Thursday 8 August 2019

MENJADI HAMBA YANG SETIA


(Hari Minggu Biasa XIX: 11 Agustus 2019)


P. Vinsensius, Pr.




Saudara-saudari terkasih, Injil pada hari ini mengajak kita merenungkan bagaimana seharusnya kita bersikap dalam menantikan Kedatangan Tuhan. Kedatangan Tuhan adalah salah satu misteri dari iman kita. Dikatakan misteri, karena kita tidak tahu kapan waktunya Tuhan akan datang. Tuhan akan datang pada saat yang tidak kita duga. Kedatangan Tuhan ini disebut sebagai akhir zaman, atau dalam bahasa populer sering disebut kiamat. Ini adalah sebuah misteri iman yang tidak bisa kita ketahui sepenuhnya dengan akal budi manusiawi kita, tetapi dengan iman kita percaya, bahwa Kedatangan Tuhan itu pasti akan terjadi. Kedatangan-Nya kita rindukan, seperti yang sering kita nyanyikan dalam ananemsis.

Dalam Syahadat Para Rasul, kita juga mengakui, bahwa kita percaya akan Kedatangan Tuhan Yesus yang kedua kalinya ke dunia ini. Salah satu kalimat dalam Doa Aku Percaya, kita mengatakan: “Dari situ Ia akan datang, mengadili orang yang hidup dan yang mati.” Dari situ, artinya dari surga. Ia disini adalah Tuhan Yesus sendiri, yang dari surga akan datang kembali ke dalam dunia untuk menjadi Hakim Agung pada akhir zaman, yang mengadili orang hidup dan yang sudah mati. Inilah yang disebut dengan Pengadilan Terakhir. Peristiwa ini sangat penting, karena saat inilah keputusan terakhir, apakah kita akan masuk ke dalam Dunia yang baru atau tidak. Maka dari itu, kita perlu mempersiapkan diri untuk menyambut Kedatangan Tuhan.

Saudara-saudari terkasih, dalam hal mempersiapkan diri untuk menyambut Kedatangan Tuhan, Yesus memberikan dua perumpamaan, yaitu tentang hamba yang setia dan pencuri di malam hari. Kedatangan Tuhan diumpamakan seperti seorang tuan yang akan pulang dari pesta perkawinan. Entah kapan tuan itu akan pulang, entah tengah malam atau subuh? Maka, hambanya harus siap sedia dan berjaga-jaga menantikan kedatangan tuannya. Kedatangan Tuhan juga diumpamakan seperti seorang pencuri yang datang pada malam hari. Entah malam kapan pencuri itu akan datang? Malam ini atau besok malam? Atau hari apa? Tidak ada seorang pun yang tahu. Maka, sikap yang sama juga harus ada pada diri tuan rumah, yaitu bersiap sedia dan berjaga-jaga.   

Saudara-saudari terkasih, sikap bersiap sedia dan berjaga-jaga bukan berarti kita hanya diam saja, seperti orang yang ronda malam. Tetapi harus seperti seorang hamba yang setia, yang mempersiapkan segala sesuatu untuk menyambut kedatangan tuannya. Tuhan Yesus bersabda, “Hendaklah pinggangmu tetap berikat.” Mengangkat baju yang panjang dan mengikatnya pada pinggang adalah tanda siap untuk melakukan tugas. Seorang hamba yang setia akan selalu siap untuk menjalankan tugasnya, dan tidak pernah melalaikan satu pun pekerjaannya.
Entah itu mempersiapkan makanan, atau minuman, entah membersihkan rumah atau perabot rumah tangga, dan lain sebagainya. Intinya, ada suatu kegiatan yang bermanfaat, yang dilakukan dalam rangka menyambut kedatangan tuannya itu.

Lalu, apa ganjaran bagi seorang hamba yang setia? Tuhan Yesus bersabda, “Berbahagialah hamba-hamba yang didapati tuannya berjaga-jaga ketika ia datang. Sesungguhnya Aku berkata kepadamu: ia akan mengikat pinggangnya dan mempersilakan mereka duduk makan, dan ia akan datang melayani mereka.” Suatu ganjaran yang tidak pernah dibayangkan oleh seorang hamba, yaitu dilayani oleh tuannya sendiri. Peran akan dibalik, tuan sendiri akan mengikat jubahnya yang panjang pada pinggangnya dan melayani hamba-hambanya. Suatu kebahagiaan yang tidak pernah diduga dan tidak pernah disangka oleh para hamba tersebut.

Saudara-saudari terkasih, sama seperti para hamba yang setia, kita juga harus memiliki sikap bersiap sedia dan berjaga-jaga dalam menantikan Kedatangan Tuhan pada akhir zaman. Kita tidak boleh lengah dan terbuai oleh kenikmatan dunia ini, sehingga kita lupa dengan Tuhan. Kita harus mengikuti teladan dari hamba yang setia, yang melakukan segala sesuatu yang baik untuk mempersiapkan kedatangan tuannya. Maka, kita juga harus melakukan hal-hal yang baik untuk mempersiapkan Kedatangan Tuhan kita Yesus Kristus. Sikap yang perlu kita bangun adalah sikap batin yang selalu dekat dengan Tuhan. Selalu siap melayani Tuhan dalam diri sesama, terutama mereka yang miskin, menderita, dan tersingkir. Perhatian kita, kepedulian kita, dan bantuan kita, meskipun kecil sangat berarti bagi mereka yang sangat membutuhkannya. Dan bahkan apa yang kita lakukan bagi mereka yang paling hina ini, sebenarnya kita lakukan bagi Tuhan Yesus sendiri.

Maka, marilah saudara-saudari yang terkasih, kita meneladan sikap dari para hamba yang setia, dengan sikap yang selalu siap sedia dan berjaga-jaga, agar kelak kita didapati Tuhan dalam keadaan yang layak untuk masuk ke dalam Perjamuan-Nya yang abadi di dalam Kerajaan Surga. Berkat Allah senantiasa menyertai kita semua.


 P. Vinsensius, Pr
Imam Diosesan Keuskupan Sanggau
berkarya di Paroki Katedral "Hati Kudus Yesus" Sanggau



No comments:

Post a Comment