Minggu
Biasa XXI: 26 Agustus 2018
Oleh: P. Vinsensius, Pr.
TEOLOGI
Selama tiga Minggu kita diajak untuk merenungkan sabda
Yesus tentang Roti Kehidupan. Dan pada hari ini merupakan kelanjutan dari
Bacaan Minggu lalu, masih dalam tema tentang Roti yang hidup. Ternyata perkataan
Yesus tentang Roti yang hidup, makna dan konsekuensi dari menerima Yesus
sebagai Roti yang hidup itu menggoncangkan iman para murid Yesus. Bagi mereka
perkataan Yesus ini begitu keras, dan mereka tidak sanggup mendengarkannya. Mereka
bersungut-sungut, karena sabda Yesus ini.
Melihat sikap para murid seperti ini, Yesus bukannya melunakkan
perkataan-Nya, tetapi malah menantang mereka, dengan mengatakan, “Adakah perkataan ini menggoncang imanmu?
Lalu, bagaimanakah, jikalau kamu melihat Anak Manusia naik ke tempat di mana Ia
sebelumnya berada?” Yesus ingin mengatakan, kalau baru mendengar sabda Yesus saja mereka tidak mampu,
bagaimana mereka bisa menyaksikan kesenggaraan Yesus, yang akan menghantar-Nya
kembali kepada kemuliaan Bapa di surga, tempat Yesus sebelumnya berada? Yesus
mempertanyakan keteguhan iman para murid-Nya berhadapan dengan pengalaman
salib.
Pengalaman salib memang bertentangan dengan keinginan daging, yang selalu
mencari kenikmatan dan kesenangan duniawi belaka. Namun, pengalaman salib
selaras dengan keinginan Roh, yang selalu menghantar manusia kepada kehidupan
yang sejati. Yesus menyamakan pengalaman salib ini dengan perkataan-Nya
sendiri, dengan sabda-Nya sendiri. Yesus bersabda, “Perkataan-perkataan yang Kukatakan kepadamu adalah roh dan hidup. Tetapi
di antaramu ada yang tidak percaya.” Dengan sabda ini, Yesus semakin
memperjelas permasalahan yang terjadi di antara para murid, yaitu ketidak-percayaan
mereka kepada Yesus, padahal Yesus mengatakan sesuatu yang benar, baik, dan
berguna bagi keselamatan dan kehidupan mereka.
Yesus juga menegaskan kepada para murid, sebenarnya iman mereka
kepada-Nya itu adalah karunia. Iman itu berasal dari Bapa di surga, dan bukan
dari manusia. Mereka bisa datang kepada Yesus, itu adalah karunia dan sekaligus
undangan untuk memperoleh keselamatan yang berasal dari Allah. Namun, undangan
itu perlu mendapat tanggapan yang positif dari manusia. Manusia dengan kehendak
bebasnya dapat memilih untuk menerima undangan keselamatan dari Allah atau
menolaknya. Pengalaman Yesus bersama para murid-Nya telah membuktikan, bahwa
undangan keselamatan itu tidak selalu mendapat tanggapan yang positif dari
manusia. Ada yang menerima, namun ada pula yang menolak undangan Allah itu. Para
murid yang telah mendengarkan pengajaran Yesus itu banyak yang mengundurkan
diri dan tidak mau lagi mengikuti Yesus. Mereka menolak rahmat keselamatan yang
berasal dari Allah. Mereka menolak untuk diselamatkan.
Melihat kenyataan seperti itu, Yesus kemudian bertanya kepada kedua belas
rasul-Nya, “Apakah kamu tidak mau pergi
juga?” Simon Petrus sebagai ketua dari para rasul langsung menjawab kepada
Yesus, “Tuhan, kepada siapakah kami akan
pergi? Perkataan-Mu adalah perkataan hidup yang kekal. Kami telah percaya dan
tahu, bahwa Engkau adalah Yang Kudus dari Allah.” Iman para rasul inilah
yang menghantar mereka kepada keselamatan kekal, dan yang kita warisi sampai
sekarang.
PROFETIS
Banyak pengalaman hidup sehari-hari yang membuat seseorang tidak percaya
kepada Yesus, dan bahkan menolak dan meninggalkan Yesus. Pengalaman itu tentu
bukan saja pengalaman salib, pengalaman penderitaan, tetapi juga pengalaman
yang menyenangkan, yang membuat manusia terbuai oleh kenikmatan dan kesenangan
duniawi, sehingga memilih untuk pergi meninggalkan Yesus, dan mengatakan, “selamat
tinggal Yesus.”
Pengalaman ini serupa dengan pengalaman para murid dalam Bacaan Injil
tadi. Banyak dari antara para murid ini yang meninggalkan Yesus dengan alasan
tidak mampu mendengarkan perkataan Yesus yang keras. Pada zaman ini, hal serupa
bisa juga terjadi, di mana seseorang merasa sabda Tuhan itu terlalu keras
baginya, mengekang kebebasannya, mengekang keinginan dagingnya, tidak sesuai
dengan zaman, dan lain sebagainya. Maka, keputusan akhir yang dipilihnya ialah
meninggalkan Yesus titik! Kalau seseorang sudah memilih keputusan seperti ini
berarti ia telah menutup pintu keselamatan bagi dirinya sendiri, dan ia membuka
pintu kebinasaan bagi jiwanya. Selama di dunia ia menikmati kebebasannya, tanpa
ada yang membatasinya. Namun, di dunia akhirat ia akan merasakan bagaimana
sengsaranya jika terpisah dari Tuhan yang adalah sumber keselamatan dan
kehidupan.
Maka, jika kita masih mau mengikuti Yesus, senantiasalah katakan kepada
Yesus, “Tuhan, kepada siapakah kami akan
pergi? Perkataan-Mu adalah perkataan hidup yang kekal. Kami telah percaya dan
tahu, bahwa Engkau adalah Yang Kudus dari Allah”. Perkataan yang berasal
dari Rasul Petrus ini hendaknya menjadi pegangan pula dalam hidup kita. Jika
kita sungguh percaya dan tahu, bahwa Yesus adalah Yang Kudus dari Allah, maka
kita juga akan percaya kepada perkataan-perkataan-Nya, sabda-sabda-Nya, dan tentu
kita tidak akan meninggalkan Dia.
Marilah kita mohon rahmat dari Allah, kita berdoa kepada Yesus, agar menambah
iman kita, sehingga kita senantiasa percaya kepada-Nya, melakukan kehendak-Nya
dalam kehidupan sehari-hari, dan setia kepada-Nya seumur hidup. Marilah kita
hening sejenak untuk merenungkan sabda Tuhan.
No comments:
Post a Comment