Saturday 25 August 2018

MEMILIH KESELAMATAN


Minggu Biasa XXI: 26 Agustus 2018
Oleh: P. Vinsensius, Pr.


TEOLOGI

Selama tiga Minggu kita diajak untuk merenungkan sabda Yesus tentang Roti Kehidupan. Dan pada hari ini merupakan kelanjutan dari Bacaan Minggu lalu, masih dalam tema tentang Roti yang hidup. Ternyata perkataan Yesus tentang Roti yang hidup, makna dan konsekuensi dari menerima Yesus sebagai Roti yang hidup itu menggoncangkan iman para murid Yesus. Bagi mereka perkataan Yesus ini begitu keras, dan mereka tidak sanggup mendengarkannya. Mereka bersungut-sungut, karena sabda Yesus ini.



Melihat sikap para murid seperti ini, Yesus bukannya melunakkan perkataan-Nya, tetapi malah menantang mereka, dengan mengatakan, “Adakah perkataan ini menggoncang imanmu? Lalu, bagaimanakah, jikalau kamu melihat Anak Manusia naik ke tempat di mana Ia sebelumnya berada?” Yesus ingin mengatakan, kalau baru  mendengar sabda Yesus saja mereka tidak mampu, bagaimana mereka bisa menyaksikan kesenggaraan Yesus, yang akan menghantar-Nya kembali kepada kemuliaan Bapa di surga, tempat Yesus sebelumnya berada? Yesus mempertanyakan keteguhan iman para murid-Nya berhadapan dengan pengalaman salib.

Pengalaman salib memang bertentangan dengan keinginan daging, yang selalu mencari kenikmatan dan kesenangan duniawi belaka. Namun, pengalaman salib selaras dengan keinginan Roh, yang selalu menghantar manusia kepada kehidupan yang sejati. Yesus menyamakan pengalaman salib ini dengan perkataan-Nya sendiri, dengan sabda-Nya sendiri. Yesus bersabda, “Perkataan-perkataan yang Kukatakan kepadamu adalah roh dan hidup. Tetapi di antaramu ada yang tidak percaya.” Dengan sabda ini, Yesus semakin memperjelas permasalahan yang terjadi di antara para murid, yaitu ketidak-percayaan mereka kepada Yesus, padahal Yesus mengatakan sesuatu yang benar, baik, dan berguna bagi keselamatan dan kehidupan mereka.

Yesus juga menegaskan kepada para murid, sebenarnya iman mereka kepada-Nya itu adalah karunia. Iman itu berasal dari Bapa di surga, dan bukan dari manusia. Mereka bisa datang kepada Yesus, itu adalah karunia dan sekaligus undangan untuk memperoleh keselamatan yang berasal dari Allah. Namun, undangan itu perlu mendapat tanggapan yang positif dari manusia. Manusia dengan kehendak bebasnya dapat memilih untuk menerima undangan keselamatan dari Allah atau menolaknya. Pengalaman Yesus bersama para murid-Nya telah membuktikan, bahwa undangan keselamatan itu tidak selalu mendapat tanggapan yang positif dari manusia. Ada yang menerima, namun ada pula yang menolak undangan Allah itu. Para murid yang telah mendengarkan pengajaran Yesus itu banyak yang mengundurkan diri dan tidak mau lagi mengikuti Yesus. Mereka menolak rahmat keselamatan yang berasal dari Allah. Mereka menolak untuk diselamatkan.

Melihat kenyataan seperti itu, Yesus kemudian bertanya kepada kedua belas rasul-Nya, “Apakah kamu tidak mau pergi juga?” Simon Petrus sebagai ketua dari para rasul langsung menjawab kepada Yesus, “Tuhan, kepada siapakah kami akan pergi? Perkataan-Mu adalah perkataan hidup yang kekal. Kami telah percaya dan tahu, bahwa Engkau adalah Yang Kudus dari Allah.” Iman para rasul inilah yang menghantar mereka kepada keselamatan kekal, dan yang kita warisi sampai sekarang.

PROFETIS

Banyak pengalaman hidup sehari-hari yang membuat seseorang tidak percaya kepada Yesus, dan bahkan menolak dan meninggalkan Yesus. Pengalaman itu tentu bukan saja pengalaman salib, pengalaman penderitaan, tetapi juga pengalaman yang menyenangkan, yang membuat manusia terbuai oleh kenikmatan dan kesenangan duniawi, sehingga memilih untuk pergi meninggalkan Yesus, dan mengatakan, “selamat tinggal Yesus.”

Pengalaman ini serupa dengan pengalaman para murid dalam Bacaan Injil tadi. Banyak dari antara para murid ini yang meninggalkan Yesus dengan alasan tidak mampu mendengarkan perkataan Yesus yang keras. Pada zaman ini, hal serupa bisa juga terjadi, di mana seseorang merasa sabda Tuhan itu terlalu keras baginya, mengekang kebebasannya, mengekang keinginan dagingnya, tidak sesuai dengan zaman, dan lain sebagainya. Maka, keputusan akhir yang dipilihnya ialah meninggalkan Yesus titik! Kalau seseorang sudah memilih keputusan seperti ini berarti ia telah menutup pintu keselamatan bagi dirinya sendiri, dan ia membuka pintu kebinasaan bagi jiwanya. Selama di dunia ia menikmati kebebasannya, tanpa ada yang membatasinya. Namun, di dunia akhirat ia akan merasakan bagaimana sengsaranya jika terpisah dari Tuhan yang adalah sumber keselamatan dan kehidupan.

 Sebagai murid-murid Kristus, kita semua diajak untuk senantiasa menanggapi undangan keselamatan yang berasal dari Allah. Pengalaman-pengalaman hidup yang kita alami, terutama pengalaman salib atau penderitaan, menjadi ujian bagi kesetiaan dan iman kita kepada Yesus. Setiap hari kita selalu dihadapkan pada pilihan untuk percaya kepada Yesus atau tidak, memilih untuk tetap mengikuti Yesus atau meninggalkan Yesus. Semua itu tergantung pada pilihan bebas kita masing-masing. Tuhan telah memberikan kebebasan kepada kita, agar kita dapat mencintai-Nya dengan hati yang bebas dan tulus ikhlas. Namun, dengan kebebasan itu juga kita bisa memilih kejahatan yang memisahkan kita dari Yesus, memilih jalan lain yang bertentangan dengan ajaran Yesus, dan memilih untuk meninggalkan Yesus.


Maka, jika kita masih mau mengikuti Yesus, senantiasalah katakan kepada Yesus, “Tuhan, kepada siapakah kami akan pergi? Perkataan-Mu adalah perkataan hidup yang kekal. Kami telah percaya dan tahu, bahwa Engkau adalah Yang Kudus dari Allah”. Perkataan yang berasal dari Rasul Petrus ini hendaknya menjadi pegangan pula dalam hidup kita. Jika kita sungguh percaya dan tahu, bahwa Yesus adalah Yang Kudus dari Allah, maka kita juga akan percaya kepada perkataan-perkataan-Nya, sabda-sabda-Nya, dan tentu kita tidak akan meninggalkan Dia.

Marilah kita mohon rahmat dari Allah, kita berdoa kepada Yesus, agar menambah iman kita, sehingga kita senantiasa percaya kepada-Nya, melakukan kehendak-Nya dalam kehidupan sehari-hari, dan setia kepada-Nya seumur hidup. Marilah kita hening sejenak untuk merenungkan sabda Tuhan.




No comments:

Post a Comment