Thursday 1 August 2019

JAUHI KETAMAKAN, UTAMAKAN KEBAIKAN BERSAMA


 (Hari Minggu Biasa XVIII: 4 Agustus 2019)


Pastor Vinsensius, Pr.




Saudara-saudari terkasih, dalam kehidupan ini banyak orang yang berlomba-lomba untuk mengumpulkan sebanyak-banyaknya harta duniawi. Harta itu bisa berasal dari usahanya sendiri, maupun berasal dari warisan orang tuanya. Karena nafsu akan kekayaan dunaiwi yang begitu besar ini, maka tak jarang terjadi perselisihan antar saudara kandung dalam sebuah keluarga, dan bahkan bisa menjadi sumber keretakan dan kehancuran dalam keluarga. Semua itu hanya gara-gara ketamakan diri, dan mengabaikan kebaikan bersama. Maka, Injil yang barusan kita dengarkan tadi menjadi inspirasi bagi kita untuk menjauhi ketamakan, dan mengutamakan kebaikan bersama.

Bacaan Injil tadi mengisahkan kepada kita: suatu sengketa pembagian warisan, yang ditanggapi oleh Yesus dengan peringatan tentang ketamakan, dan dengan perumpamaan tentang orang kaya yang bodoh. Di balik sengketa ini, ada suatu latar belakang yang luhur dalam tradisi orang Israel. Mereka mencita-citakan suatu kebaikan bersama. Tinggal bersama sebagai saudara di tanah warisan nenek moyang mereka, tanpa membagikannya. Namun demikian, seorang saudara berhak meminta bagian harta miliknya. Pembagian itu harus dilakukan menurut ketentuan hukum Taurat. Kalau terjadi sengketa, mereka harus mencari bantuan seorang ahli Taurat, yang dapat menyelesaikan masalah mereka, yang menjadi hakim dan penengah bagi mereka. Maka, dengan mengatakan, “Siapakah yang telah mengangkat Aku menjadi hakim dan penengah bagimu?”, Yesus bermaksud menolak untuk berperan sebagai akhi Taurat yang berwenang memutuskan perkara ini. Yesus memiliki misi pengajaran yang berbeda dengan ahli Taurat. Yesus ingin mengungkapkan akar dari sengketa harta warisan ini, yaitu ketamakan.  

Tuhan Yesus bersabda, “Berjaga-jaga dan waspadalah terhadap segala ketamakan! Sebab walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidaklah tergantung dari kekayaannya itu.” Kebahagiaan hidup sebenarnya tidak tergantung dari banyaknya harta milik yang dimiliki seseorang. Harta benda bukan jaminan bagi kehidupan yang sejati, apalagi kehidupan yang kekal. Harta benda akan berguna, bila digunakan untuk melayani sesama. Maka, Yesus meminta para murid-Nya untuk melepaskan diri dari keterikatan akan harta duniawi, dan memberikannya kepada orang miskin, agar mereka dapat memperoleh harta di surga.

Bahaya dari ketamakan ini dijelaskan oleh Yesus dalam Perumpamaan tentang orang kaya yang bodoh. Dalam perumpamaan ini, Orang kaya itu hanya memikirkan dirinya sendiri. Keinginannya tak lebih daripada menikmati hidupnya dalam kemewahan, tanpa memperdulikan orang lain yang miskin dan menderita. Ia menyangka, bahwa kenikmatan hidupnya dijamin oleh hartanya yang banyak itu. Kesalahannya di sini bukan karena ia kaya, tetapi karena ia tamak dalam mempergunakan kekayaaan, sehingga ia tidak memperdulikan sesama dan tidak mengutamakan kebaikan bersama. Orang kaya yang mengumpulkan harta untuk dirinya sendiri, sesungguhnya tidak kaya di hadapan Allah. Ia tidak mengumpulkan harta di surga, karena tidak menggunakana harta miliknya untuk kebaikan bersama.

Saudara-saudari terkasih, keselamatan hidup kita tidak tergantung kepada harta kekayaan duniawi. Seberapa pun banyaknya harta kita, toh semuanya itu akan kita tinggalkan untuk orang lain saat kita mati nanti. Maka, pesan Injil pada hari ini mengajak kita semua untuk menjauhi ketamakan dan mengutamakan kebaikan bersama. Janganlah tamak dan pelit kepada sesama. Kembangkanlah sikap berbagi dan peduli dengan sesama. Tingkatkan karya amal, memberikan bantuan-bantuan sosial kepada orang lain, dan derma kepada orang-orang yang miskin dan menderita. Itulah caranya agar kita memperoleh harta di surga. Semoga dengan renungan hari ini, kita dapat berubah menjadi orang yang peduli kepada sesama, bermurah hati dan mau berbagi dengan sesama. Berkat Allah senantiasa menyertai kita semua. Amin. 



Pastor Vinsensius, Pr.
Imam Diosesan Keuskupan Sanggau
berkarya di Paroki Katedral "Hati Kudus Yesus" Sanggau







No comments:

Post a Comment