(Minggu Biasa XIII: 30 Juni 2019)
Oleh: P. Vinsensius, Pr.
Saudara-saudari terkasih, Injil hari ini menampilkan dua tipe orang yang mau
mengikuti Yesus: Pertama, orang yang
berinisiatif untuk mengikuti Yesus. Ketika bertemu dengan Yesus, ia berkata: “Aku mengikuti Engkau, ke mana saja Engkau
pergi.” Berhadapan dengan orang ini, Yesus ingin menegaskan bahwa,
panggilan untuk mengikuti Dia bukan semata-mata inisiatif pribadi atau
manusiawi, tetapi pertama-tama adalah inisiatif dari Allah sendiri, yang
memanggil manusia untuk Mengikuti jejak Yesus dan mencapai Keselamatan yang
abadi. Karena inisiatif untuk mengikuti Yesus berasal dari Allah, dan bukan
dari manusia, maka syarat pokok untuk mengikuti Yesus pun harus berasal dari
Allah sendiri, dan menurut ukuran Allah. Syarat itu disampaikan oleh Yesus dengan
bahasa simbolis: “Rubah mempunyai liang dan
burung mempunyai sarang, tetapi Putra Manusia tidak mempunyai tempat untuk
meletakkan kepala-Nya.” Dengan perkataan ini, Yesus ingin mengatakan, bahwa
mengikuti Dia, berarti harus siap untuk menderita bersama dengan Dia, harus
siap untuk ditolak oleh dunia, dan berani meninggalkan kemapanan yang sifatnya
duniawi belaka.
Hal
ini telah terbukti sesaat sebelum Yesus mengatakan syarat ini. Yesus dan para
murid telah ditolak oleh orang-orang Samaria yang bermusuhan dengan orang
Yerusalem. Mendapat penolakan seperti ini, para murid menjadi emosi, dan
memohon kepada Yesus agar mereka dibinasakan! Namun, Yesus tidak mau membalas
kejahatan dengan kejahatan. Yesus tetap konsisten dengan ajaran utamanya, yaitu
Cinta Kasih. Bahkan kepada para musuh pun kita harus tetap mengutamakan cinta
kasih di atas segalanya. Yesus pernah bersabda: “Tetapi kamu, kasihilah musuhmu, dan berbuat
baiklah kepada mereka...” (Luk. 6:35).
Kedua, orang yang selalu tawar-menawar dalam mengikuti
Yesus. Dalam Injil tadi ditampilkan orang kedua dan ketiga yang masih belum
siap untuk mengikuti Yesus, karena masih terikat dengan urusan keluarganya.
Maka, dengan perkataan yang keras ini Yesus ingin menegaskan bahwa, Panggilan
Allah itu harus diutamakan di atas kepentingan diri sendiri dan kepentingan
duniawi belaka. Mengikuti Yesus itu seperti seorang yang siap untuk membajak
sawah, tidak boleh lagi toleh kiri dan toleh kanan, supaya bisa fokus dan
mendapatkan hasil yang baik saat membajak. Maka, mengikuti Yesus berarti siap
untuk mengarahkan hati hanya kepada Yesus, fokus kita hanya kepada Yesus, dan
bukan kepada yang lain.
Saudara-saudari terkasih, kita semua sudah menjadi pengikut Yesus sejak kita
dibaptis. Tetapi Mengikuti Jejak Yesus adalah suatu proses, yang membutuhkan
perjuangan dan pengorbanan. Ada tiga point utama yang dapat menjadi bahan
permenungan kita dalam perjuangan kita untuk mengikuti jejak Yesus: Pertama,
kita harus menyadari dengan sungguh bahwa panggilan kita menjadi murid-murid
Kristus berasal dari Allah sendiri, dan bukan berasal dari manusia atau
keinginan pribadi kita sendiri. Walaupun dalam pengalaman nyata, kita menjadi
Katolik karena orang lain atau keluarga, tetapi sesungguhnya panggilan itu
berasal dari Allah sendiri. Allah mempergunakan orang lain untuk memanggil kita
untuk menjadi Pengikut Kristus, seperti yang dialami oleh Elisa dalam Bacaan
Pertama tadi. Elisa dipanggil oleh Allah untuk menjadi Nabi melalui Elia.
Kedua, Mengikut Jejak Yesus berarti kita harus siap untuk
menderita bersama dengan Yesus, harus siap untuk ditolak oleh dunia, dan berani
meninggalkan kemapanan duniawi. Inilah konsekuensi dari Mengikuti jejak Yesus. Jalan
yang ditempuh Yesus adalah Jalan Salib. Ia mengarahkan pandangan-Nya ke
Yerusalem, dimana tempat Ia akan disalibkan dan bangkit serta naik ke surga. Maka,
kita yang ingin sungguh-sungguh mengikuti Jejak Yesus berarti harus siap untuk
memikul salib kehidupan kita masing-masing. Dengan setia memikul salib kita
masing-masing, maka kelak kita juga akan bersama dengan Yesus menikmati
kebahagiaan abadi dalam Kerajaan Surga.
Ketiga, Komitmen untuk mengikuti Yesus tidak bisa
ditawar-menawar. Jika Ya katakan Ya! Jika Tidak katakan Tidak! Yesus menuntut
keseriusan kita dalam mengikuti Dia. Kita harus mengutamakan Yesus di atas
segala-galanya. Jika kita masih toleh kiri-kanan dan mencari pertolongan dari
roh-roh lain yang bukan Roh Kudus, dan mengabaikan Yesus, maka kita tidak layak
bagi Kerajaan Allah. Seorang murid Yesus yang sejati akan selalu mengutamakan
Kerajaan Allah di atas segala urusan pribadi dan kepentingannya, seperti yang
pernah Yesus sabdakan: “Tetapi carilah
dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan
kepadamu.” (Mat. 6:33). Yesus harus menjadi yang nomor satu dalam hidup
kita, supaya kita layak untuk menjadi murid-Nya yang sejati dan kelak
berbahagia bersama Dia dalam Kerajaan Allah.
No comments:
Post a Comment