(Minggu Biasa XXVII: 7 Okotober 2018)
Oleh: Pastor Vinsensius, Pr.
PENGANTAR
Perkawinan Katolik adalah perjanjian antara seorang
laki-laki dan seorang perempuan untuk membangun suatu kebersamaan sampai seumur
hidup. Janji bukan sekedar ucapan, kata-kata, tetapi juga menjadi komitmen yang
harus dijaga bersama, dan yang harus menjadi nyata dalam perbuatan sehari-hari.
Perjanjian juga menandakan adanya suatu ikatan antara dua orang yang
mengucapkan janji tersebut.
Antara seorang laki-laki dan seorang perempuan. Inilah salah satu ciri
khas dari perkawinan Katolik, yaitu perkawinan antara satu orang laki-laki dan
satu orang perempuan (monogamy). Dengan ciri khas ini, suami dan istri mampu
mempertahankan kesatuan hati yang tak terbagi, dan kesetiaan yang bertahan
sampai seumur hidup.
Untuk membangun suatu kebersamaan. Salah satu tujuan orang menikah ialah
supaya bisa selalu bersama. Hidup bersama dalam satu rumah, selalu dapat
bertemu, dan bersama-sama menanggung suka dan duka. Maka, kebersamaan ini yang
harus selalu dijaga, jangan sampai kebersamaan ini hilang dan memudar.
Sampai seumur hidup. Ini juga menjadi salah satu ciri khas dari perkawinan
Katolik, yaitu perkawinan yang tak terceraikan oleh siapa pun dan alasan
apapun, kecuali oleh kematian. Artinya, suami-istri harus mempertahankan
keutuhan perkawinan sampai seumur hidup.
TEOLOGI
Injil tadi mengisahkan tanya jawab antara orang Farisi dengan Yesus
tentang perkawinan. Mereka hendak mencobai Yesus dengan bertanya: “Boleh tidak
orang menceraikan istrinya dengan alasan apapun?” Yesus tidak langsung menjawab
tidak atau boleh, tetapi Yesus balik bertanya kepada mereka dengan mengacu pada
perintah Musa. Yesus bertanya kepada mereka, “Apa perintah Musa kepadamu?” Lalu
mereka menjawab, bahwa Musa memberikan izin untuk perceraian dengan membuat
surat cerai. Akhirnya, Yesus mengatakan,
bahwa karena ketegaran hati mereka-lah Musa menuliskan perintah ini. Namun,
sesungguhnya sejak awal mula penciptaan tidak-lah demikian. Yesus mengajak
mereka untuk kembali kepada awal mula Allah menciptakan manusia. Sejak awal
mula Allah menciptakan laki-laki dan perempuan. Dan mereka yang memilih untuk
menikah, mereka akan bersatu menjadi satu daging, sehingga mereka bukan lagi
dua melainkan satu. Oleh karena itu, apa yang dipersatukan oleh Allah, tidak
boleh diceraikan oleh manusia!
PROFETIS
Melalui Sakramen Perkawinan, suami dan istri bukan lagi dua, melainkan
satu. Artinya, Allah telah mempersatukan suami dan istri dalam satu ikatan
janji, yaitu janji perkawinan yang tak terceraikan. Namun, ada banyak tantangan
dalam hidup berkeluarga yang membuat suami dan istri akhirnya cerai dan
berpisah. Salah satunya ialah ketegaran hati. Orang yang bertegar hati adalah orang
yang “keras hatinya”, orang yang egois, yang hanya mementingkan kepentingannya
sendiri dan bukan kepentingan keluarga, suami atau istri dan anak-anak. Ketegaran
hati atau hati yang keras menjadi sumber dari perpecahan dalam keluarga, dan
perceraian dalam hidup perkawinan.
Kesetiaan suami dan istri menjadi pondasi dalam kehidupan perkawinan dan
keluarga Katolik. Suami dan istri harus setia seumur hidup, baik dalam suka
maupun duka, di waktu senang maupun susah, di saat beruntung maupun di saat
malang. Kesetiaan ini harus ada di segala kondisi dan situasi hidup.
Maka, agar dapat setia sampai seumur hidup sebagai suami dan istri,
janganlah bertegar hati! Singkirkanlah sifat egois dan hanya mementingkan diri
sendiri. Jangan-lah berkeras hati, dan hanya menganggap diri sendiri yang
benar, dan orang lain selalu salah. Jika bapak dan ibu sudah bisa menyingkirkan
sifat-sifat yang buruk ini, maka ada harapan untuk membangun keluarga yang
harmonis, rukun dan damai, penuh cinta kasih, serta bertahan sampai seumur
hidup.
Dan jangan lupa mengandalkan Tuhan dalam kehidupan berkeluarga. Jadikanlah
Tuhan sebagai kekuatan dalam menghadapi berbagai masalah, baik dalam keluarga,
maupun dalam masyarakat. Datanglah selalu kepada Tuhan Yesus dalam doa dan
ibadat. Dan mohonlah kepada Tuhan, rahmat kesetiaan dalam kehidupan perkawinan
dan berkeluarga. Marilah kita hening sejenak untuk berdoa bagi keluarga kita
masing-masing, agar senantiasa dilindungi Tuhan dan dijauhi dari berbagai
masalah.
No comments:
Post a Comment