(Hari Minggu
Biasa XIX: 11 Agustus 2019)
P.
Vinsensius, Pr.
Saudara-saudari
terkasih, Injil pada hari ini mengajak kita merenungkan bagaimana
seharusnya kita bersikap dalam menantikan Kedatangan Tuhan. Kedatangan Tuhan
adalah salah satu misteri dari iman kita. Dikatakan misteri, karena kita tidak
tahu kapan waktunya Tuhan akan datang. Tuhan akan datang pada saat yang tidak
kita duga. Kedatangan Tuhan ini disebut sebagai akhir zaman, atau dalam bahasa
populer sering disebut kiamat. Ini adalah sebuah misteri iman yang tidak bisa
kita ketahui sepenuhnya dengan akal budi manusiawi kita, tetapi dengan iman
kita percaya, bahwa Kedatangan Tuhan itu pasti akan terjadi. Kedatangan-Nya
kita rindukan, seperti yang sering kita nyanyikan dalam ananemsis.
Dalam Syahadat Para Rasul, kita juga mengakui, bahwa
kita percaya akan Kedatangan Tuhan Yesus yang kedua kalinya ke dunia ini. Salah
satu kalimat dalam Doa Aku Percaya, kita mengatakan: “Dari situ Ia akan datang,
mengadili orang yang hidup dan yang mati.” Dari situ, artinya dari surga. Ia
disini adalah Tuhan Yesus sendiri, yang dari surga akan datang kembali ke dalam
dunia untuk menjadi Hakim Agung pada akhir zaman, yang mengadili orang hidup
dan yang sudah mati. Inilah yang disebut dengan Pengadilan Terakhir. Peristiwa
ini sangat penting, karena saat inilah keputusan terakhir, apakah kita akan
masuk ke dalam Dunia yang baru atau tidak. Maka dari itu, kita perlu
mempersiapkan diri untuk menyambut Kedatangan Tuhan.
Saudara-saudari
terkasih, dalam hal mempersiapkan diri untuk menyambut Kedatangan
Tuhan, Yesus memberikan dua perumpamaan, yaitu tentang hamba yang setia dan
pencuri di malam hari. Kedatangan Tuhan diumpamakan seperti seorang tuan yang
akan pulang dari pesta perkawinan. Entah kapan tuan itu akan pulang, entah
tengah malam atau subuh? Maka, hambanya harus siap sedia dan berjaga-jaga
menantikan kedatangan tuannya. Kedatangan Tuhan juga diumpamakan seperti
seorang pencuri yang datang pada malam hari. Entah malam kapan pencuri itu akan
datang? Malam ini atau besok malam? Atau hari apa? Tidak ada seorang pun yang
tahu. Maka, sikap yang sama juga harus ada pada diri tuan rumah, yaitu bersiap
sedia dan berjaga-jaga.
Saudara-saudari
terkasih, sikap bersiap sedia dan berjaga-jaga bukan berarti kita hanya
diam saja, seperti orang yang ronda malam. Tetapi harus seperti seorang hamba
yang setia, yang mempersiapkan segala sesuatu untuk menyambut kedatangan
tuannya. Tuhan Yesus bersabda, “Hendaklah pinggangmu tetap berikat.” Mengangkat
baju yang panjang dan mengikatnya pada pinggang adalah tanda siap untuk
melakukan tugas. Seorang hamba yang setia akan selalu siap untuk menjalankan
tugasnya, dan tidak pernah melalaikan satu pun pekerjaannya.
Entah itu mempersiapkan makanan, atau minuman, entah
membersihkan rumah atau perabot rumah tangga, dan lain sebagainya. Intinya, ada
suatu kegiatan yang bermanfaat, yang dilakukan dalam rangka menyambut
kedatangan tuannya itu.
Lalu, apa ganjaran bagi seorang hamba yang setia?
Tuhan Yesus bersabda, “Berbahagialah hamba-hamba yang didapati tuannya
berjaga-jaga ketika ia datang. Sesungguhnya Aku berkata kepadamu: ia akan
mengikat pinggangnya dan mempersilakan mereka duduk makan, dan ia akan datang
melayani mereka.” Suatu ganjaran yang tidak pernah dibayangkan oleh seorang
hamba, yaitu dilayani oleh tuannya sendiri. Peran akan dibalik, tuan sendiri
akan mengikat jubahnya yang panjang pada pinggangnya dan melayani
hamba-hambanya. Suatu kebahagiaan yang tidak pernah diduga dan tidak pernah
disangka oleh para hamba tersebut.
Saudara-saudari
terkasih, sama seperti para hamba yang setia, kita juga harus memiliki
sikap bersiap sedia dan berjaga-jaga dalam menantikan Kedatangan Tuhan pada
akhir zaman. Kita tidak boleh lengah dan terbuai oleh kenikmatan dunia ini,
sehingga kita lupa dengan Tuhan. Kita harus mengikuti teladan dari hamba yang setia,
yang melakukan segala sesuatu yang baik untuk mempersiapkan kedatangan tuannya.
Maka, kita juga harus melakukan hal-hal yang baik untuk mempersiapkan
Kedatangan Tuhan kita Yesus Kristus. Sikap yang perlu kita bangun adalah sikap
batin yang selalu dekat dengan Tuhan. Selalu siap melayani Tuhan dalam diri
sesama, terutama mereka yang miskin, menderita, dan tersingkir. Perhatian kita,
kepedulian kita, dan bantuan kita, meskipun kecil sangat berarti bagi mereka
yang sangat membutuhkannya. Dan bahkan apa yang kita lakukan bagi mereka yang
paling hina ini, sebenarnya kita lakukan bagi Tuhan Yesus sendiri.
Maka, marilah saudara-saudari
yang terkasih, kita meneladan sikap dari para hamba yang setia, dengan
sikap yang selalu siap sedia dan berjaga-jaga, agar kelak kita didapati Tuhan
dalam keadaan yang layak untuk masuk ke dalam Perjamuan-Nya yang abadi di dalam
Kerajaan Surga. Berkat Allah senantiasa menyertai kita semua.
No comments:
Post a Comment