Malam Natal:
(24
Desember 2019)
Oleh: P. Vinsensius,
Pr.
Saudara-saudari
terkasih, pada malam yang kudus ini kita ingin menghadirkan kembali saat ini
peristiwa yang terjadi 2.000 tahun yang lalu. Peristiwa keselamatan Allah yang
terjadi di dalam diri Yesus Kristus, yang kelahiran-Nya kita rayakan pada hari
ini. Perayaan yang agung dan mulia ini bukan sekedar mengenang kembali
peristiwa yang terjadi di masa lampau, tetapi kita juga ingin mengambil bagian
dan ikut terlibat dalam karya keselamatan Allah yang telah dimulai oleh Yesus
Kristus di dalam kehidupan kita saat ini. Maka, marilah kita merenungkan
sejenak makna dari peristiwa Natal bagi kehidupan kita pada zaman sekarang ini.
Bila kita melihat di dalam kandang Natal, ada tiga hal
yang diperlambangkan. Di sini, kita bisa melihat sosok Bayi Yesus, Bunda Maria
dan St. Yosef, yang berada di dalam kandang yang hina. Yesus, Maria, Yosef, dan
kandang hina ini melambangkan kelemahan, kemurnian dan ketaatan, serta
kemiskinan.
Pertama, kelemahan itu
tampak dalam diri Bayi Yesus. Allah yang Mahakuasa mau hadir ke dunia, menjelma
menjadi manusia dalam diri bayi yang lemah. Hal ini bertentangan dengan arus
duniawi yang identik dengan kekuasaan, kekuatan, dan kekerasan.
Kedua, kemurnian dan
ketaatan tampak dalam diri St. Perawan Maria dan St. Yosef, yang dengan
ketulusan hati, kesucian diri, dan ketaatan yang total menerima rencana
keselamatan Allah, dan mau bekerja sama dengan Allah dalam mewujudkan karya
keselamatan itu di dalam dunia. Nilai ini bertentangan dengan sikap manusia yang
cenderung kepada dosa, menolak kehendak dan perintah Allah, serta tetap
berkeras hati untuk hidup di dalam dosa dan kejahatan.
Ketiga, kemiskinan
ditampakkan kepada kita melalui kandang yang hina. Tuhan Yesus tidak lahir di
istana raja, tetapi di kandang yang hina, karena tidak ada tempat bagi mereka
di rumah penginapan. Hal ini bertentangan dengan kemegahan dunia, yang lebih
mengutamakan kekayaan dan harta duniawi, daripada keselamatan jiwa.
Dari ketiga tanda yang diberikan kepada kita melalui
kandang Natal, kita semua diajak untuk pertama-tama
menjaga kemurnian hati, jiwa dan raga kita. Seperti yang dinubuatkan oleh Nabi
Yesaya, bahwa “bangsa yang berjalan dalam
kegelapan, telah melihat terang yang besar”, maka kita juga harus meninggalkan
kegelapan dosa dan kejahatan yang menghalangi kita untuk berjumpa dengan Yesus,
Sang Terang sejati, dan memelihara kesucian hidup kita, agar Yesus sudi lahir
di dalam hati kita.
Tanpa pertobatan dan perubahan hidup menjadi yang
lebih baik lagi, maka Natal tidak akan bermakna sama sekali bagi hidup kita. Oleh
karena itu, pesan Rasul Paulus dalam Bacaan kedua tadi dapat menjadi pedoman
bagi kita, yaitu “agar kita meninggalkan kefasikan
dan keinginan-keinginan dunaiwi, dan agar kita hidup bijaksana, adil, dan
beribadah, di dalam dunia sekarang ini, sambil menantikan penggenapan
pengharapan kita yang penuh bahagia.”
Kedua, kita semua
dipanggil untuk menemukan Yesus di dalam diri saudara-saudari kita yang miskin,
lemah dan tersingkir, sebab Yesus telah mengalami sendiri semua penderitaan
yang mereka alami. Bahkan, Yesus mau hadir di dalam diri mereka, sehingga apa
yang kita perbuat bagi orang-orang yang miskin, lemah, dan tersingkir ini, kita
lakukan juga bagi Yesus. Itulah kado Natal yang terindah bagi Yesus, jika kita mau
peduli dengan sesama kita dan menjadi sahabat bagi semua orang, tanpa
membedakan latar belakang suku, agama, ras dan bangsa.
"Selamat Hari Raya Natal,
Jadilah Sahabat Bagi Semua Orang"
No comments:
Post a Comment