Oleh: Pastor Vinsensius, Pr.
(Hari Minggu Palma, 14 April 20919)
Saudara-saudari
yang terkasih dalam Kristus, kita akan
merenungkan Kisah Sengsara Tuhan kita Yesus Kristus menurut Lukas. Kisah Sengsara ini dibacakan pada
Perayaan Minggu Palma. Maka, menyongsong Pekan Suci ini,
marilah kita sejenak merenungkan Makna dari Kisah Sengsara Tuhan Yesus ini bagi
kehidupan kita.
Bagian
Pertama: Kisah Perjamuan Terakhir
Sampai
pada saat perjamuan terakhir bersama Yesus, para murid belum memahami sepenuhnya
Misi Yesus di dunia ini. Perjamuan malam terakhir diwarnai dengan pengkhianatan
dan ambisi para murid untuk menjadi yang terbesar di antara mereka. Namun,
Yesus memberikan teladan dan warisan yang amat luhur kepada mereka. Pengkhianatan
Yudas dibalas oleh Yesus dengan kesetiaan-Nya dan penyerahan diri-Nya yang
total. Ia menyerahkan Tubuh dan Darah-Nya, demi keselamatan manusia. Ambisi
para murid juga Ia redamkan, dengan meminta mereka untuk menjadi pelayan bagi
sesama.
Saudara-saudari yang terkasih, kita semua pun dipanggil untuk menjadi pelayan
bagi sesama. Semangat pelayanan harus ada di dalam diri kita, dan semangat
pelayanan harus menjadi ciri khas kita sebagai murid-murid Kristus. Ekaristi
harus menjadi sumber dan puncak dari kehidupan kita. Dari meja perjamuan Tuhan-lah
kita bisa menimba kekuatan untuk melayani sesama, dan di meja yang sama kita
juga dapat mempersembahkan seluruh diri kita, hidup dan pelayanan kita kepada
Tuhan.
Bagian
Kedua: Kisah Penangkapan Yesus
Di
taman Getsemani terjadi tiga peristiwa tragis: yang pertama: Yesus berdoa seorang diri, yang kedua: Yudas mengkhianati Yesus, dan yang ketiga: Yesus
ditangkap untuk diadili. Namun, semuanya itu tetap Yesus balas dengan cinta
kasih. Walaupun para rasul sudah terbawa emosi, sampai-sampai memotong telinga
kanan dari seorang hamba imam agung, namun Yesus malah menyembuhkan telinga
orang itu, menjadi sembuh total seperti semula. Inilah mukjizat cinta kasih
yang dilakukan oleh Yesus di tengah situasi yang begitu mencekam.
Saudara-saudari yang terkasih
terkasih, di tengah situasi
dunia yang begitu mencekam ini, di tengah segala macam permusuhan,
perselisihan, pengkhianatan, dan balas dendam, kita semua sebagai murid-murid
Yesus dipanggil untuk menjadi pembawa damai dan cinta kasih, seperti Tuhan
Yesus sendiri. Jangan sampai kita terbawa arus dunia yang semakin kacau ini,
tetapi marilah kita menjadi Teladan Cinta Kasih, sebagaimana yang telah Tuhan
Yesus ajarkan kepada kita.
Bagian
Ketiga: Kisah Penyangkalan Petrus
Berhadapan
dengan penyangkalan Petrus, dan penghujatan dari para prajurit, Yesus tidak
membalasnya dengan kejahatan, tetapi dengan pengampunan. Yesus tetap memandang
wajah Petrus dengan penuh belas kasih. Pandangan Yesus ini membawa arti yang mendalam
bagi Petrus, sehingga ia menangis dengan sedih, karena menyadari segala dosa
yang telah diperbuatnya terhadap Yesus.
Saudara-saudari yang terkasih, kita pun sering menghujat dan menyangkal Yesus
melalui perbuatan hidup kita sehari-hari. Sering kali, kita tidak berani
mengakui bahwa kita adalah pengikut Kristus. Namun, Yesus tetap memandang kita
dengan penuh belas kasih. Tatapan mata-Nya mengundang kita untuk bertobat, dan
kembali kepada Allah. Seberapa pun beratnya dosa dan kesalahan kita, Tuhan
Yesus tetap mau menerima kita, asalkan kita sungguh-sungguh menyesali segala
dosa kita, dan mau bertobat, merubah sikap dan tindakan hidup kita dari yang
buruk dan jahat, menjadi pribadi yang lebih baik lagi, lebih benar dan berkenan
kepada Allah.
