(Hari Minggu Biasa XXII: 1 September 2019)
Pastor Vinsensius, Pr.
Saudara-saudari
terkasih, kita perlu belajar dari padi. Semakin ia berisi semakin ia merunduk. Demikian
pula sebagai manusia, semakin tinggi jabatan kita, dan semakin banyak ilmu kita,
kita harus juga semakin rendah hati. Itulah yang dikehendaki oleh Tuhan Yesus.
Kerendahan hati menjadi tema utama yang patut kita renungkan pada hari ini.
Dalam bacaan
pertama, Putra Sirakh mengingatkan kita untuk bersikap sopan dalam bekerja, dan
juga bersikap rendah hati, serta bersikap bijaksana. Ketiga hal ini sangat
penting dalam kehidupan kita. Di tengah kemajuan zaman yang menggerus budaya
kita, sehingga banyak orang tidak lagi mengenal sopan santun. Berbagai sarana
bejalar sudah tersedia dan mudah diakses di mana-mana, tetapi banyak orang yang
malah menjadi kurang ajar! Inilah tantangan hidup kita di zaman modern ini. Inilah
krisis lingkungan hidup yang kita alami saat ini. Kita harus tetap
mempertahanan budaya sopan santun terhadap sesama dalam setiap perkataan,
perbuatan, dan tingkah laku kita.
Hal kedua yang
patut kita perhatikan juga ialah sikap rendah hati. Putra Sirakh mengatakan,
bahwa orang yang merendahkan dirinya akan mendapat karunia di hadapan Tuhan. Demikian
pula sebaliknya, orang yang sombong akan ditimpa kemalangan dan keburukan akan
berurat berakar di dalam dirinya, sehingga apa pun yang ia hasilkan semuanya
adalah keburukan dan kejahatan.
Sikap yang rendah hati juga ditegaskan oleh Yesus di dalam Bacaan Injil tadi. Yesus bersabda, “Siapa saja yang meninggikan diri akan direndahkan, dan siapa saja yang merendahkan diri akan ditinggikan.” Artinya, orang yang sombong tidak disukai oleh Tuhan. Di hadapan Tuhan ia pandang hina dan akan menerima tempat yang paling rendah di dalam Kerajaan Surga. Sedangkan orang yang rendah hati akan mendapat tempat yang tinggi di dalam Kerajaan Surga, sebab Tuhan suka akan sikap yang rendah hati.
Di tengah arus
modernisasi ini, kesombongan menjadi hal yang utama di dalam hidup manusia. Banyak
orang yang sombong, karena jabatannya atau kekayaannya. Kesombongan itu juga
membuat ia “lupa daratan”. Atau lebih tepatnya lupa akan Surga. Ia bergaul
dengan orang-orang yang selevel dengan dia saja, dan mengabaikan orang-orang
yang miskin, menderita dan tersingkir. Dengan demikian ia tidak akan memperoleh
kebahagiaan yang sejati, abadi dan kekal. Maka, sabda Yesus pada hari ini
menegur kita semua untuk memberikan perhatian kita juga kepada orang-orang yang
miskin, malang, sakit, menderita dan tersingkir. Memang secara material, mereka
tidak dapat membalas semua perhatian, bantuan, dan kebaikan yang kita berikan. Tetapi
Tuhan sendiri yang akan membalasnya pada Hari Kebangkitan orang-orang benar. “Upahmu
besar di Surga,” sabda Tuhan.
Pesan ketiga
yang disampaikan Putra Sirakh adalah agar kita menjadi orang yang bijaksana. Maka,
kita perlu memiliki hati yang arif dan telinga yang pandai. Ada kaitan yang
erat antara hati dan telinga, sebab dengan telinga kita “mendengarkan” dan
dengan hati kita “merenungkan” kebijaksanaan.
Saudara-saudari
terkasih, memasuki Bulan Kitab Suci Nasional ini, marilah kita memiliki hati
yang arif dan telinga yang pandai dalam mendengarkan dan merenungkan Sabda
Tuhan. Dari Kitab Suci-lah kita memperoleh nasihat-nasihat yang penting bagi
kehidupan kita sehari-hari, agar kita bisa mewartakan Kabar Baik di tengah
krisis lingkungan hidup. Hanya dengan membaca dan mendengarkan sabda Tuhan,
serta merenungkannya di dalam hati dan melakukannya dalam perbuatan nyata, maka
kita akan mendapatkan karunia dan berkat dari Tuhan. Maka, marilah kita isi
hari-hari kita dengan membuka Kitab Suci, membacanya dengan penuh perhatian, dan
merenungkannya di dalam hati. Itulah satu-satunya jalan agar kita dapat
melaksanakan kehendak Tuhan di dalam hidup kita sehari-hari.
Selamat memasuki
Bulan Kitab Suci Nasional 2019.
Pastor Vinsensius, Pr
Imam Diosesan Keuskupan Sanggau
Berkarya di Paroki Katedral “Hati Kudus Yesus”
Sanggau
No comments:
Post a Comment