(Hari Rabu Abu:
26 Februari 2020)
Saudara-saudari terkasih, pantang
dan puasa adalah sarana bagi kita, agar kita bisa menghayati pertobatan,
terutama dalam mempersiapkan diri menyambut Hari Raya Paskah. Pantang dan puasa
itu hanyalah sebagian kecil dari kewajiban kita selama Masa Pra-paskah ini. Masih
ada kewajiban lain yang harus kita lakukan selama Masa Pra-paskah ini.
Kewajiban-kewajiban itu tampak secara jelas dalam Bacaan Injil yang barusan
kita dengarkan tadi. Tuhan Yesus berbicara tentang tiga kewajiban agama yang
harus kita laksanakan, yaitu: berderma,
berdoa, dan berpuasa.
Pertama-tama dalam melakukan ketiga
kewajiban agama ini, Tuhan Yesus memberikan perintah kepada kita, agar kita melakukannya
dengan motivasi yang benar. Janganlah
kita melakukannya dengan tujuan supaya dilihat orang, karena jika demikian,
maka kita tidak akan mendapatkan upah dari Bapa di surga. Artinya, dalam
melaksanakan kewajiban agama kita, kita tidak boleh memiliki motivasi yang
salah, yaitu supaya dilihat dan dipuji orang. Motivasi yang murni, yang baik
dan benar adalah demi kemuliaan nama Tuhan dan keselamatan jiwa kita, seperti
yang kita doakan saat persiapan persembahan: “Semoga persembahan ini diterima demi kemuliaan Tuhan dan keselamatan
jiwa kita dan seluruh umat Allah yang kudus.” Maka, semua kewajiban agama
yang kita lakukan pun harus demi kemuliaan nama Tuhan dan demi keselamatan jiwa
kita, dan bukan demi pujian dari manusia atau popularitas diri.
Motivasi
yang benar juga harus diikuti oleh praktek
yang benar dalam melakukan kewajiban agama, sesuai dengan ajaran Tuhan Yesus.
Jika kita sudah memiliki motivasi yang benar dalam menjalankan kewajiban agama
kita, maka kita juga harus mempraktekkan kewajiban agama itu dengan baik dan
benar pula. Praktek agama yang benar adalah melakukan kewajiban agama dengan tersembunyi. Kita tidak perlu mengembar-gemborkan
apa yang telah kita lakukan dalam melaksanakan kewajiban agama. Kita tidak
perlu memberitahu orang lain dan memamerkan kepada orang lain, bahwa kita sudah
memberikan sedekah, atau sudah berdoa, berpantang dan berpuasa. Dengan rendah
hati, kita harus merahasiakan kewajiban agama yang sudah kita lakukan secara
pribadi. Dengan demikian, maka Allah yang ada di tempat yang tersembunyi akan
membalas semua kebaikan yang sudah kita lakukan.
Motivasi yang benar dan praktek yang
benar dalam menjalankan kewajiban beragama inilah yang harus kita laksanakan
selama Masa Pra-paskah 40 hari ini. Ada hubungan yang erat di antara ketiga
kewajiban beragama yang diajarkan oleh Tuhan Yesus, yaitu berderma, berdoa dan
berpuasa. Pertama-tama, berpantang dan berpuasa berkaitan erat
dengan berderma. Berpantang dan berpuasa memiliki dimensi personal dan
sosial. Artinya, berpantang dan berpuasa itu bermanfaat bagi diri kita sendiri
dan juga bagi sesama. Dengan berpantang dan berpuasa, kita dapat melatih diri
kita dalam hal pengendalian diri, mengekang segala hawa nafsu duniawi, dan
semakin berkembang dalam keutamaan pengendalian diri dan kemurnian hati. Selain
itu, berpantang dan berpuasa juga berdimensi sosial. Dengan mengurangi makanan
dan tidak menikmati makanan yang mewah, kita dapat menyisihkan uang kita untuk
membantu sesama, melalui derma dan berbagai bentuk bantuan sosial yang kita
berikan kepada sesama, misalnya melalui APP.
Kedua, berpantang, berpuasa, dan berderma
berkaitan erat dengan berdoa. Di sini jelas, jika kita berpedoman pada
prinsip iman harus disertai dengan perbuatan. Kita bisa berdoa karena kita
memiliki iman. Namun, iman itu juga harus diwujudnyatakan lewat tindakan dan
perbuatan kita sehari-hari. Berpantang, berpuasa, dan berderma menjadi wujudnyata
dari iman kita. Kita bisa berdoa dan memohon sesuatu yang baik dari Tuhan,
namun kita juga harus bisa melaksanakan apa yang kita doakan itu dalam
kehidupan kita sehari-hari, yakni bekerja sama dengan Tuhan dalam melakukan
segala perbuatan baik bagi sesama.
Saudara-saudari
terkasih, marilah kita awali Masa Prapaskah ini dengan
semangat tobat. Kita akan memulai Masa Prapaskah ini dengan menerima abu di
dahi sebagai tanda penyesalan atas segala dosa kita, dan sebagai tanda pertobatan, bahwa kita ingin bertobat,
kita ingin merubah diri kita menjadi yang lebih baik lagi sesuai dengan
perintah Tuhan. Marilah kita mohon bantuan rahmat Allah, agar tanda ini tidak
hanya melekat di dahi kita saja, tetapi sungguh-sungguh membekas di dalam hati
kita, sehingga kita dapat sungguh-sungguh bertobat dan percaya kepada Injil.
RD. VINSENSIUS
Imam Diosesan Keuskupan Sanggau
Bagaimana pendapat Romo tentang status netizin di medsos yang mengunggah "ash wednesday" atau foto-fotonya ketika melakukan ibadat Rabu Abu?
ReplyDeleteMenurut saya, kita tidak bisa menghakimi begitu saja apa yg dilakukan oleh seseorang tanpa mengetahui motivasinya dalam melakukan sesuatu. Jika motivasinya untuk mengajak orang-orang ke Gereja atau sadar bahwa kita sudah masuk masa puasa, itu baik, sebagai sarana pewartaan. tetapi jika motivasinya hanya supaya dilihat dan dipuji orang, Yesus bersabda: dia sudah mendapat upahnya.
DeleteTerima kasih Romo atas balasannya. "Jika dilakukan sebagai sarana pewartaan, tindakan posting ke medsos itu baik". Begitu intinya ya Romo.
ReplyDeleteSaya punya pertanyaan lagi Romo, "Bagaimana menanggapi (terutama dalam batin) orang yang memposting hal-hal menyangkut keagamaan namun menurut saya dalam kehidupan sehari-harinya ia bertolak belakang dari apa yang ia posting?
Sama2, semoga jawaban saya membantu penghayatan iman Anda.
DeleteMemang yg ideal, apa yg ia posting (perkataan) harus sesuai dgn yg ia lakukan (perbuatan). Tetapi kita tidak boleh menghakimi orang yang demikian, karena Pertobatan adalah proses, yang butuh perjuangan terus-menerus, dengan segala jatuh bangunnya. Ambillah positifnya saja. Seperti yang Yesus sabdakan tentang ahli Taurat dan org Farisi:
"Sebab itu turutilah dan lakukanlah segala sesuatu yang mereka ajarkan kepadamu, tetapi janganlah kamu turuti perbuatan-perbuatan mereka, karena mereka mengajarkannya tetapi tidak melakukannya." (Mat. 23:3)
Bisa jadi apa yg ia posting membantu org lain utk semakin beriman.
Ad Majorem Dei Groriam