(Minggu Biasa XXV: 23 September 2018)
Oleh: Pastor Vinsensius, Pr.
PENGANTAR
Kita semua dipanggil untuk menjadi seorang pemimpin, minimal
menjadi pemimpin dalam rumah tangga masing-masing, sebab orang tua adalah
pemimpin dan panutan bagi anak-anaknya. Dalam Gereja dan masyarakat kita juga
dipanggil untuk menjadi pemimpin. Ada yang menjadi ketua kring, pemimpin umat,
pengurus DPP, ketua RT, kepala desa, dan seterusnya. Namun, pertanyaannya:
sudahkah kita mengetahui bagaimana seharusnya menjadi pemimpin yang baik dan
sesuai dengan ajaran Yesus? Bacaan Injil hari ini menjadi inspirasi bagi kita
untuk merenungkan apa artinya menjadi seorang pemimpin.
TEOLOGI
Bacaan Injil hari ini merupakan kelanjutan dari Bacaan Injil minggu lalu.
Dalam Bacaan Injil minggu lalu, Yesus sudah berusaha untuk memperkenalkan
diri-Nya sebagai Mesias yang menderita, dan juga menjelaskan apa saja syarat
untuk dapat menjadi murid-Nya yang sejati. Namun, para murid belum mengerti apa
yang dikatakan oleh Yesus. Pada saat itu mereka belum mengenal Yesus secara
mendalam, dan dengan demikian mereka juga tidak mengenal jati diri mereka yang
sesungguhnya sebagai murid-murid Kristus.
Setelah peristiwa transfigurasi di atas gunung Tabor, Yesus kembali
mengajarkan kepada para murid-Nya hal yang sama, yaitu bahwa Putra Manusia akan
diserahkan ke dalam tangan manusia, dan dibunuh. Namun, bangkit dengan mulia
pada hari yang ketiga. Yesus ingin menegaskan sekali lagi kepada para murid,
bahwa Mesias yang Ia maksud ialah Mesias yang menderita, demi keselamatan umat
manusia. Yesus berusaha menjelaskan tentang makna Salib dan Kebangkitan-Nya
kepada para murid, namun mereka tidak paham-paham juga! Sudah tidak paham,
tidak mau bertanya lagi. Dengan demikian, mereka tetap tinggal dalam
ketidaktahuan akan pribadi Yesus dan misi-Nya di dunia ini.
Maka, wajarlah jika para murid bertengkar tentang siapa yang terbesar di
antara mereka. Konsep politis masih melekat di dalam pikiran mereka. Mereka berambisi
untuk menjadi yang pertama dan utama di dalam Kerajaan Yesus. Hal ini terjadi
karena mereka belum mengenal Yesus secara mendalam, dan keliru dalam memahami
peran Mesias, yang dimaksud oleh Yesus. Melihat para murid-Nya mulai gila
jabatan, maka Yesus langsung menegur mereka! Yesus bersabda, “Jika seseorang ingin menjadi yang terdahulu,
hendaklah ia menjadi yang terakhir dari semuanya dan pelayan dari semuanya.”
Supaya para murid paham akan ajaran ini, Yesus mengambil seorang anak kecil dan
memeluknya di depan mereka, seraya berkata, “Barangsiapa menerima seorang anak seperti ini demi nama-Ku, ia menerima
Aku. Barangsiapa menerima Aku, sebenarnya bukan Aku yang mereka terima,
melainkan Dia yang mengutus Aku.”
PROFETIS
Sebagai pengikut Kristus bisa jadi kita juga mengalami hal yang sama
dengan para murid. Kita berambisi untuk menjadi yang terbesar di tengah
keluarga, Gereja, dan masyarakat kita. Tetapi kita tidak paham, apa artinya
menjadi yang terbesar, yang pertama dan utama menurut ukuran Yesus. Yesus mengajarkan
para murid dan kita semua, agar kita menjadi PELAYAN dari semuanya. Seorang pemimpin
hendaknya menjadi seorang pelayan, yang selalu siap sedia untuk melayani, dan
bukan hanya bisa memerintah dan berkuasa semena-mena. Ambisi untuk berkuasa dan
gila jabatan bukanlah sifat dari seorang murid Kristus yang sejati! Seorang murid
Kristus haruslah menjadi pemimpin yang selalu siap melayani.
Pelayanan yang kita lakukan hendaknya merangkul semua orang, terutama
mereka yang kecil, miskin, sakit, dan tersingkir. Anak kecil yang dirangkul
Yesus ketika Ia mengajar para murid-Nya menjadi lambang dari orang-orang kecil
yang harus dilayani oleh para murid. Maka, kita harus melayani sesama kita,
seperti kita mengurus seorang anak kecil. Sebagai pemimpin yang melayani, kita
harus siap untuk direpotkan, mengorbankan seluruh waktu kita, seluruh diri
kita, dan apa yang kita miliki, demi pelayanan kepada sesama. Dengan demikian,
kita bisa menjadi pemimpin yang sesuai dengan kehendak Tuhan, dan bukan
kehendak manusia.
Marilah kita mohon rahmat Allah, agar kita semua bisa menjadi pemimpin
yang melayani. Semoga kita mempunyai hati untuk melayani orang-orang yang
kecil, miskin, sakit, dan tersingkir, sebab Yesus hadir dalam diri mereka. Jika
kita menerima mereka, maka kita menerima Yesus. Hanya dengan demikian kita bisa
masuk ke dalam Kerajaan Yesus Sang Mesias, yang diutus Allah.
No comments:
Post a Comment