Bagian
Keempat: Kisah Pengadilan Yesus
Ketika Yesus diadili di hadapan Pilatus dan Herodes
berbagai macam tuduhan dilontarkan oleh orang-orang Yahudi kepada Yesus. Namun,
Pilatus dan Herodes tetap menyatakan, bahwa mereka tidak menemukan kesalahan
apapun pada Yesus. Hukuman mati yang dijatuhkan kepada Yesus terjadi, karena
desakan dan teriakan orang banyak. Orang-orang yang sama yang dahulu mengatakan
“Hosana bagi Putra Daud, diberkatilah Dia
yang datang dalam nama Tuhan!” kini berteriak dengan penuh kebencian, “Salibkanlah Dia!”. Namun, ada satu
peristiwa yang menarik untuk kita renungkan: Mulai saat itu Herodes dan Pilatus
mulai bersahabat dan berdamai, karena sebelumnya mereka bermusuhan. Memang,
pengorbanan Yesus membawa pendamaian dan persahabatan yang sejati di antara
umat manusia.
Bagian Kelima: Kisah
Penyaliban Yesus
Ada banyak peristiwa yang dapat kita renungkan dalam
Jalan Salib Yesus, dari rumah Pilatus hingga ke puncak Golgota. Namun, mari
kita berfokus pada tindakan Yesus di atas kayu salib. Ada dua tindakan luar
biasa yang dilakukan oleh Tuhan Yesus di atas kayu. Yang Pertama: Tuhan Yesus berdoa bagi orang-orang yang telah
menyalibkan Dia, agar Bapa mengampuni dosa-dosa mereka. Dan Yang Kedua: Tuhan Yesus menerima pertobatan dari seorang penjahat
yang juga disalibkan bersama Dia. Inilah buah-buah pertama dari Kayu Salib
Tuhan kita Yesus Kristus, yaitu rahmat pengampunan suci dan pertobatan yang
sejati.
Saudara-saudari yang terkasih, kita semua juga
diundang untuk menerima rahmat pengampunan suci dan mengalami sendiri
pertobatan yang sejati. Buah-buah keselamatan dari pengurbanan Yesus akan kita
alami jika kita sungguh-sungguh bertobat: MAU DIAMPUNI oleh Allah dan MAU
MENGAMPUNI sesama. Hal ini nyata dalam kehidupan kita sehari-hari, jika kita
mau mengaku dosa kita di hadapan imam. Melalui Sakramen Tobat, kita menerima
rahmat pengampuan suci dari Allah. Dosa-dosa kita dihapus oleh Allah,
kesalahan-kesalahan kita diampuni oleh Allah, dan kita diperdamaikan kembali
dengan Allah dan sesama. Tugas kita selanjutnya ialah mengampuni sesama kita,
seperti Yesus telah mengampuni dosa-dosa kita. Maka, marilah saudara-saudari,
kita mohon Bantuan Rahmat Allah, agar kita bisa mengampuni sesama kita dengan
hati yang tulus ikhlas.
Bagian Keenam:
Kisah Pemakaman Yesus
Setelah
wafat di salib, jenazah Yesus diturunkan, dan Ia dimakamkan di sebuah gua batu
yang belum pernah dibaringkan satu jenazah pun. Gua makam Yesus menjadi saksi
bisu kematian Yesus, dan gua yang sama juga menjadi saksi bisu kebangkitan Yesus
dari alam maut. Marilah kita mempersiapkan hati kita dengan semangat pertobatan
yang mendalam, agar Perayaan Paskah nanti sungguh-sungguh bermakna bagi hidup
kita dan semakin menguatkan iman kita kepada Yesus.
“Semoga dengan
renungan Pekan Suci ini iman kita semakin diteguhkan.
Tuhan Yesus
memberkati.”
No comments:
Post a Comment