 4 May 2019

PERJAMUAN DAN KESAKSIAN IMAN


(Hari Minggu Paskah III: 5 Mei 2019)
Oleh: Pastor Vinsensius, Pr.





Saudara-saudari terkasih, kisah-kisah setelah Kebangkitan Yesus, yang telah kita dengarkan dalam Bacaan-bacaan suci hari ini menjadi bahan permenungan kita selama Masa Paskah ini. Dalam Bacaan Injil tadi, kita telah mendengarkan kisah di mana Yesus menampakkan diri lagi kepada para murid-Nya di pantai Danau Tiberias. Ini merupakan penampakkan Yesus yang ketiga kalinya, dan kali ini disertai dengan mukjizat, seperti yang pernah Ia lakukan pada waktu pertama kali Ia bertemu dengan murid-murid-Nya dan memanggil mereka untuk menjadi penjala manusia. Hal ini terulang lagi, setelah Yesus bangkit dari kematian. Kondisi yang dihadapi oleh para murid pun sama, mereka tidak mendapatkan seekor ikan pun. Lalu Yesus pun memberikan perintah, supaya mereka menebarkan jalanya di sebelah kanan. Karena, mereka taat kepada perintah Yesus, maka mereka mendapatkan ikan yang melimpah, namun sungguh pun demikian, jala itu tidak koyak.

Anehnya, waktu itu mereka tidak tahu bahwa yang memberikan perintah kepada mereka adalah Yesus. Namun, karena melihat mukjizat yang dilakukan-Nya, murid yang dikasihi Yesus langsung mengenal Yesus, dan mengatakan, “Itu adalah Tuhan!”. Mendengar itu, lalu secara spontan Petrus langsung mengenakan jubahnya, dan terjun ke danau untuk bertemu dengan Yesus yang ada di tepi pantai itu. Selanjutnya, mereka diundang oleh Yesus untuk makan bersama. Perjamuan ini merupakan perjamuan yang membahagiakan, karena mereka bertemu langsung dengan Yesus yang telah bangkit mulia.

Saudara-saudari terkasih, ternyata perjumpaan dengan Yesus yang bangkit, tidak hanya berhenti pada perjamuan saja. Setelah itu, para murid menjadi Saksi Kebangkitan Yesus yang berani berkorban demi mewartakan ajaran Yesus. Hal ini telah kita dengarkan dalam Bacaan Pertama tadi. Petrus dan para rasul lainnya ditangkap dan dihadapkan ke Mahkamah Agama Yahudi, dan bahkan dianiaya, karena mewartakan Yesus di dalam Bait Allah. Namun, para rasul sama sekali tidak takut, dan tetap memegang prinsip yang kuat, bahwa mereka harus lebih taat kepada Allah daripada kepada manusia! Karena ketaatan mereka kepada Allah inilah yang membuat mereka disiksa dan dihina oleh orang-orang Yahudi. Namun, menariknya, mereka tetap merasa gembira dan bersukacita, karena mereka telah dianggap layak menderita demi nama Yesus.

Saudara-saudari terkasih, ada dua point yang dapat kita renungkan dalam Bacaan-bacaan suci hari ini. Yang Pertama, tentang Perjamuan Tuhan. Setiap kali kita merayakan Misa, kita berjumpa secara langsung dengan Tuhan Yesus yang telah bangkit. Dalam Ekaristi, kita juga mengalami kembali apa yang dialami oleh para Rasul bersama dengan Yesus. Kita mendengarkan Sabda Tuhan, yang berbicara kepada kita, sama seperti dahulu Yesus berbicara dengan para Rasul-Nya. Dan semua itu berpuncak pada Perjamuan Ekaristi. Maka, kita harus menjadikan Misa sebagai sumber dan puncak dari iman kita. Sebagai sumber, karena dari Meja Perjamuan Tuhan-lah kita menerima sumber kekuatan bagi iman dan pelayanan kita. Dan sebagai puncak, karena di Meja Perjamuan yang sama kita mempersembahkan seluruh diri kita, hasil usaha kita, dan semua tugas pelayanan kita kepada Tuhan.

Yang Kedua, dengan merayakan Perjamuan Tuhan, kita juga dipanggil untuk menjadi Saksi-saksi Kebangkitan Yesus, seperti para rasul. Maka, bukti nyata dari iman kita kepada Yesus yang bangkit adalah keberanian kita untuk menjadi saksi Kristus di tengah-tengah kehidupan kita. Kita harus menjadi Saksi Kristus melalui perkataan-perkataan kita, sikap dan perbuatan kita sehari-hari, yang sesuai dengan ajaran Kristus sendiri. Menjadi saksi Kristus juga berarti kita harus berani menderita demi Nama Yesus. Penderitaan akan selalu ada dan menjadi tantangan bagi kita dalam memberikan  kesaksian iman. Namun, hendaknya kita tetap bersukacita dan bergembira di dalam penderitaan itu, seperti para Rasul sendiri, karena kita dianggap layak menderita demi Nama Yesus.

No comments:

Post a Comment